Sejarah Angklung, Alat Musik Tradisional Indonesia yang Jadi Warisan Dunia
Rabu, 16 November 2022 - 07:46 WIB
JAKARTA - Angklung merupakan alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Alat musik yang terbuat dari talung bambu ini dimainkan dengan cara digoyang sehingga menghasilkan nada yang indah.
Pada 16 November diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia. Tanggal ini merupakan tanggal di mana angklung diakui sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia asal Indonesia oleh UNESCO pada 2010 lalu.
Tidak diketahui kapan angklung pertama kali digunakan. Namun, bentuknya disinyalir mirip dengan bentuk yang biasa digunakan dalam budaya Neolitikum yang berkembang di Nusantara. Akhirnya angklung pun disebut-sebut sebagai bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Sejarah terciptanya alat musik bambu seperti angklung berdasar pada masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makanan pokok. Inilah yang melahirkan mitos kepercayaan pada Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi yang memberikan kehidupan.
Sebagai masyarakat Sunda asli, Suku Badui menggunakan angklung sebagai bagian dari ritual awal penanaman padi. Salah satu permainan angklung yang masih dimainkan hingga saat ini ialah ngklung gubrag di Jasinga, Bogor. Permainan ini telah ada sejak 400 tahun yang lalu, yang kemunculannya juga berawal dari ritus padi.
Jenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat angklung adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang akan berwarna keputihan apabila mengering. Nada-nada yang dihasilkan dari bunyi tabung bambu, dibentuk dengan bilah-bilah di tiap ruas bambu.
Dahulu, angklung dipercaya untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi masyarakat tumbuh dengan subur. Angklung dimainkan pada saat pesta panen dan Seren Taun yang merupakan upacara padi. Kesenian ini merupakan pertunjukan yang bersifat arak-arakan.
Angklung terus berkembang tak hanya di Jawa Barat, namun di seluruh Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sumatera. Kemudian pada tahun 2010, pada pertemuan Fifth Session of the Intergovernmental Committe (5.COM) yang diadakan di Nairobi, Kenya, angklung dinilai telah memenuhi kriteria yang akhirnya diakui sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia asal Indonesia pada tanggal 16 November 2010.
Pada 16 November diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia. Tanggal ini merupakan tanggal di mana angklung diakui sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia asal Indonesia oleh UNESCO pada 2010 lalu.
Tidak diketahui kapan angklung pertama kali digunakan. Namun, bentuknya disinyalir mirip dengan bentuk yang biasa digunakan dalam budaya Neolitikum yang berkembang di Nusantara. Akhirnya angklung pun disebut-sebut sebagai bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Sejarah terciptanya alat musik bambu seperti angklung berdasar pada masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makanan pokok. Inilah yang melahirkan mitos kepercayaan pada Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi yang memberikan kehidupan.
Sebagai masyarakat Sunda asli, Suku Badui menggunakan angklung sebagai bagian dari ritual awal penanaman padi. Salah satu permainan angklung yang masih dimainkan hingga saat ini ialah ngklung gubrag di Jasinga, Bogor. Permainan ini telah ada sejak 400 tahun yang lalu, yang kemunculannya juga berawal dari ritus padi.
Jenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat angklung adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang akan berwarna keputihan apabila mengering. Nada-nada yang dihasilkan dari bunyi tabung bambu, dibentuk dengan bilah-bilah di tiap ruas bambu.
Dahulu, angklung dipercaya untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi masyarakat tumbuh dengan subur. Angklung dimainkan pada saat pesta panen dan Seren Taun yang merupakan upacara padi. Kesenian ini merupakan pertunjukan yang bersifat arak-arakan.
Angklung terus berkembang tak hanya di Jawa Barat, namun di seluruh Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sumatera. Kemudian pada tahun 2010, pada pertemuan Fifth Session of the Intergovernmental Committe (5.COM) yang diadakan di Nairobi, Kenya, angklung dinilai telah memenuhi kriteria yang akhirnya diakui sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia asal Indonesia pada tanggal 16 November 2010.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda