Ancaman Bencana Hidrometeorologi Belum Reda
Rabu, 26 Oktober 2022 - 19:40 WIB
MEMASUKI akhir Oktober ini, potensi bencana hidrometeorologi di Indonesia belum sepenuhnya pergi. Bahkan dalam sepekan ke depan, hujan ekstrem yang disertai dengan angin kencang dimungkinkan banyak melanda wilayah Pulau Jawa.
Merujuk data yang dirilis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berbasis Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA), hujan deras berpotensi turun pada dini hari. Yang lebih perlu diwaspadai, sebelum hujan dini hari itu turun, ada kemungkinan terjangan angin kencang hingga kecepatan 10 meter per detik. Penguatan angin barat ini terbentuk akibat pengaruh prakondisi pembentukan vorteks di atas Laut Jawa.
Baca Juga: koran-sindo.com
Kedatangan angin kencang sudah terasa dalam beberapa hari terakhir. Senin (24/10) sore, angin kencang menyebabkan 17 rumah warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu rusak.
Potensi bencana yang masih akan melanda sejumlah wilayah Indonesia akibat cuaca ekstrem ini tidak boleh dianggap enteng. Apalagi, merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemarin, sejumlah provinsi masih dikategorikan siaga bencana, yakni Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Sementara di Bali, terjangan banjir bandang yang melanda delapan kabupaten dan satu kota pekan lalu masih menyisakan trauma mendalam. Bahkan, jumlah korban meninggal dunia juga terus bertambah mencapai sembilan orang.
Bencana di Bali ini tergolong luar biasa sekaligus mengagetkan karena terjadi di 494 titik. Bencana besar ini jelas menjadi tantangan tersendiri karena jarang terjadi. Terjangan banjir bandang dan longsor juga terjadi kurang dari sebulan perhelatan G-20 yang bakal dihadiri puluhan pemimpin negara-negara besar di dunia. Jika Indonesia tidak tanggap menangani hal ini, justru bakal menjadi persoalan tersendiri, bahkan menjadi isu yang kontraproduktif dengan gelaran G-20 itu sendiri.
Oktober ini, bencana hidrometeorologi terdata cukup banyak terjadi di wilayah Indonesia. Pada periode 17-23 Oktober saja, merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terjadi 74 bencana alam di 59 kabupaten/kota.
Meski saat ini telah memasuki akhir Oktober, potensi bencana baik banjir, longsor, maupun angin kencang belum benar-benar hilang. Apalagi, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Desember 2022 hingga Februari 2023.
Merujuk data yang dirilis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berbasis Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA), hujan deras berpotensi turun pada dini hari. Yang lebih perlu diwaspadai, sebelum hujan dini hari itu turun, ada kemungkinan terjangan angin kencang hingga kecepatan 10 meter per detik. Penguatan angin barat ini terbentuk akibat pengaruh prakondisi pembentukan vorteks di atas Laut Jawa.
Baca Juga: koran-sindo.com
Kedatangan angin kencang sudah terasa dalam beberapa hari terakhir. Senin (24/10) sore, angin kencang menyebabkan 17 rumah warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu rusak.
Potensi bencana yang masih akan melanda sejumlah wilayah Indonesia akibat cuaca ekstrem ini tidak boleh dianggap enteng. Apalagi, merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemarin, sejumlah provinsi masih dikategorikan siaga bencana, yakni Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Sementara di Bali, terjangan banjir bandang yang melanda delapan kabupaten dan satu kota pekan lalu masih menyisakan trauma mendalam. Bahkan, jumlah korban meninggal dunia juga terus bertambah mencapai sembilan orang.
Bencana di Bali ini tergolong luar biasa sekaligus mengagetkan karena terjadi di 494 titik. Bencana besar ini jelas menjadi tantangan tersendiri karena jarang terjadi. Terjangan banjir bandang dan longsor juga terjadi kurang dari sebulan perhelatan G-20 yang bakal dihadiri puluhan pemimpin negara-negara besar di dunia. Jika Indonesia tidak tanggap menangani hal ini, justru bakal menjadi persoalan tersendiri, bahkan menjadi isu yang kontraproduktif dengan gelaran G-20 itu sendiri.
Oktober ini, bencana hidrometeorologi terdata cukup banyak terjadi di wilayah Indonesia. Pada periode 17-23 Oktober saja, merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terjadi 74 bencana alam di 59 kabupaten/kota.
Meski saat ini telah memasuki akhir Oktober, potensi bencana baik banjir, longsor, maupun angin kencang belum benar-benar hilang. Apalagi, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Desember 2022 hingga Februari 2023.
tulis komentar anda