Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Urai Persoalan Sampah Plastik Cemari Lautan
Selasa, 18 Oktober 2022 - 17:41 WIB
JAKARTA - Staf Khusus (Stafsus) Presiden, Diaz Hendropriyono mengatakan, semua pihak harus memiliki kesadaran yang sama untuk mengurai persoalan sampah plastik yang mencemari lautan Indonesia. Hal itu dikatakan Diaz saat menghadiri Silaturahmi Industri Hijau, di kawasan Cikupa, Tangerang, Provinsi Banten, Senin 17 Oktober 2022.
Menurutnya, sampah plastik tidak akan hilang begitu saja. "Walaupun sampah plastik bisa terurai setelah puluhan hingga ratusan tahun, tetapi tidak akan benar-benar hilang karena berubah menjadi mikroplastik. Partikel kecil yang tidak terlihat mata dan akan berakhir di paru-paru kita," katanya.
Oleh karena itu, Diaz melihat perlunya kerja sama antar pemangku kepentingan dalam mengurai dampak sampah plastik yang kian tak terbendung. Dia mengungkapkan, Indonesia telah menjadi negara kedua terbesar di dunia dalam mencemari lautan dengan sampah plastik.
“Saya sangat sepakat dan mendukung pernyataan Pak Tommy (CEO Greenhope, red), bahwa tidak ada solusi tunggal untuk permasalahan sampah plastik. Hal yang seharusnya kita dorong adalah kolaborasi dan sinergi seluruh pemangku kepentingan," ungkap Diaz.
Lebih lanjut Diaz turut menggaris bawahi bahaya sampah plastik dalam ukuran mikro. Dia menilai, sampah plastik yang berakhir di lautan kemudian dikonsumsi oleh ikan, pada akhirnya ikan tersebut akan terhidang di meja makan dan menjadi menu harian masyarakat.
"Manusia rata-rata dalam seminggu mengonsumsi mikroplastik sebesar ukuran kartu kredit. Bahkan yang lebih memprihatinkan menurutnya, penelitian telah menemukan mikroplastik di dalam plasenta bayi yang baru dilahirkan," katanya.
Dalam acara tersebut, disampaikan bahwa aksi 3R (reduce, reuse, recycle) akan terus dijalankan. Sementara R ke-4: return to earth, harus terus dikembangkan, termasuk salah satunya seperti yang dilakukan oleh Greenhope, yaitu pengembangan produk plastik berbahan baku singkong.
"Produk Greenhope ini telah mendapatkan paten di berbagai negara luar: termasuk di Amerika dan Singapura, juga telah digunakan sebagai kemasan di berbagai produk komoditas pangan yang diekspor ke berbagai negara di Eropa. "Indonesia berkesempatan emas menjadi yang terdepan di bidang ini," kata CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja.
Acara Silaturahmi Industri Hijau ini juga dihadiri oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI-AD (PPAD) Letjen TNI (Purn) Doni Monardo, Menteri BUMN periode 2011-2014 Dahlan Iskan, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Doddy Rahadi, dan para pelaku industri hijau di Tanah Air.
Menurutnya, sampah plastik tidak akan hilang begitu saja. "Walaupun sampah plastik bisa terurai setelah puluhan hingga ratusan tahun, tetapi tidak akan benar-benar hilang karena berubah menjadi mikroplastik. Partikel kecil yang tidak terlihat mata dan akan berakhir di paru-paru kita," katanya.
Oleh karena itu, Diaz melihat perlunya kerja sama antar pemangku kepentingan dalam mengurai dampak sampah plastik yang kian tak terbendung. Dia mengungkapkan, Indonesia telah menjadi negara kedua terbesar di dunia dalam mencemari lautan dengan sampah plastik.
“Saya sangat sepakat dan mendukung pernyataan Pak Tommy (CEO Greenhope, red), bahwa tidak ada solusi tunggal untuk permasalahan sampah plastik. Hal yang seharusnya kita dorong adalah kolaborasi dan sinergi seluruh pemangku kepentingan," ungkap Diaz.
Lebih lanjut Diaz turut menggaris bawahi bahaya sampah plastik dalam ukuran mikro. Dia menilai, sampah plastik yang berakhir di lautan kemudian dikonsumsi oleh ikan, pada akhirnya ikan tersebut akan terhidang di meja makan dan menjadi menu harian masyarakat.
"Manusia rata-rata dalam seminggu mengonsumsi mikroplastik sebesar ukuran kartu kredit. Bahkan yang lebih memprihatinkan menurutnya, penelitian telah menemukan mikroplastik di dalam plasenta bayi yang baru dilahirkan," katanya.
Dalam acara tersebut, disampaikan bahwa aksi 3R (reduce, reuse, recycle) akan terus dijalankan. Sementara R ke-4: return to earth, harus terus dikembangkan, termasuk salah satunya seperti yang dilakukan oleh Greenhope, yaitu pengembangan produk plastik berbahan baku singkong.
"Produk Greenhope ini telah mendapatkan paten di berbagai negara luar: termasuk di Amerika dan Singapura, juga telah digunakan sebagai kemasan di berbagai produk komoditas pangan yang diekspor ke berbagai negara di Eropa. "Indonesia berkesempatan emas menjadi yang terdepan di bidang ini," kata CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja.
Acara Silaturahmi Industri Hijau ini juga dihadiri oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI-AD (PPAD) Letjen TNI (Purn) Doni Monardo, Menteri BUMN periode 2011-2014 Dahlan Iskan, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Doddy Rahadi, dan para pelaku industri hijau di Tanah Air.
(rca)
tulis komentar anda