Obat Malaria Menipis, Perindo Sumut Minta Masyarakat Budayakan Hidup Bersih
Minggu, 02 Oktober 2022 - 00:16 WIB
JAKARTA - Ketua DPW Partai Persatuan Indonesia ( Perindo ) Sumatera Utara (Sumut) Rudi Zulham Hasibuan mengatakan, menipisnya obat malaria di daerahnya lantaran pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan sedang memfokuskan melakukan pengiriman ke daerah yang masuk endemis malaria. Karena, Sumut bukan termasuk provinsi yang kategori endemis malaria, maka tidak menjadi sasaran utama pengiriman obat.
"Itulah yang mengakibatkan ketersediaan obat malaria di Sumut menipis," kata Rudi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (1/10/2022).
Rudi menjelaskan, sebanyak 21 kabupaten atau kota di Sumut menerima sertifikat eliminasi malaria dari Kemenkes, yakni Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Toba, Humbang Hasundutan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Labuhan Batu Selatan.
Kemudian Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Pematangsiantar, Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Tanjung Balai, dan Sibolga.
Sedangkan untuk wilayah endemis rendah malaria, yaitu Labuhan Batu, Langkat, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, dan Gunung Sitoli. Daerah endemis sedang malaria, yaitu Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu Utara.
Rudi meminta Pemprov Sumut untuk serius menangani kelangkaan obat penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles tersebut. Terlebih, Sumut sudah mulai memasuki musim penghujan yang akan menyebabkan banyak genangan yang berisi jentik nyamuk.
"Tentu kita harapkan Pemprov Sumut bisa secepatnya mengantisipasi hal ini. Apakah mengadakan obat dari luar negeri atau mengantisipasi dengan jenis obat lain," tuturnya.
Lebih lanjut Rudi mengimbau kepada masyarakat Sumut untuk membudayakan kebersihan lingkungan demi terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Ia menyebutkan, salah satunya dengan rajin membuang genangan air supaya tidak menjadi sarang nyamuk.
"Berharap masyarakat juga bisa turut berpartisipasi (dengan menjaga kebersihan lingkungan)," imbuhnya.
"Itulah yang mengakibatkan ketersediaan obat malaria di Sumut menipis," kata Rudi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (1/10/2022).
Rudi menjelaskan, sebanyak 21 kabupaten atau kota di Sumut menerima sertifikat eliminasi malaria dari Kemenkes, yakni Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Toba, Humbang Hasundutan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Labuhan Batu Selatan.
Kemudian Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Pematangsiantar, Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Tanjung Balai, dan Sibolga.
Sedangkan untuk wilayah endemis rendah malaria, yaitu Labuhan Batu, Langkat, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, dan Gunung Sitoli. Daerah endemis sedang malaria, yaitu Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu Utara.
Rudi meminta Pemprov Sumut untuk serius menangani kelangkaan obat penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles tersebut. Terlebih, Sumut sudah mulai memasuki musim penghujan yang akan menyebabkan banyak genangan yang berisi jentik nyamuk.
"Tentu kita harapkan Pemprov Sumut bisa secepatnya mengantisipasi hal ini. Apakah mengadakan obat dari luar negeri atau mengantisipasi dengan jenis obat lain," tuturnya.
Lebih lanjut Rudi mengimbau kepada masyarakat Sumut untuk membudayakan kebersihan lingkungan demi terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Ia menyebutkan, salah satunya dengan rajin membuang genangan air supaya tidak menjadi sarang nyamuk.
"Berharap masyarakat juga bisa turut berpartisipasi (dengan menjaga kebersihan lingkungan)," imbuhnya.
(mhd)
tulis komentar anda