Riset Operasional Tuberkulosis

Selasa, 27 September 2022 - 10:43 WIB
Tjandra Yoga Aditama (Foto: Ist)
Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

NEGARA kita masih menghadapi masalah besar tuberkulosis. Ada ratusan ribu kasus baru setahunnya dan puluhan ribu kasus TB kita meninggal setiap tahunnya. Diperlukan upaya keras dan peran banyak pihak untuk Indonesia dapat lebih baik dalam menangani tuberkulosis bagi kesehatan bangsa.

Pada 8-10 September 2022 di Bali diselenggarakan pertemuan internasional "the 4th Indonesia Tuberculosis International Meeting (INA-TIME)". Tema besar yang dipilih adalah “Readiness to Collaborate for TB Elimination“. Kita sudah ketahui bersama bahwa di tingkat dunia ada “Sustainable Development Goal (SDG)” yang juga sudah menyatakan target dunia untuk menghentikan epidemi tuberkulosis (bersama beberapa penyakit lain) pada 2030.

Di tingkat nasional, Presiden Jokowi dalam Peraturan Presiden No 67/2021 sudah mencanangkan untuk Indonesia eliminasi tuberkulosis (TB) pada 2030, delapan tahun dari sekarang, dengan target insiden (kasus baru) TB turun 90%. Dalam proses mencapai eliminasi TB di negara kita itu maka sudah ditetapkan juga target antara yang harusnya dapat di capai pada 2022, yaitu antara lain adalah penurunan insiden 20%, cakupan pengobatan 90%, angka kesembuhan 90% serta cakupan terapi pencegahan kontak serumah 48%.



Dalam pertemuan INA-TIME di Bali kali ini dibahas bahwa target antara 2022 itu tidak akan dapat tercapai pada akhir tahun ini, dan kenyataan ini tentunya menunjukkan perlunya upaya amat keras di tahun ini dan tahun-tahun mendatang agar eliminasi TB 2030 dapat tercapai. Untuk diketahui bahwa target antara yang harusnya di capai pada 2025 adalah insidensi TB turun 50%, cakupan pengobatan 90%, angka keberhasilan pengobatan 90% serta cakupan terapi pencegahan kontak serumah 70%.

Pengertian

Salah satu upaya yang baik dan perlu dilakukan untuk eliminasi tuberkulosis adalah dengan melakukan riset operasional yang baik. Riset operasional punya pengertian khusus, tidak hanya sebagai penelitian yang punya nilai ilmiah tinggi. Menurut dokumen tiga organisasi internasional yaitu Badan Kesehatan Dunia (WHO), “Stop TB Partnership” serta Global Fund AIDS, TB & Malaria dalam buku “Priorities in Operational Research to Improve Tuberculosis Care and Control” disebutkan bahwa riset operasional TB bertujuan untuk menghasilkan intervensi untuk memperbaiki kebijakan program pengendalian TB, desain dan implementasi sistem kesehatan yang lebih baik serta pemberian pelayanan kesehatan TB yang lebih efisien.

Artikel ilmiah di “Journal Tuberculosis and Lung Diseases” yang berjudul “Operational research to improve tuberculosis control:The scope, the need and way forward” menyebutkan tiga area riset operasional tuberkulosis. Pertama, memperbaiki kinerja program, kedua adalah menilai kelayakan, efektivitas dan dampak dari strategi baru program pengendalian TB, serta ketiga mengumpulkan bukti ilmiah untuk acuan rekomendasi kebijakan suatu intervensi spesifik yang baru.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More