SBY Turun Gunung di Pemilu 2024, Pengamat: Kepentingan Demokrat sedang Terancam
Senin, 19 September 2022 - 06:37 WIB
JAKARTA - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) mengaku akan turun gunung menghadapi Pemilu 2024 . Sebab, SBY mendengar kabar Pemilu 2024 bakal tidak jujur dan adil.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis Fadhli Harahab mencatat bahwa istilah turun gunung ini cukup sering digunakan SBY yang bisa dimaknai kondisi tidak baik-baik saja alias ada ancaman. Dia mengatakan, istilah turun gunung juga diucap SBY saat konflik internal Demokrat.
“Dugaannya, tentu kepentingan Demokrat sedang terancam. Untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya tentu kita mesti melihat manuver SBY selanjutnya,” kata Fadhli Harahab kepada SINDOnews, Senin (19/9/2022).
Namun, kata Fadhli, kekhawatiran SBY itu bisa saja terkait Pilpres 2024. “Soal pengaturan dua pasangan calon di Pilpres 2024 itu mungkin saja terjadi melihat konfigurasi peta politik saat ini,” imbuhnya.
Karena, lanjut dia, aturan mainnya sudah jelas bahwa ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold (PT) mengatur 20 persen syarat mengusung calon. “Dinamika politik hari ini, kekhawatiran SBY tentu sarat dengan kepentingan politik juga, khususnya rancangan koalisi yang akan dibangun SBY ke depan,” tuturnya.
Dia menuturkan bahwa ada tiga parpol politik yang belum menyatakan berkoalisi berdasarkan dinamika politik saat ini, yakni PKS, Demokrat, dan Nasdem. “Kalau Nasdem tak mau ikut bergabung dengan Demokrat dan PKS, artinya tak mencukupi PT sebagai syarat ikut mencalonkan. Apes bagi Demokrat dan PKS jika tidak dapat menggaet salah satu parpol untuk ikut koalisi mereka,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis Fadhli Harahab mencatat bahwa istilah turun gunung ini cukup sering digunakan SBY yang bisa dimaknai kondisi tidak baik-baik saja alias ada ancaman. Dia mengatakan, istilah turun gunung juga diucap SBY saat konflik internal Demokrat.
“Dugaannya, tentu kepentingan Demokrat sedang terancam. Untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya tentu kita mesti melihat manuver SBY selanjutnya,” kata Fadhli Harahab kepada SINDOnews, Senin (19/9/2022).
Namun, kata Fadhli, kekhawatiran SBY itu bisa saja terkait Pilpres 2024. “Soal pengaturan dua pasangan calon di Pilpres 2024 itu mungkin saja terjadi melihat konfigurasi peta politik saat ini,” imbuhnya.
Karena, lanjut dia, aturan mainnya sudah jelas bahwa ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold (PT) mengatur 20 persen syarat mengusung calon. “Dinamika politik hari ini, kekhawatiran SBY tentu sarat dengan kepentingan politik juga, khususnya rancangan koalisi yang akan dibangun SBY ke depan,” tuturnya.
Dia menuturkan bahwa ada tiga parpol politik yang belum menyatakan berkoalisi berdasarkan dinamika politik saat ini, yakni PKS, Demokrat, dan Nasdem. “Kalau Nasdem tak mau ikut bergabung dengan Demokrat dan PKS, artinya tak mencukupi PT sebagai syarat ikut mencalonkan. Apes bagi Demokrat dan PKS jika tidak dapat menggaet salah satu parpol untuk ikut koalisi mereka,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda