Buka Muktamar ke-20 Al-Ittihadiyah, Wapres: Bangkitkan Ekonomi Umat
Kamis, 15 September 2022 - 14:15 WIB
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin membuka Muktamar ke-20 Al-Ittihadiyah. Muktamar yang diselenggarakan di Asrama Haji, Pondok Gede ini digelar selama tiga hari sejak 14 - 16 September 2022.
Wapres dalam sambutannya secara daring menyoroti peran penting Al-Ittihadiyah di bidang pembangunan ekonomi umat. “Ekonomi ini penting dalam rangka memberdayakan umat, memang umat Islam banyak tertinggal di bidang ekonomi, karena itu, kita tidak boleh membiarkan,” ungkapnya dikutip SINDOnews Kamis (15/9/2022).
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, menurut Wapres itu merupakan potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk bangkit dengan membangun ekonomi umat. “Karena ini saya kira umat Islam harus bergiat membangun ekonomi dan sekarang potensinya ada, aturannya ada, lapangannya ada, dan sekarang sudah bukan menjadi gerakan nasional, gerakan global semua itu,” tuturnya.
“Apabila mencari rezeki, kita berusaha dengan tetap menegakkan hak-hak Allah tanpa ada kelalaian terhadap agama itu, bahkan itu adalah jihad besar, jihad ekonomi yaitu berjuang bagaimana mencari rezeki yang halal, yang sesuai dengan syariat,” ucap Wapres mengutip nasihat Syekh Al Nawawi Bantani.
Ketua umum Al-Ittihadiyah Lukmanul Hakim mengatakan pilar ekonomi adalah pilar yang baru direncanakan khususnya pada periode kepengurusan 2016-2021. “Kami sangat bersyukur dengan arahan dari Wapres, Al-Ittihadiyah bisa memberikan dampak ekomoni yang lebih luas bagi umat dan masyarakat pada umumnya,” tuturnya.
Muktamar merupakan agenda rutin lima tahunan Al-Ittihadiyah sebagai forum tertinggi untuk mengkaji, membahas, mencermati permasalahan serta mencari solusi atas berbagai permasalahan agama, masyarakat dan bangsa Indonesia. Muktamar Al-Ittihadiyah ke 20 kali ini mengangkat tema ‘Persatuan dan Kesatuan Umat Untuk Indonesia Maju’
Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia sejak 1935, Al-Ittihadiyah berperan penting dalam menerapkan konsep persaudaraan antarsesama kaum muslim (ukhuwah Islamiyah), berbagai suku dan agama (ukhuwah basyariyah) dan antaranak bangsa dalam konteks cinta Tanah Air (ukhuwah wathoniyah) untuk kemajuan Indonesia.
Wapres dalam sambutannya secara daring menyoroti peran penting Al-Ittihadiyah di bidang pembangunan ekonomi umat. “Ekonomi ini penting dalam rangka memberdayakan umat, memang umat Islam banyak tertinggal di bidang ekonomi, karena itu, kita tidak boleh membiarkan,” ungkapnya dikutip SINDOnews Kamis (15/9/2022).
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, menurut Wapres itu merupakan potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk bangkit dengan membangun ekonomi umat. “Karena ini saya kira umat Islam harus bergiat membangun ekonomi dan sekarang potensinya ada, aturannya ada, lapangannya ada, dan sekarang sudah bukan menjadi gerakan nasional, gerakan global semua itu,” tuturnya.
“Apabila mencari rezeki, kita berusaha dengan tetap menegakkan hak-hak Allah tanpa ada kelalaian terhadap agama itu, bahkan itu adalah jihad besar, jihad ekonomi yaitu berjuang bagaimana mencari rezeki yang halal, yang sesuai dengan syariat,” ucap Wapres mengutip nasihat Syekh Al Nawawi Bantani.
Ketua umum Al-Ittihadiyah Lukmanul Hakim mengatakan pilar ekonomi adalah pilar yang baru direncanakan khususnya pada periode kepengurusan 2016-2021. “Kami sangat bersyukur dengan arahan dari Wapres, Al-Ittihadiyah bisa memberikan dampak ekomoni yang lebih luas bagi umat dan masyarakat pada umumnya,” tuturnya.
Muktamar merupakan agenda rutin lima tahunan Al-Ittihadiyah sebagai forum tertinggi untuk mengkaji, membahas, mencermati permasalahan serta mencari solusi atas berbagai permasalahan agama, masyarakat dan bangsa Indonesia. Muktamar Al-Ittihadiyah ke 20 kali ini mengangkat tema ‘Persatuan dan Kesatuan Umat Untuk Indonesia Maju’
Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia sejak 1935, Al-Ittihadiyah berperan penting dalam menerapkan konsep persaudaraan antarsesama kaum muslim (ukhuwah Islamiyah), berbagai suku dan agama (ukhuwah basyariyah) dan antaranak bangsa dalam konteks cinta Tanah Air (ukhuwah wathoniyah) untuk kemajuan Indonesia.
tulis komentar anda