Buka Muktamar ke-20 Al-Ittihadiyah, Wapres: Bangkitkan Ekonomi Umat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin membuka Muktamar ke-20 Al-Ittihadiyah. Muktamar yang diselenggarakan di Asrama Haji, Pondok Gede ini digelar selama tiga hari sejak 14 - 16 September 2022.
Wapres dalam sambutannya secara daring menyoroti peran penting Al-Ittihadiyah di bidang pembangunan ekonomi umat. “Ekonomi ini penting dalam rangka memberdayakan umat, memang umat Islam banyak tertinggal di bidang ekonomi, karena itu, kita tidak boleh membiarkan,” ungkapnya dikutip SINDOnews Kamis (15/9/2022).
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, menurut Wapres itu merupakan potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk bangkit dengan membangun ekonomi umat. “Karena ini saya kira umat Islam harus bergiat membangun ekonomi dan sekarang potensinya ada, aturannya ada, lapangannya ada, dan sekarang sudah bukan menjadi gerakan nasional, gerakan global semua itu,” tuturnya.
“Apabila mencari rezeki, kita berusaha dengan tetap menegakkan hak-hak Allah tanpa ada kelalaian terhadap agama itu, bahkan itu adalah jihad besar, jihad ekonomi yaitu berjuang bagaimana mencari rezeki yang halal, yang sesuai dengan syariat,” ucap Wapres mengutip nasihat Syekh Al Nawawi Bantani.
Ketua umum Al-Ittihadiyah Lukmanul Hakim mengatakan pilar ekonomi adalah pilar yang baru direncanakan khususnya pada periode kepengurusan 2016-2021. “Kami sangat bersyukur dengan arahan dari Wapres, Al-Ittihadiyah bisa memberikan dampak ekomoni yang lebih luas bagi umat dan masyarakat pada umumnya,” tuturnya.
Muktamar merupakan agenda rutin lima tahunan Al-Ittihadiyah sebagai forum tertinggi untuk mengkaji, membahas, mencermati permasalahan serta mencari solusi atas berbagai permasalahan agama, masyarakat dan bangsa Indonesia. Muktamar Al-Ittihadiyah ke 20 kali ini mengangkat tema ‘Persatuan dan Kesatuan Umat Untuk Indonesia Maju’
Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia sejak 1935, Al-Ittihadiyah berperan penting dalam menerapkan konsep persaudaraan antarsesama kaum muslim (ukhuwah Islamiyah), berbagai suku dan agama (ukhuwah basyariyah) dan antaranak bangsa dalam konteks cinta Tanah Air (ukhuwah wathoniyah) untuk kemajuan Indonesia.
Lukmanul Hakim menyampaikan kiprah Al Ittihadiyah pada pilar pendidikan dan dakwah selama ini sudah banyak dirasakan di tengah masyarakat. “Beberapa lembaga pendidikan yang ada seperti Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Labuhan Batu Utara (STIT Labura), Universitas Juanda Bogor, Sekolah Diniyyah Al Azhar Kota Jambi dan Muara Bungo dan lain lain. Di bidang sosial, Al Ittihadiyah mempunyai Panti Asuhan Mamiyai,” ucapnya.
Pilar kaderisasi, Al Ittihadiyah berharap pemimpin bangsa dan negara ini bisa berasal dari kaderisasi ormas Islam. Maka dibuatlah standardisasi dalam pemilihan dan pelatihan bagi calon anggota agar memiliki jiwa kepemimpinan tinggi serta bisa menciptakan peluang ekonomi yang besar untuk kemajuan Indonesia.
Muktamar Al-Ittihadiyah ke 20 ini menekankan pentingnya membangun Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. “Persatuan dan Kesatuan Umat serta seluruh elemen bangsa menjadi modal utama terwujudnya hal tersebut. Untuk itu, Al Ittihadiyah menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat di mana pun berada untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan umat agar Indonesia tetap maju dan terhindar dari gejolak ekonomi dan gejolak politik 2024.
Al-Ittihadiyah memiliki tiga pilar sebagai landasan organisasi yaitu, Pilar Pendidikan dan Dakwah, Pilar Ekonomi dan Pilar Kaderisasi. Maka dibentuklah program kerja prioritas yaitu program-program unggulan yang strategis, terukur, bisa terealisir dengan baik, berkembang serta berkelanjutan pada kepengurusan berikutnya.
Kegiatan ini di ikuti 200 peserta berasal dari Dewan Pimpinan Pusat Al-Ittihadiyah, 25 Dewan Pimpinan Wilayah Al-Ittihadiyah, Dewan Pimpinan Daerah Al-Ittihadiyah, Dewan Pimpinan Pusat Muslimat Al-Ittihadiyah (MAI) dan Barisan Muda Ali-Ittihadiyah (BMAI) dan Barisan Puteri Al-Ittihadiyah (BPAI).
Wapres dalam sambutannya secara daring menyoroti peran penting Al-Ittihadiyah di bidang pembangunan ekonomi umat. “Ekonomi ini penting dalam rangka memberdayakan umat, memang umat Islam banyak tertinggal di bidang ekonomi, karena itu, kita tidak boleh membiarkan,” ungkapnya dikutip SINDOnews Kamis (15/9/2022).
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, menurut Wapres itu merupakan potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk bangkit dengan membangun ekonomi umat. “Karena ini saya kira umat Islam harus bergiat membangun ekonomi dan sekarang potensinya ada, aturannya ada, lapangannya ada, dan sekarang sudah bukan menjadi gerakan nasional, gerakan global semua itu,” tuturnya.
“Apabila mencari rezeki, kita berusaha dengan tetap menegakkan hak-hak Allah tanpa ada kelalaian terhadap agama itu, bahkan itu adalah jihad besar, jihad ekonomi yaitu berjuang bagaimana mencari rezeki yang halal, yang sesuai dengan syariat,” ucap Wapres mengutip nasihat Syekh Al Nawawi Bantani.
Ketua umum Al-Ittihadiyah Lukmanul Hakim mengatakan pilar ekonomi adalah pilar yang baru direncanakan khususnya pada periode kepengurusan 2016-2021. “Kami sangat bersyukur dengan arahan dari Wapres, Al-Ittihadiyah bisa memberikan dampak ekomoni yang lebih luas bagi umat dan masyarakat pada umumnya,” tuturnya.
Muktamar merupakan agenda rutin lima tahunan Al-Ittihadiyah sebagai forum tertinggi untuk mengkaji, membahas, mencermati permasalahan serta mencari solusi atas berbagai permasalahan agama, masyarakat dan bangsa Indonesia. Muktamar Al-Ittihadiyah ke 20 kali ini mengangkat tema ‘Persatuan dan Kesatuan Umat Untuk Indonesia Maju’
Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia sejak 1935, Al-Ittihadiyah berperan penting dalam menerapkan konsep persaudaraan antarsesama kaum muslim (ukhuwah Islamiyah), berbagai suku dan agama (ukhuwah basyariyah) dan antaranak bangsa dalam konteks cinta Tanah Air (ukhuwah wathoniyah) untuk kemajuan Indonesia.
Lukmanul Hakim menyampaikan kiprah Al Ittihadiyah pada pilar pendidikan dan dakwah selama ini sudah banyak dirasakan di tengah masyarakat. “Beberapa lembaga pendidikan yang ada seperti Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Labuhan Batu Utara (STIT Labura), Universitas Juanda Bogor, Sekolah Diniyyah Al Azhar Kota Jambi dan Muara Bungo dan lain lain. Di bidang sosial, Al Ittihadiyah mempunyai Panti Asuhan Mamiyai,” ucapnya.
Pilar kaderisasi, Al Ittihadiyah berharap pemimpin bangsa dan negara ini bisa berasal dari kaderisasi ormas Islam. Maka dibuatlah standardisasi dalam pemilihan dan pelatihan bagi calon anggota agar memiliki jiwa kepemimpinan tinggi serta bisa menciptakan peluang ekonomi yang besar untuk kemajuan Indonesia.
Muktamar Al-Ittihadiyah ke 20 ini menekankan pentingnya membangun Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. “Persatuan dan Kesatuan Umat serta seluruh elemen bangsa menjadi modal utama terwujudnya hal tersebut. Untuk itu, Al Ittihadiyah menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat di mana pun berada untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan umat agar Indonesia tetap maju dan terhindar dari gejolak ekonomi dan gejolak politik 2024.
Al-Ittihadiyah memiliki tiga pilar sebagai landasan organisasi yaitu, Pilar Pendidikan dan Dakwah, Pilar Ekonomi dan Pilar Kaderisasi. Maka dibentuklah program kerja prioritas yaitu program-program unggulan yang strategis, terukur, bisa terealisir dengan baik, berkembang serta berkelanjutan pada kepengurusan berikutnya.
Kegiatan ini di ikuti 200 peserta berasal dari Dewan Pimpinan Pusat Al-Ittihadiyah, 25 Dewan Pimpinan Wilayah Al-Ittihadiyah, Dewan Pimpinan Daerah Al-Ittihadiyah, Dewan Pimpinan Pusat Muslimat Al-Ittihadiyah (MAI) dan Barisan Muda Ali-Ittihadiyah (BMAI) dan Barisan Puteri Al-Ittihadiyah (BPAI).
(cip)