PBNU Terus Dukung Polri: Kalau Ditinggal, Negara Hancur
Jum'at, 09 September 2022 - 17:55 WIB
JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) menegaskan akan tetap berada di belakang Polri yang tengah dirundung masalah. Menurut PBNU, meninggalkan Polri hanya akan memperburuk situasi di negara.
Hal ini disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di sela memberikan sambutan Kaderisasi Wilayah NU Sumatera Utara ke XVIII di Medan, Jumat (9/9/2022).
"Polri juga berat masalahnya tapi kita tidak mungkin meninggalkan Polri. Kita harus terus men-support dan berada di belakang Polri," kata Gus Yahya dalam keterangannya, Jumat,(09/09/2022).
Baca juga: Gus Yahya Tegaskan PBNU Berada di Belakang Polri
Menurutnya, negara mana pun, termasuk Indonesia, membutuhkan polisi yang solid kuat dan di-support penuh segenap elemen bangsa.
"Kalau Polri kita tinggal, maka negara ini akan hancur. Semua memang ada masalahnya. Tapi kita tetap harus berada di belakang Polri, termasuk berada di belakang negara ini," katanya.
Sebagai organisasi yang turut dalam mendirikan negeri, NU juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan NKRI. "Karena NU ini berada di belakang berdirinya negara ini. NU memiliki tanggung jawab untuk bersama menjaga bangsa dan negara ini," katanya.
Baca juga: Dukung Penuntasan Kasus Brigadir J, Said Aqil: Saatnya Kapolri Bersih-Bersih
Sebagai informasi pada Agustus 2022, lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei persepsi publik terhadap Polri, pascamencuatnya kasus pembunuhan Brigadir J oleh mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo. Hasilnya, ada penurunan kepecayaan masyarakat kepada Polri pasca peristiwa pembunuhan Yosua.
Survei Indikator menyebut pada Mei 2022 kepercayaan masyarakat kepada Polri berada pada tingkat 66,7%, namun pada Agustus 2022 atau setelah kasus pembunuhan Yosua muncul ke publik kepercayaan masyarakat kepada Polri menurun menjadi 54,4%.
Hal ini disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di sela memberikan sambutan Kaderisasi Wilayah NU Sumatera Utara ke XVIII di Medan, Jumat (9/9/2022).
"Polri juga berat masalahnya tapi kita tidak mungkin meninggalkan Polri. Kita harus terus men-support dan berada di belakang Polri," kata Gus Yahya dalam keterangannya, Jumat,(09/09/2022).
Baca juga: Gus Yahya Tegaskan PBNU Berada di Belakang Polri
Menurutnya, negara mana pun, termasuk Indonesia, membutuhkan polisi yang solid kuat dan di-support penuh segenap elemen bangsa.
"Kalau Polri kita tinggal, maka negara ini akan hancur. Semua memang ada masalahnya. Tapi kita tetap harus berada di belakang Polri, termasuk berada di belakang negara ini," katanya.
Sebagai organisasi yang turut dalam mendirikan negeri, NU juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan NKRI. "Karena NU ini berada di belakang berdirinya negara ini. NU memiliki tanggung jawab untuk bersama menjaga bangsa dan negara ini," katanya.
Baca juga: Dukung Penuntasan Kasus Brigadir J, Said Aqil: Saatnya Kapolri Bersih-Bersih
Sebagai informasi pada Agustus 2022, lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei persepsi publik terhadap Polri, pascamencuatnya kasus pembunuhan Brigadir J oleh mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo. Hasilnya, ada penurunan kepecayaan masyarakat kepada Polri pasca peristiwa pembunuhan Yosua.
Survei Indikator menyebut pada Mei 2022 kepercayaan masyarakat kepada Polri berada pada tingkat 66,7%, namun pada Agustus 2022 atau setelah kasus pembunuhan Yosua muncul ke publik kepercayaan masyarakat kepada Polri menurun menjadi 54,4%.
(abd)
tulis komentar anda