Operasi Seroja di Timor Timur, 16 Prajurit Kopassus Gugur saat Merebut Kota Dili
Jum'at, 26 Agustus 2022 - 05:05 WIB
Tanggal 7 Desember 1975 tepat pukul 5.30 Kota Dili pun diserang. Grup 1 Kopassandha sekarang bernama Kopassus dan Brigade-18 Linud/Kostrad yang sebagian besar dari Batalyon 502/Raiders Jawa Timur diterjunkan dengan menggunakan sembilan pesawat C-130 Hercules TNI AU. Operasi perebutan Kota Dili melalui operasi udara dengan menerjunkan pasukan tidak berjalan mulus.
Pasukan Tropas yang terlatih dan memiliki pengalaman perang di Mozambique dan Angola ternyata telah bersiaga dan langsung menembaki pesawat Hercules yang mengangkut prajurit Kopassus dari bawah. Serangan itu membuat 78 anggota Kopassandha gagal terjun di pagi itu. Mereka lantas dibawa ke Kupang. Tembakan dari bawah menyebabkan kerusakan kecil di pesawat. Tak hanya itu, seorang load master juga gugur terkena tembakan.
“Perasaan saya campur-aduk. Antara kesal, marah, khawatir semua bercampur baur di dalam kabin pesawat C-130B tersebut. Sejumlah anak buah saya telah terjun dan mungkin sudah terlibat tembak-menembak, dan mungkin juga telah menjadi korban. Sementara saya tak berdaya serta malahan tidak mampu memimpin mereka merebut sasaran yang ditentukan,” kenang Luhut.
Perwira Kopassus Gugur Usai Kibarkan Bendera Merah Putih
Pertempuran sengit antara Kopassus yang berhasil diterjunkan dengan Fretilin pecah di sejumlah tempat. Minimnya data intelijen, kurangnya persiapan dan koordinasi membuat operasi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Akibatnya, banyak prajurit Kopassus yang gugur pada hari pertama Operasi Seroja digelar.
Salah satunya, Letkol Infanteri (Anumerta) Atang Sutresna. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat 22 Agustus 1943 ini gugur ditembak pasukan Fretilin sesaat setelah mengibarkan Bendera Merah Putih di Kantor Gubernur Timor Portugis di Dili, Timor Leste pada hari pertama Operasi Seroja digelar.
Saat itu, Atang yang masih berpangkat Mayor diterjunkan bersama 35 prajurit Yonif Linud 501 Kostrad. Bersama 19 prajurit Kopassandha, Mayor Atang ditugaskan merebut sejumlah lokasi strategis. Di antaranya, kantor gubernur, lapangan terbang dan pelabuhan.
Nahas, Mayor Atang yang saat itu menjabat sebagai Komandan Detasemen Tempur (Dandenpur) I Nanggala V Grup 1 Kopassandha dihujani tembakan oleh Fretilin saat masih di udara. Akibatnya, beberapa anggotanya gugur terkena peluru musuh saat payung masih mengembang di udara.
Setelah mencapai darat, Mayor Atang bersama dua anggotanya yakni, Koptu Sugeng dan Koptu Suhar bergerak maju untuk merebut tempat-tempat strategis. Di bawah hujan tembakan musuh, Mayor Atang kemudian meminta kedua anggotanya untuk mengibarkan bendera Merah Putih.
Pasukan Tropas yang terlatih dan memiliki pengalaman perang di Mozambique dan Angola ternyata telah bersiaga dan langsung menembaki pesawat Hercules yang mengangkut prajurit Kopassus dari bawah. Serangan itu membuat 78 anggota Kopassandha gagal terjun di pagi itu. Mereka lantas dibawa ke Kupang. Tembakan dari bawah menyebabkan kerusakan kecil di pesawat. Tak hanya itu, seorang load master juga gugur terkena tembakan.
“Perasaan saya campur-aduk. Antara kesal, marah, khawatir semua bercampur baur di dalam kabin pesawat C-130B tersebut. Sejumlah anak buah saya telah terjun dan mungkin sudah terlibat tembak-menembak, dan mungkin juga telah menjadi korban. Sementara saya tak berdaya serta malahan tidak mampu memimpin mereka merebut sasaran yang ditentukan,” kenang Luhut.
Perwira Kopassus Gugur Usai Kibarkan Bendera Merah Putih
Pertempuran sengit antara Kopassus yang berhasil diterjunkan dengan Fretilin pecah di sejumlah tempat. Minimnya data intelijen, kurangnya persiapan dan koordinasi membuat operasi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Akibatnya, banyak prajurit Kopassus yang gugur pada hari pertama Operasi Seroja digelar.
Salah satunya, Letkol Infanteri (Anumerta) Atang Sutresna. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat 22 Agustus 1943 ini gugur ditembak pasukan Fretilin sesaat setelah mengibarkan Bendera Merah Putih di Kantor Gubernur Timor Portugis di Dili, Timor Leste pada hari pertama Operasi Seroja digelar.
Saat itu, Atang yang masih berpangkat Mayor diterjunkan bersama 35 prajurit Yonif Linud 501 Kostrad. Bersama 19 prajurit Kopassandha, Mayor Atang ditugaskan merebut sejumlah lokasi strategis. Di antaranya, kantor gubernur, lapangan terbang dan pelabuhan.
Nahas, Mayor Atang yang saat itu menjabat sebagai Komandan Detasemen Tempur (Dandenpur) I Nanggala V Grup 1 Kopassandha dihujani tembakan oleh Fretilin saat masih di udara. Akibatnya, beberapa anggotanya gugur terkena peluru musuh saat payung masih mengembang di udara.
Setelah mencapai darat, Mayor Atang bersama dua anggotanya yakni, Koptu Sugeng dan Koptu Suhar bergerak maju untuk merebut tempat-tempat strategis. Di bawah hujan tembakan musuh, Mayor Atang kemudian meminta kedua anggotanya untuk mengibarkan bendera Merah Putih.
tulis komentar anda