Gubernur Lemhannas: Indonesia Tak Akan Alami Kelangkaan Pangan hingga 9 Bulan ke Depan
Rabu, 24 Agustus 2022 - 19:09 WIB
JAKARTA - Lembaga Ketahanan Nasional ( Lemhannas ) Republik Indonesia menilai tantangan dasar bangsa Indonesia untuk memulihkan perekonomian dari pandemi Covid-19 adalah mengembalikan rangkai pasok global.
"Ini (tantangan) memang variabel - variabelnya cenderung variabel eksternal, variabel global," kata Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto saat konferensi pers The 6th Jakarta Geopolitical Forum, Rabu (24/8/2022).
Andi menyampaikan, berdasarkan laporan dari lembaga riset tentang komoditas pangan dan energi, salah satu temuannya mengatakan Indonesia tidak mengalami kelangkaan pasokan pangan hingga 6-9 bulan ke depan.
Meski demikian, yang menjadi masalah adalah adanya pasokan itu tidak ada di pasar atau ke tangan konsumen dengan harga yang normal. Hal itu terjadi akibat dampak perang antara Rusia dan Ukraina di awal Mei lalu.
"Untuk harga pangan di Ukraina sekarang gandum cenderung turun. Kalau tidak itu ada sekitar 40 juta ton gandum hasil panen tahun ini, dari Ukraina tidak keluar akan berpengaruh kepada 800 juta konsumen gandum dunia. Jadi itu masalah kita, ada dirangkai pasok," katanya.
Guna mengatasi permasalahan itu, berbagai upaya telah dilakukan Indonesia, misalnya dengan menaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) untuk menekan inflasi dan juga langkah Presiden memerintahkan tim pengendali inflasi di daerah untuk betul-betul mengamankan harga dan memastikan pasokan distribusi berjalan optimal. "Tapi solusi utamanya tetap di distribusi pasokan," ungkapnya.
Berdasarkan data distribusi pasokan global, kata Andi, 82% dari komoditas pangan dan energi global itu didistribusikan lewat laut. Kemudian dari 82% itu saat ini yang terganggu diangka 60%.
Selanjutnya, jalur distribusi melalui Indonesia melalui Selat Malaka, Selat Sunda, dan Lombok diangka 46% dari pasukan komoditas pangan energi dunia. "Oleh karena itu kami ambil tema geopolitik ini untuk berusaha memberikan pemahaman syukur-syukur ada rekomendasi tentang bagaimana tantangan ke depan terkait konektivitas rantai pasok global," ucapnya.
"Ini (tantangan) memang variabel - variabelnya cenderung variabel eksternal, variabel global," kata Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto saat konferensi pers The 6th Jakarta Geopolitical Forum, Rabu (24/8/2022).
Andi menyampaikan, berdasarkan laporan dari lembaga riset tentang komoditas pangan dan energi, salah satu temuannya mengatakan Indonesia tidak mengalami kelangkaan pasokan pangan hingga 6-9 bulan ke depan.
Baca Juga
Meski demikian, yang menjadi masalah adalah adanya pasokan itu tidak ada di pasar atau ke tangan konsumen dengan harga yang normal. Hal itu terjadi akibat dampak perang antara Rusia dan Ukraina di awal Mei lalu.
"Untuk harga pangan di Ukraina sekarang gandum cenderung turun. Kalau tidak itu ada sekitar 40 juta ton gandum hasil panen tahun ini, dari Ukraina tidak keluar akan berpengaruh kepada 800 juta konsumen gandum dunia. Jadi itu masalah kita, ada dirangkai pasok," katanya.
Guna mengatasi permasalahan itu, berbagai upaya telah dilakukan Indonesia, misalnya dengan menaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) untuk menekan inflasi dan juga langkah Presiden memerintahkan tim pengendali inflasi di daerah untuk betul-betul mengamankan harga dan memastikan pasokan distribusi berjalan optimal. "Tapi solusi utamanya tetap di distribusi pasokan," ungkapnya.
Berdasarkan data distribusi pasokan global, kata Andi, 82% dari komoditas pangan dan energi global itu didistribusikan lewat laut. Kemudian dari 82% itu saat ini yang terganggu diangka 60%.
Selanjutnya, jalur distribusi melalui Indonesia melalui Selat Malaka, Selat Sunda, dan Lombok diangka 46% dari pasukan komoditas pangan energi dunia. "Oleh karena itu kami ambil tema geopolitik ini untuk berusaha memberikan pemahaman syukur-syukur ada rekomendasi tentang bagaimana tantangan ke depan terkait konektivitas rantai pasok global," ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda