Potensi dari Ruang Publik di Dukuh Atas
Senin, 18 Juli 2022 - 16:08 WIB
Fenomena berkumpulnya anak-anak muda di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, akhir-akhir ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang melintas di daerah itu. Pada awal kemunculannya, para remaja tersebut diketahui berasal dari daerah Citayam, Depok, Jawa Barat, yang merupakan daerah penyangga Ibu Kota.
Mereka menarik perhatian karena penampilannya yang unik, bahkan ada yang cenderung ekstrem untuk busana sehari-hari. Tak jarang dari mereka sengaja berjalan bak model di ajang peragaan busana.
Alhasil warganet menyebut fenomena ini sebagaiCitayam Fashion Week, meski sebetulnya kurang tepat. Pasalnya, labelfashion weeklazimnya adalah sebutan untuk sebuah ajang penampilan mode hasil karya para perancang busana yang disuguhkan pada satu kesempatan khusus dan terorganisasi. Ini berbeda dengan fenomena berkumpulnya anak-anak muda di sekitaran Dukuh Atas di mana mereka tampil dengan busana masing-masing tanpa membawa embel-embelfashion designeratau semacamnya.
Maka jadilah pergelaran busana bersifat spontan meski ada juga dari para remaja ini yang menyiapkan pakaiannya jauh-jauh hari. Mereka datang dengan tujuanhangoutsembari menampilkanoutfitkoleksi pribadinya untuk menarik perhatian dengan berlenggang di atas trotoar yang menjadicatwalk-nya. Area trotoar di seputaran Dukuh Atas pun menjadifashion streetyang menghebohkan media sosial.
Munculnya fenomena aduoutfitdi Dukuh Atas ini menjadi salah satu bukti bahwa keberadaan ruang publik yang nyaman menjadi sarana warga kota untuk berinteraksi sosial. Terbukti para remaja ini datang tak hanya datang dari Citayam dan sekitarnya, tetapi ada juga dari daerah lain seperti Cikarang, Bekasi, Tanah Abang.
Ramainya anak-anak muda yang tampil adu nyentrik di kawasan Dukuh Atas juga menunjukkan bahwa sesungguhnya ekspresi berbusana adalah milik semua orang. Tidak hanya kaum berduit yang biasa nongkrong di mal kelas atas, tetapi juga untuk mereka yang dicap sebagai kalangan bawah.Istilahnyafashion statementseseorang adalah mutlak hak pribadi yang bisa diungkapkan di mana saja dan kapan saja, tentu dengan mengikuti kaidah dan norma yang berlaku di masyarakat.
Lalu apa yang bisa dimanfaatkan dari fenomena tersebut? Secara kasatmata sudah barang tentu ada kesempatan bagi para pelaku usaha di sektor informal yang ada di sekitar Dukuh Atas. Selain itu tren aduoutfitini juga memungkinkan para pemilik merek busana ambil bagian dari aksi ini. Syukur-syukur adaoutfitdari produsen lokal yang turut serta menyokong para penampil di Dukuh Atas.
Perihal ini, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam sebuah diskusi yang dikutip dariSindonews.combeberapa waktu lalu menyebutkan bahwa banyaknya remaja dengan aksifashion show-nya secara tidak langsung telah membantu UMKM untuk promosi, khususnya untuk bidangfashion.
Untuk itu akan sangat tepat apabila para anak muda ini beramai-ramai menampilkan produk lokal dari distro-distro rumahan hasil karya anak bangsa ketimbang baju-baju impor dari luar negeri. Dengan kehadiran produk lokal inilah diharapkan akan ada efek berganda yang menetes dari aksi kreasi anak-anak muda ini.
Dari ajangCitayam Fashion Streetini pula kita berharap muncul kreativitas-kreativitas baru yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. Maka sangat diperlukan dukungan para pemangku kebijakan agar kreativitas ini bisa diarahkan ke hal-hal lebih positif yang bisa menular ke anak-anak muda lainnya.
Meski demikian perlu juga diperhatikan bahwa ruang publik yang digunakan di kawasan Dukuh Atas adalah milik bersama warga. Artinya jangan sampai dengan label menuangkan ekspresi dan kreativitas diri lantas mengganggu warga lain yang hendak beraktivitas di daerah tersebut.
Meski diingat pula bahwa ekspresi dan kebebasan berkarya serta aktualisasi diri ini sudah seharusnya diikuti dengan menjaga toleransi sehingga tercipta lingkungan yang harmonis. Pada akhirnya kita berharap dampak positif dari ajangfashionjalanan ini bisa meluas ke sektor lain demi bergeraknya perekonomian. Memang tidak mudah. Namun bukan berarti mustahil apabila fenomena ini bisa ditangkap secara positif untuk kebaikan bersama.
Mereka menarik perhatian karena penampilannya yang unik, bahkan ada yang cenderung ekstrem untuk busana sehari-hari. Tak jarang dari mereka sengaja berjalan bak model di ajang peragaan busana.
Alhasil warganet menyebut fenomena ini sebagaiCitayam Fashion Week, meski sebetulnya kurang tepat. Pasalnya, labelfashion weeklazimnya adalah sebutan untuk sebuah ajang penampilan mode hasil karya para perancang busana yang disuguhkan pada satu kesempatan khusus dan terorganisasi. Ini berbeda dengan fenomena berkumpulnya anak-anak muda di sekitaran Dukuh Atas di mana mereka tampil dengan busana masing-masing tanpa membawa embel-embelfashion designeratau semacamnya.
Maka jadilah pergelaran busana bersifat spontan meski ada juga dari para remaja ini yang menyiapkan pakaiannya jauh-jauh hari. Mereka datang dengan tujuanhangoutsembari menampilkanoutfitkoleksi pribadinya untuk menarik perhatian dengan berlenggang di atas trotoar yang menjadicatwalk-nya. Area trotoar di seputaran Dukuh Atas pun menjadifashion streetyang menghebohkan media sosial.
Munculnya fenomena aduoutfitdi Dukuh Atas ini menjadi salah satu bukti bahwa keberadaan ruang publik yang nyaman menjadi sarana warga kota untuk berinteraksi sosial. Terbukti para remaja ini datang tak hanya datang dari Citayam dan sekitarnya, tetapi ada juga dari daerah lain seperti Cikarang, Bekasi, Tanah Abang.
Ramainya anak-anak muda yang tampil adu nyentrik di kawasan Dukuh Atas juga menunjukkan bahwa sesungguhnya ekspresi berbusana adalah milik semua orang. Tidak hanya kaum berduit yang biasa nongkrong di mal kelas atas, tetapi juga untuk mereka yang dicap sebagai kalangan bawah.Istilahnyafashion statementseseorang adalah mutlak hak pribadi yang bisa diungkapkan di mana saja dan kapan saja, tentu dengan mengikuti kaidah dan norma yang berlaku di masyarakat.
Lalu apa yang bisa dimanfaatkan dari fenomena tersebut? Secara kasatmata sudah barang tentu ada kesempatan bagi para pelaku usaha di sektor informal yang ada di sekitar Dukuh Atas. Selain itu tren aduoutfitini juga memungkinkan para pemilik merek busana ambil bagian dari aksi ini. Syukur-syukur adaoutfitdari produsen lokal yang turut serta menyokong para penampil di Dukuh Atas.
Perihal ini, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam sebuah diskusi yang dikutip dariSindonews.combeberapa waktu lalu menyebutkan bahwa banyaknya remaja dengan aksifashion show-nya secara tidak langsung telah membantu UMKM untuk promosi, khususnya untuk bidangfashion.
Untuk itu akan sangat tepat apabila para anak muda ini beramai-ramai menampilkan produk lokal dari distro-distro rumahan hasil karya anak bangsa ketimbang baju-baju impor dari luar negeri. Dengan kehadiran produk lokal inilah diharapkan akan ada efek berganda yang menetes dari aksi kreasi anak-anak muda ini.
Dari ajangCitayam Fashion Streetini pula kita berharap muncul kreativitas-kreativitas baru yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. Maka sangat diperlukan dukungan para pemangku kebijakan agar kreativitas ini bisa diarahkan ke hal-hal lebih positif yang bisa menular ke anak-anak muda lainnya.
Meski demikian perlu juga diperhatikan bahwa ruang publik yang digunakan di kawasan Dukuh Atas adalah milik bersama warga. Artinya jangan sampai dengan label menuangkan ekspresi dan kreativitas diri lantas mengganggu warga lain yang hendak beraktivitas di daerah tersebut.
Meski diingat pula bahwa ekspresi dan kebebasan berkarya serta aktualisasi diri ini sudah seharusnya diikuti dengan menjaga toleransi sehingga tercipta lingkungan yang harmonis. Pada akhirnya kita berharap dampak positif dari ajangfashionjalanan ini bisa meluas ke sektor lain demi bergeraknya perekonomian. Memang tidak mudah. Namun bukan berarti mustahil apabila fenomena ini bisa ditangkap secara positif untuk kebaikan bersama.
(ynt)
tulis komentar anda