Cara Soeharto Menunjuk Menteri, dari Mancing Bareng hingga Telepon Menjelang Sahur
Jum'at, 17 Juni 2022 - 08:10 WIB
"Tidak salah. Laksanakan ya!" tandas Soeharto. "Baik Pak," jawab Harmoko. Soeharto lalu menutup telepon.
Pengalaman yang sama juga dialami Haryanto Dhanutirto. Ketika bersiap berbuka puasa, Deputi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu tiba-tiba ditelepon Presiden Soeharto. Dia ditunjuk menjadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Pembangunan VI.
Masih dalam kondisi bingung, Dhanutirto pun menjawab, "Saya siap membantu bapak," katanya sedikit ragu.
"Baiklah kalau begitu," kata Soeharto lalu hening sejenak. "Sementara embargo dulu, yang lain belum perlu tahu," kata Pak Harto menyudahi telepon.
Tak hanya sebagai presiden, Soeharto yang juga menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Golkar juga tidak asal-asalan dalam memilih calon anggota DPR/MPR-RI dari partainya. Menjelang Pemilu 1992, Sekretaris Dewan Pembina Cosmas Batubara membawa daftar nama yang akan diusulkan menjadi anggota legislatif di tingkat pusat. Nama-nama dalam daftar itu sudah melalui seleksi ketat sebelum diserahkan kepada Soeharto.
Setelah menerima, Soeharto lalu meneliti setiap nama. Dari daftar yang diusulkan, Soeharto mencoret salah satu nama dengan memberikan penjelasan detail kelemahan-kelemahannya sehingga tidak layak dicalonkan menjadi Anggota DPR/MPR-RI.
Dari kejadian itu, Cosmas Batubara mengetahui bahwa Soeharto tidak asal memilih. Dia menggunakan data-data yang dikumpulkan oleh berbagai sumber, sehingga informasi yang diterima lengkap.
"Menurut saya cek dan ricek itu merupakan hal yang sangat baik. Itu yang menyebabkan, jika Pak Harto sudah memilih orang, biasanya jarang diubah lagi karena proses pemilihannya cukup panjang dan lama. Dengan begitu, apa yang sudah diputuskan biasanya menjadi sangat akurat dan tidak menimbulkan masalah," kata Cosmas Batubara dikutip dari buku yang sama.
Pengalaman yang sama juga dialami Haryanto Dhanutirto. Ketika bersiap berbuka puasa, Deputi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu tiba-tiba ditelepon Presiden Soeharto. Dia ditunjuk menjadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Pembangunan VI.
Masih dalam kondisi bingung, Dhanutirto pun menjawab, "Saya siap membantu bapak," katanya sedikit ragu.
"Baiklah kalau begitu," kata Soeharto lalu hening sejenak. "Sementara embargo dulu, yang lain belum perlu tahu," kata Pak Harto menyudahi telepon.
Tak hanya sebagai presiden, Soeharto yang juga menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Golkar juga tidak asal-asalan dalam memilih calon anggota DPR/MPR-RI dari partainya. Menjelang Pemilu 1992, Sekretaris Dewan Pembina Cosmas Batubara membawa daftar nama yang akan diusulkan menjadi anggota legislatif di tingkat pusat. Nama-nama dalam daftar itu sudah melalui seleksi ketat sebelum diserahkan kepada Soeharto.
Setelah menerima, Soeharto lalu meneliti setiap nama. Dari daftar yang diusulkan, Soeharto mencoret salah satu nama dengan memberikan penjelasan detail kelemahan-kelemahannya sehingga tidak layak dicalonkan menjadi Anggota DPR/MPR-RI.
Dari kejadian itu, Cosmas Batubara mengetahui bahwa Soeharto tidak asal memilih. Dia menggunakan data-data yang dikumpulkan oleh berbagai sumber, sehingga informasi yang diterima lengkap.
"Menurut saya cek dan ricek itu merupakan hal yang sangat baik. Itu yang menyebabkan, jika Pak Harto sudah memilih orang, biasanya jarang diubah lagi karena proses pemilihannya cukup panjang dan lama. Dengan begitu, apa yang sudah diputuskan biasanya menjadi sangat akurat dan tidak menimbulkan masalah," kata Cosmas Batubara dikutip dari buku yang sama.
(abd)
tulis komentar anda