PDIP Tekankan Kemandirian Pangan di Tengah Pandemi Corona
Selasa, 23 Juni 2020 - 16:10 WIB
JAKARTA - PDI Perjuangan menaruh perhatian terhadap kedaulatan pangan di Indonesia. Di tengah pandemi virus corona (COVID-19) yang belum jelas berakhirnya, kedaulatan pangan menjadi aspek penting untuk terciptanya kehidupan sosial masyarakat yang maju.
Hal itu disampaikan Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Nelayan DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri saat membuka webinar dengan tema Kedaulatan Pangan dalam rangka peringatan Bulan Bung Karno pada Selasa (23/6/2020). Hadir dalam diskusi itu, Guru Besar Ilmu Perekonomian Pertanian Unila Bustanul Arifin, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, anggota DPR Komisi IV Mindo Sianipar, Kirana Larasati dan ratusan pengurus PDIP di tingkat daerah.
Rokhmin menyatakan, sejak dulu PDIP selalu menekankan kedaulatan pangan sebagai kemandirian bangsa. Bahkan, hal ini terus-menerus digelorakan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dalam sejumlah kesempatan baik kegiatan internal maupun eksternal partai.
"Karena itu, kalau saudara mengikuti Rakornas, atau rapat-rapat nasional partai yang lainnya, selalu Ibu Ketua Umum menekankan betapa seluruh pilar partai baik di eksekutif, legislatif, dan struktur partai di seluruh Tanah Air harus benar-benar memperkuat dan mengembangkan kedaulatan pangan kita," kata Rokhmin dalam paparannya.
Rokhmin mengatakan, ada alasan kuat kenapa Indonesia harus mandiri di bidang pangan. Ia pun mengutip pernyataan badan dunia, WHO, yang merumuskan hasil penelitian bahwa suatu negara dengan penduduk lebih dari 100 juta itu akan sukar menjadi maju sejahtera dan berdaulat jika kebutuhan pangannya bergantung pada impor. ( )
Di sisi lain, lanjut dia, WHO juga mensinyalir masa pandemi ini membuat negara-negara dunia rentan krisis pangan. Karena itu, pihaknya mendorong kedaulatan pangan terjadi di Tanah Air, bukan hanya mandiri secara terpusat, tetapi hingga desa per desa di Indonesia. "Baik untuk masa pandemi ataupun pasca," kata Rokhmin.
Menteri Kelautan dan Perikanan era Kabinet Gotong Royong ini menambahkan, ada beberapa hal yang membuat kedaulatan pangan sangat strategis bagi Indonesia. Pertama, kedaulatan pangan menentukan kesehatan, kecerdasan, individu maupun kualitas SDM yang ujungnya adalah kemajuan dari bangsa. "Kemudian alasan kedua bahwa supply pangan global cenderung menurun akibat pertambahan jumlah penduduk, kerusakan lingkungan, dan terakhir mafia pangan," katanya.
Di samping itu, pertambahan penduduk juga harus disertai dengan peningkatan produktivitas pangan. Apabila terjadi kekurangan pangan, maka akan memicu gejolak sosial dan politik. "Ini contohnya bagaimana korelasi antara konsumsi protein komponen penting dari pangan. Kalau semakin tinggi konsumsi proteinnya, semakin maju bangsa tersebut. Kemudian, bahwa menurut penelitian bahwa andaikan bumi ini suhunya meningkat 1 derajat Celcius, maka produksi pangan dunia itu akan berkurang 10%," katanya. (
)
Rokhmin juga mengingatkan pidato Proklamator RI Bung Karno pada 1952 yang menyebut pangan adalah hidup mati sebuah bangsa. Hal itu pun diamini oleh WHO. Beruntung, kata Rokhmin, Indonesia memiliki potensi itu karena sebagai negara agraris dan maritim terbesar di dunia.
Hal itu disampaikan Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Nelayan DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri saat membuka webinar dengan tema Kedaulatan Pangan dalam rangka peringatan Bulan Bung Karno pada Selasa (23/6/2020). Hadir dalam diskusi itu, Guru Besar Ilmu Perekonomian Pertanian Unila Bustanul Arifin, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, anggota DPR Komisi IV Mindo Sianipar, Kirana Larasati dan ratusan pengurus PDIP di tingkat daerah.
Rokhmin menyatakan, sejak dulu PDIP selalu menekankan kedaulatan pangan sebagai kemandirian bangsa. Bahkan, hal ini terus-menerus digelorakan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dalam sejumlah kesempatan baik kegiatan internal maupun eksternal partai.
"Karena itu, kalau saudara mengikuti Rakornas, atau rapat-rapat nasional partai yang lainnya, selalu Ibu Ketua Umum menekankan betapa seluruh pilar partai baik di eksekutif, legislatif, dan struktur partai di seluruh Tanah Air harus benar-benar memperkuat dan mengembangkan kedaulatan pangan kita," kata Rokhmin dalam paparannya.
Rokhmin mengatakan, ada alasan kuat kenapa Indonesia harus mandiri di bidang pangan. Ia pun mengutip pernyataan badan dunia, WHO, yang merumuskan hasil penelitian bahwa suatu negara dengan penduduk lebih dari 100 juta itu akan sukar menjadi maju sejahtera dan berdaulat jika kebutuhan pangannya bergantung pada impor. ( )
Di sisi lain, lanjut dia, WHO juga mensinyalir masa pandemi ini membuat negara-negara dunia rentan krisis pangan. Karena itu, pihaknya mendorong kedaulatan pangan terjadi di Tanah Air, bukan hanya mandiri secara terpusat, tetapi hingga desa per desa di Indonesia. "Baik untuk masa pandemi ataupun pasca," kata Rokhmin.
Menteri Kelautan dan Perikanan era Kabinet Gotong Royong ini menambahkan, ada beberapa hal yang membuat kedaulatan pangan sangat strategis bagi Indonesia. Pertama, kedaulatan pangan menentukan kesehatan, kecerdasan, individu maupun kualitas SDM yang ujungnya adalah kemajuan dari bangsa. "Kemudian alasan kedua bahwa supply pangan global cenderung menurun akibat pertambahan jumlah penduduk, kerusakan lingkungan, dan terakhir mafia pangan," katanya.
Di samping itu, pertambahan penduduk juga harus disertai dengan peningkatan produktivitas pangan. Apabila terjadi kekurangan pangan, maka akan memicu gejolak sosial dan politik. "Ini contohnya bagaimana korelasi antara konsumsi protein komponen penting dari pangan. Kalau semakin tinggi konsumsi proteinnya, semakin maju bangsa tersebut. Kemudian, bahwa menurut penelitian bahwa andaikan bumi ini suhunya meningkat 1 derajat Celcius, maka produksi pangan dunia itu akan berkurang 10%," katanya. (
Baca Juga
Rokhmin juga mengingatkan pidato Proklamator RI Bung Karno pada 1952 yang menyebut pangan adalah hidup mati sebuah bangsa. Hal itu pun diamini oleh WHO. Beruntung, kata Rokhmin, Indonesia memiliki potensi itu karena sebagai negara agraris dan maritim terbesar di dunia.
tulis komentar anda