Semasa Hidup, Achmad Yurianto Pernah Dijuluki Pembawa Berita Kematian
Sabtu, 21 Mei 2022 - 20:33 WIB
JAKARTA - Mantan Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19, Achmad Yurianto meninggal dunia pada hari ini Sabtu (21/5/2022) pukul 18.58 WIB di Malang, Jawa Timur. Dia mengembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan kanker usus.
Meskipun hanya menjadi Jubir dalam waktu yang singkat, Achmad Yurianto meninggalkan banyak kesan saat masih menjadi Jubir di awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Bahkan, pria yang akrab disapa Yuri ini pernah berkelakar soal dirinya yang dijuluki sebagai pembawa berita kematian lantaran mengumumkan jumlah kasus positif dan juga yang meninggal akibat Covid-19 setiap harinya.
“Kami sejak awal optimistis, masyarakat sejak awal diminta optimistis, bukan pesimistis. Ini yang sulit karena kami posisi sebagai juru bicara akhirnya harus menjawab masyarakat. Apa sih yang dibutuhkan masyarakat apakah informasi, bukan apa yang saya umumkan dengan data yang saya miliki,” ujar Yuri dalam sebuah acara diskusi Fraksi PAN di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (10/7/2020) lalu.
Yuri menjelaskan dirinya memanfaatkan waktu 15 menit di setiap konferensi pers perkembangan Covid-19 dengan 10 menit edukasi lalu 5 menit terakhir pengumumkan data-data kasus terbaru. Namun sayangnya, yang dilihat hanya potongan 5 menit terakhir saja sehingga ia dijuluki sebagai pembawa berita kematian, sementara 10 menit edukasi hilang begitu saja.
“Yang selalu dilihat pada potongan 5 menit terakhir bahwa Achmad Yurianto adalah pembawa berita kematian,” ucap Yuri disambut tawa orang-orang yang hadir dalam diskusi tersebut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu pun mencari cara agar masyarakat lebih mendengar edukasi ketimbang data-data itu dengan menyelipkan edukasi di tengah-tengah pengumuman data terbaru kasus Covid-19. Sayangnya, data itu disorot lagi saat ia memotong sesi data itu.
“Yang saya akali tidak dipotong-potong, data-data itu saya tambahi nilai edukasi. Begitu saya potong lagi itu dirangkai lagi,” terangnya dibalas gelak tawa.
Karena itu, Yuri berterima kasih karena dijuluki sebagai pembawa berita kematian. Dan keadaan berubah saat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomifo) menunjuk dr. Reisa Broto Asmoro sebagai jubir mendampinginya, pandangan publik berubah seketika bahwa Covid-19 tidak lagi menakutkan.
“Begitu partner saya yang ditunjuk Kemenkominfo muncul, dokter Reisa yang memberikan informasi, baru berubah pandangan bahwa covid tidak menakutkan lagi. Tidak menakutkan lagi pokoknya, yang baca Covid maksudnya,” ungkap Yuri lalu dibalas tawa kembali.
Meskipun hanya menjadi Jubir dalam waktu yang singkat, Achmad Yurianto meninggalkan banyak kesan saat masih menjadi Jubir di awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Bahkan, pria yang akrab disapa Yuri ini pernah berkelakar soal dirinya yang dijuluki sebagai pembawa berita kematian lantaran mengumumkan jumlah kasus positif dan juga yang meninggal akibat Covid-19 setiap harinya.
“Kami sejak awal optimistis, masyarakat sejak awal diminta optimistis, bukan pesimistis. Ini yang sulit karena kami posisi sebagai juru bicara akhirnya harus menjawab masyarakat. Apa sih yang dibutuhkan masyarakat apakah informasi, bukan apa yang saya umumkan dengan data yang saya miliki,” ujar Yuri dalam sebuah acara diskusi Fraksi PAN di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (10/7/2020) lalu.
Yuri menjelaskan dirinya memanfaatkan waktu 15 menit di setiap konferensi pers perkembangan Covid-19 dengan 10 menit edukasi lalu 5 menit terakhir pengumumkan data-data kasus terbaru. Namun sayangnya, yang dilihat hanya potongan 5 menit terakhir saja sehingga ia dijuluki sebagai pembawa berita kematian, sementara 10 menit edukasi hilang begitu saja.
“Yang selalu dilihat pada potongan 5 menit terakhir bahwa Achmad Yurianto adalah pembawa berita kematian,” ucap Yuri disambut tawa orang-orang yang hadir dalam diskusi tersebut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu pun mencari cara agar masyarakat lebih mendengar edukasi ketimbang data-data itu dengan menyelipkan edukasi di tengah-tengah pengumuman data terbaru kasus Covid-19. Sayangnya, data itu disorot lagi saat ia memotong sesi data itu.
“Yang saya akali tidak dipotong-potong, data-data itu saya tambahi nilai edukasi. Begitu saya potong lagi itu dirangkai lagi,” terangnya dibalas gelak tawa.
Karena itu, Yuri berterima kasih karena dijuluki sebagai pembawa berita kematian. Dan keadaan berubah saat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomifo) menunjuk dr. Reisa Broto Asmoro sebagai jubir mendampinginya, pandangan publik berubah seketika bahwa Covid-19 tidak lagi menakutkan.
“Begitu partner saya yang ditunjuk Kemenkominfo muncul, dokter Reisa yang memberikan informasi, baru berubah pandangan bahwa covid tidak menakutkan lagi. Tidak menakutkan lagi pokoknya, yang baca Covid maksudnya,” ungkap Yuri lalu dibalas tawa kembali.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda