Di Acara PDIP, Cak Nun: Presiden Sekarang Sudah Benar, tapi...
Senin, 11 April 2022 - 09:18 WIB
JAKARTA - Budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun membuat pengakuan terbuka. Menurut dia, presiden saat ini belumlah tepat karena Indonesia sampai saat ini belum dapat mewujudkan kebesarannya.
"Jangan marah, saya tidak mengatakan salah, atau jelek tapi belum tepat. Itu sudah benar tetapi belum tepat," kata Cak Nun dalam Ramadan Mubarak PDIP yang disiarkan secara daring melalui akun YouTube PDIP, Minggu (10/4/2022).
Cak Nun sebelumya sempat menyinggung bahwa Bangsa Indonesia telah memiliki kesadaran sejarah sampai 18 tingkat. Menurut dia, hal ini diutarakan Bung Karno dalam istilah "jas merah" sehingga sejarah akan selalu diingat sampai 18 generasi.
"Wahai Amerika, Wahai Rusia, wahai negara negara yang merasa kuat dan adikuasa jangan pikir kalian benar benar berkuasa. Karena kami adalah bangsa dengan peradaban yang punya skala waktu 18 generasi, sehingga ilmu kita manajemen kita akan jauh melebihi kalian semua, cuma masalahnya belum tepat presidennya gitu aja," kata Cak Nun.
Lebih lanjut, Cak Nun mengatakan di masa yang akan datang setelah tahun 2024. Indonesia akan mengalami revolusi besar-besaran dari dalam diri bangsa dan bukan untuk menjatuhkan presiden dan penguasa.
"Revolusi yang akan dipimpin oleh para presiden dan sesepuh lainnya yang akan memimpin kesadaran baru dan kelahiran kembali bangsa Indonesia," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Cak Nun juga sempat mengajak masyarakat untuk sama-sama punya rasa pengayoman dan toleransi satu sama lain. Dia pun menegaskan bahwa kedatangannya di markas PDIP, bukan berarti dalam rangka mendukung partai besutan Megawati Soekarnoputri.
"Nah tadi kan saya sudah bilang, kalau saya masuk kandang banteng, apakah saya menjadi banteng? Apakah bantengnya menjadi saya? Tidak juga kan ya? Gitu ya Bu ya? Masa Mbak Puan jadi banteng, ngawur ae," kelakar Cak Nun ke Puan Maharani yang duduk disampingnya
"Jadi kalau saya masuk PDIP, meskipun yang mengundang itu Bu Megawati pribadi dan juga sebagai tokoh nasional, apakah saya pro PDI? Pro saya itu adalah pro kesejahteraan rakyat Indonesia. Saya mau menemani PDIP atau siapa pun kelompok lain sepanjang mereka berjuang untuk seluruh rakyat Indonesia. Jelas ya," tekannya.
Cak Nun meminta agar jangan sampai ada kesalahan berpikir ketika ia mengisi ceramah di markas PDI Perjuangan. Dia berharap agar ceramahnya tersebut bukan untuk dengki atau saingan dengan siapapun.
"Saya tidak bersaing dengan siapapun, bahkan saya bersedia kalah oleh siapapun. Ndak apa. Saya juga tidak tega untuk menang melawan siapapun karena Ndak tega daripada menang. Tapi ya aku gamau kalah dan saya juga gamau menang," ujarnya.
Lihat Juga: Bongkar Kasus Narkotika, Irjen Pol Winarto: Tindak Lanjut Program Presiden dan Perintah Kapolri
"Jangan marah, saya tidak mengatakan salah, atau jelek tapi belum tepat. Itu sudah benar tetapi belum tepat," kata Cak Nun dalam Ramadan Mubarak PDIP yang disiarkan secara daring melalui akun YouTube PDIP, Minggu (10/4/2022).
Cak Nun sebelumya sempat menyinggung bahwa Bangsa Indonesia telah memiliki kesadaran sejarah sampai 18 tingkat. Menurut dia, hal ini diutarakan Bung Karno dalam istilah "jas merah" sehingga sejarah akan selalu diingat sampai 18 generasi.
"Wahai Amerika, Wahai Rusia, wahai negara negara yang merasa kuat dan adikuasa jangan pikir kalian benar benar berkuasa. Karena kami adalah bangsa dengan peradaban yang punya skala waktu 18 generasi, sehingga ilmu kita manajemen kita akan jauh melebihi kalian semua, cuma masalahnya belum tepat presidennya gitu aja," kata Cak Nun.
Lebih lanjut, Cak Nun mengatakan di masa yang akan datang setelah tahun 2024. Indonesia akan mengalami revolusi besar-besaran dari dalam diri bangsa dan bukan untuk menjatuhkan presiden dan penguasa.
"Revolusi yang akan dipimpin oleh para presiden dan sesepuh lainnya yang akan memimpin kesadaran baru dan kelahiran kembali bangsa Indonesia," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Cak Nun juga sempat mengajak masyarakat untuk sama-sama punya rasa pengayoman dan toleransi satu sama lain. Dia pun menegaskan bahwa kedatangannya di markas PDIP, bukan berarti dalam rangka mendukung partai besutan Megawati Soekarnoputri.
"Nah tadi kan saya sudah bilang, kalau saya masuk kandang banteng, apakah saya menjadi banteng? Apakah bantengnya menjadi saya? Tidak juga kan ya? Gitu ya Bu ya? Masa Mbak Puan jadi banteng, ngawur ae," kelakar Cak Nun ke Puan Maharani yang duduk disampingnya
"Jadi kalau saya masuk PDIP, meskipun yang mengundang itu Bu Megawati pribadi dan juga sebagai tokoh nasional, apakah saya pro PDI? Pro saya itu adalah pro kesejahteraan rakyat Indonesia. Saya mau menemani PDIP atau siapa pun kelompok lain sepanjang mereka berjuang untuk seluruh rakyat Indonesia. Jelas ya," tekannya.
Cak Nun meminta agar jangan sampai ada kesalahan berpikir ketika ia mengisi ceramah di markas PDI Perjuangan. Dia berharap agar ceramahnya tersebut bukan untuk dengki atau saingan dengan siapapun.
"Saya tidak bersaing dengan siapapun, bahkan saya bersedia kalah oleh siapapun. Ndak apa. Saya juga tidak tega untuk menang melawan siapapun karena Ndak tega daripada menang. Tapi ya aku gamau kalah dan saya juga gamau menang," ujarnya.
Lihat Juga: Bongkar Kasus Narkotika, Irjen Pol Winarto: Tindak Lanjut Program Presiden dan Perintah Kapolri
(muh)
tulis komentar anda