Melihat Plan Bobcat KSAU dalam Mewujudkan Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan

Sabtu, 09 April 2022 - 19:08 WIB
”Dalam membangun postur TNI AU di masa depan, sebelum merancang sistem persenjataan yang dibutuhkan, perlu dirumuskan landasan konseptual tentang peran TNI AU di masa perang dan damai serta perannya dalam konteks pertahanan, ekonomi dan kehidupan sosial di Indonesia,” tulis Fadjar dalam bukunya berjudul “Plan Bobcat: Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan” dikutip SINDOnews, Sabtu (9/4/20202).

Sebagai negara kepulauan terbesar kedua di dunia, Indonesia berada tepat di tengah kawasan yang menjadi pusat perhatian politik dunia yaitu, Indo Pasifik. Di mana kawasan ini kental dengan rivalitas hegemonik antara Amerika Serikat dan China. Saat ini, situasi di kawasan Indo Pasifik penuh ketidakpastian. Kondisi ini pun mendorong sejumlah negara-negara di kawasan memperkuat militernya.

“Menyikapi kondisi tesebut sudah sepantasnya kekuatan militer Indonesia terutama matra udara diperkuat sehingga dapat membangun pertahanan negaranya dari intimidasi dan serangan pihak asing. Jika Indonesia lemah maka Indonesia sulit menegakkan kedaulatan wilayahnya di tengah meningkatnya ketegangan antar ekstra mural,” ucap mantan Pangkoops I ini.

Dalam Plan Bobcat, sambung mantan Pangkogabwilhan II ini, TNI AU berupaya membangun airpower-nya demi menjaga kedaulatan nasional dan meningkatkan peran Indonesia di Asia Tenggara dan kawasan Indo Pasifik. Ada tiga variabel untuk mendukung pembangunan airpower yang dijabarkan dalam Plan Bobcat. Ketiganya mencakup organisasi, teknologi dan kesiapan operasi.

Dari segi organisasi, TNI AU dituntut untuk mampu membangun struktur organisasi yang lebih adaptif, efektif namun tetap efisien. Termasuk pengembangan SDM yang unggul melalui perekrutan, pendidikan yang berkualitas. Sedangkan dari segi teknologi, TNI AU harus mampu mengadopsi sistem pesenjataan dengan mengakuisisi sejumlah sistem senjata yang lebih canggih, modern, dan lebih banyak sesuai kebutuhan operasi.

Fadjar menilai, inovasi pada kedua elemen di atas yakni organisasi dan teknologi pada akhirnya akan mentransformasikan kesiapan operasional TNI AU sebagai instrument strategis yang dapat diandalkan dalam mengamankan kepentingan nasional Indonesia.



Pesawat tempur TNI AU di Lanud Iswajudi, Magetan, Jawa Timur. Foto/istimewa

Mantan Pangkoops II ini menyebut ada empat hal penting dalam membangun kekuatan udara. Hal itu mencakup control of the air atau kendali udara, air strike atau serangan udara. Selain itu, intelligence, surveillance and reconnaissance (ISR) dan air mobility atau mobilitas udara. "Keempatnya ini merupakan peran airpower minimal dan esensial yang harus dapat dijalankan secara kesisteman," ucapnya.

Pertama, terkait peran kendali udara dan serangan udara. Saat ini TNI AU telah mengakuisisi pesawat tempur multi peran generasi 4,5. Rencana pengadaan 36 pesawat tempur Dassault Rafale, Prancis dan 36 F-15 EX Eagle II Amerika Serikat ini tentu akan meningkatkan kemampuan TNI AU.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More