Heroik! 69 Pasukan Khusus TNI AU Gugur Ditembak dalam Misi Pengibaran Bendera Merah Putih
Minggu, 20 Maret 2022 - 07:17 WIB
JAKARTA - Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sekarang bernama Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) merupakan pasukan khusus yang dimiliki TNI Angkatan Udara (AU) . Sejak dibentuk pada 17 Oktober 1947, pasukan yang memiliki ciri khas Baret Jingga ini selalu hadir mengiringi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Sebagai pasukan dengan kualifikasi khusus yang mampu beroperasi di tiga matra baik darat, laut maupun udara, Kopasgat selalu diterjunkan dalam setiap operasi. Salah satunya adalah Operasi Serigala di Irian Barat kini bernama Papua.
Operasi militer berskala besar yang digelar Angkatan Udara Mandala (AULA) merupakan bagian dari Operasi Mandala di bawah Panglima Komando Presiden Soeharto yang kala itu masih berpangkat Mayjen TNI sebagai respons atas seruan Presiden Soekarno yang mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat.
Dipimpin Letnan Udara (LU) I Lambertus Manuhua, dan wakilnya yakni, Letnan Muda Udara (LMU) I Suhadi, Sersan Muda Udara (SMU) Soepangat dan SMU Mengko, pasukan elite TNI AU ini mengemban misi khusus yakni, menghancurkan kekuatan Belanda yang melanggar perjanjian Konferensi Meja Bunda (KMB) karena masih mempertahankan Papua dan tidak mau menyerahkan kepada Indonesia dan mengibarkan Bendera Merah Putih.
Pada 17 Mei 1962, tepat pukul 04.00 dini hari sebanyak 119 prajurit Kopasgat diterbangkan dengan menggunakan tiga pesawat Dakota C-47 dari Pangkalan Udara Laha, Ambon, Maluku. Mereka kemudian diterjunkan di daerah Klamono, Sorong. Sayangnya, dari tiga pesawat yang diterbangkan, hanya satu pesawat yang berhasil menerjunkan pasukan PGT sebanyak 39 orang. Sedangkan dua pesawat lainnya baru melakukan penerjunan dua hari kemudian yakni, pada 19 Mei.
Meski berhasil terjun, pasukan yang dipimpin Manuhua sebagai Komandan Kompi dengan Danton SMU Soepangat menghadapi masalah karena pendaratan tidak sesuai sasaran atau dropping zone melainkan di Pegunungan Mariyat. Manuhua sendiri tersangkut dan tergantung di pohon selama tiga hari tiga malam. Pada saat ditemukan oleh pasukannya, Manuhua dalam keadaan pingsan. Setelah dua minggu, Manuhua akhirnya berhasil mengumpulkan 12 anggota PGT.
Manuhua kemudian membagi pasukannya menjadi dua tim kecil. Bersama tujuh anggotanya, Manuhua melakukan perang gerilya di hutan belantara, mengobrak abrik kekuatan Belanda. Beberapa kali Manuhua dan pasukannya terlibat kontak senjata dengan tentara Belanda yang melakukan patroli.
Sebagai pasukan dengan kualifikasi khusus yang mampu beroperasi di tiga matra baik darat, laut maupun udara, Kopasgat selalu diterjunkan dalam setiap operasi. Salah satunya adalah Operasi Serigala di Irian Barat kini bernama Papua.
Operasi militer berskala besar yang digelar Angkatan Udara Mandala (AULA) merupakan bagian dari Operasi Mandala di bawah Panglima Komando Presiden Soeharto yang kala itu masih berpangkat Mayjen TNI sebagai respons atas seruan Presiden Soekarno yang mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat.
Dipimpin Letnan Udara (LU) I Lambertus Manuhua, dan wakilnya yakni, Letnan Muda Udara (LMU) I Suhadi, Sersan Muda Udara (SMU) Soepangat dan SMU Mengko, pasukan elite TNI AU ini mengemban misi khusus yakni, menghancurkan kekuatan Belanda yang melanggar perjanjian Konferensi Meja Bunda (KMB) karena masih mempertahankan Papua dan tidak mau menyerahkan kepada Indonesia dan mengibarkan Bendera Merah Putih.
Baca Juga
Pada 17 Mei 1962, tepat pukul 04.00 dini hari sebanyak 119 prajurit Kopasgat diterbangkan dengan menggunakan tiga pesawat Dakota C-47 dari Pangkalan Udara Laha, Ambon, Maluku. Mereka kemudian diterjunkan di daerah Klamono, Sorong. Sayangnya, dari tiga pesawat yang diterbangkan, hanya satu pesawat yang berhasil menerjunkan pasukan PGT sebanyak 39 orang. Sedangkan dua pesawat lainnya baru melakukan penerjunan dua hari kemudian yakni, pada 19 Mei.
Meski berhasil terjun, pasukan yang dipimpin Manuhua sebagai Komandan Kompi dengan Danton SMU Soepangat menghadapi masalah karena pendaratan tidak sesuai sasaran atau dropping zone melainkan di Pegunungan Mariyat. Manuhua sendiri tersangkut dan tergantung di pohon selama tiga hari tiga malam. Pada saat ditemukan oleh pasukannya, Manuhua dalam keadaan pingsan. Setelah dua minggu, Manuhua akhirnya berhasil mengumpulkan 12 anggota PGT.
Manuhua kemudian membagi pasukannya menjadi dua tim kecil. Bersama tujuh anggotanya, Manuhua melakukan perang gerilya di hutan belantara, mengobrak abrik kekuatan Belanda. Beberapa kali Manuhua dan pasukannya terlibat kontak senjata dengan tentara Belanda yang melakukan patroli.
Lihat Juga :
tulis komentar anda