Kepemimpinan Puan di IPU Jadi Simbol Pemimpin Perempuan di Dunia
Minggu, 20 Maret 2022 - 06:20 WIB
Atas apresiasi Presiden IPU, Puan menuturkan, hal tersebut merupakan sebuah akumulasi dari kerja bersama yang didasarkan pada nilai-nilai gotong royong sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia. Dia berharap apresiasi dari pimpinan IPU tak hanya menjadi penyemangat untuk Indonesia sebagai tuan rumah.
"Tetapi juga menjadi awal kebangkitan ekonomi dan pemulihan pariwisata tanah air yang sempat mati suri akibat pandemi Covid-19," tutur Puan. Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR itu pun akan memimpin keseluruhan jalannya sidang IPU ke-144.
Dalam kesempatan sebagai President of Assembly, Puan mengungkapkan akan mengarahkan berbagai isu global yang sangat krusial."Indonesia dapat menunjukkan kepemimpinannya dalam mencari solusi dari permasalah global yang dihadapi saat ini, seperti masalah pandemi, perubahan iklim, dan perdamaian," katanya.
Puan melanjutkan, sebagai pemimpin sidang, Indonesia dapat mengarahkan pembahasan berbagai isu, seperti untuk aksi penanganan perubahan iklim agar tetap ambisius tapi juga berpihak kepada kepentingan negara berkembang.
"Indonesia juga dapat mengarahkan upaya pencapaian perdamaian dan keamanan, dan penyelesaian konflik melalui jalan damai. Indonesia dapat mendorong akselerasi pemerataan vaksin di dunia," kata mantan Menko PMK tersebut.
Puan menegaskan, Indonesia akan mendorong perkuatan kerja sama internasional, solidaritas global, multilateralisme, dan akan menolak unilateralisme. Menurut Puan, tantangan global seperti pandemi dan perubahan iklim membutuhkan solusi dari masyarakat global. Tidak ada satu negara pun yang dapat selesaikan tantangan global tersebut.
"Parlemen perlu lebih terlibat dalam pembahasan isu-isu internasional. Peran Parlemen diperlukan untuk memberi dukungan kepada kesepakatan internasional," Puan.
Cucu proklamator RI Bung Karno ini menyebut peran parlemen diperlukan untuk mengimplementasi berbagai kesepakatan internasional di tingkat nasional dan lokal. Terutama, terkait isu perubahan iklim.
"Semua negara termasuk Indonesia memiliki potensi terkena dampak buruk dari perubahan iklim. Karenanya Parlemen perlu berperan merubah komitmen menjadi aksi nyata mengatasi perubahan iklim," katanya.
Sidang IPU ke-144 akan diikuti oleh delegasi dari 115 negara, dengan 33 ketua parlemen negara dunia hadir langsung. Total peserta IPU kali ini ada sekitar 1.000 orang.
"Tetapi juga menjadi awal kebangkitan ekonomi dan pemulihan pariwisata tanah air yang sempat mati suri akibat pandemi Covid-19," tutur Puan. Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR itu pun akan memimpin keseluruhan jalannya sidang IPU ke-144.
Dalam kesempatan sebagai President of Assembly, Puan mengungkapkan akan mengarahkan berbagai isu global yang sangat krusial."Indonesia dapat menunjukkan kepemimpinannya dalam mencari solusi dari permasalah global yang dihadapi saat ini, seperti masalah pandemi, perubahan iklim, dan perdamaian," katanya.
Puan melanjutkan, sebagai pemimpin sidang, Indonesia dapat mengarahkan pembahasan berbagai isu, seperti untuk aksi penanganan perubahan iklim agar tetap ambisius tapi juga berpihak kepada kepentingan negara berkembang.
"Indonesia juga dapat mengarahkan upaya pencapaian perdamaian dan keamanan, dan penyelesaian konflik melalui jalan damai. Indonesia dapat mendorong akselerasi pemerataan vaksin di dunia," kata mantan Menko PMK tersebut.
Puan menegaskan, Indonesia akan mendorong perkuatan kerja sama internasional, solidaritas global, multilateralisme, dan akan menolak unilateralisme. Menurut Puan, tantangan global seperti pandemi dan perubahan iklim membutuhkan solusi dari masyarakat global. Tidak ada satu negara pun yang dapat selesaikan tantangan global tersebut.
"Parlemen perlu lebih terlibat dalam pembahasan isu-isu internasional. Peran Parlemen diperlukan untuk memberi dukungan kepada kesepakatan internasional," Puan.
Cucu proklamator RI Bung Karno ini menyebut peran parlemen diperlukan untuk mengimplementasi berbagai kesepakatan internasional di tingkat nasional dan lokal. Terutama, terkait isu perubahan iklim.
"Semua negara termasuk Indonesia memiliki potensi terkena dampak buruk dari perubahan iklim. Karenanya Parlemen perlu berperan merubah komitmen menjadi aksi nyata mengatasi perubahan iklim," katanya.
Sidang IPU ke-144 akan diikuti oleh delegasi dari 115 negara, dengan 33 ketua parlemen negara dunia hadir langsung. Total peserta IPU kali ini ada sekitar 1.000 orang.
tulis komentar anda