BMKG dan BRIN Kembangkan Pemodelan Tsunami Merah Putih, Mampu Perkirakan Dampak Terburuk
Rabu, 09 Maret 2022 - 20:41 WIB
Tambah WRS New Generation
Dwikorita juga menyampaikan bahwa untuk memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG juga terus menambah jumlah Warning Receiver System (WRS) New Generation di seluruh pelosok Indonesia. BMKG juga terus menambah jumlah sensor pendeteksi gempa bumi atau seismograf di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi.
"Hingga saat ini total ada 428 sensor yang telah terpasang di seluruh penjuru Indonesia. Jumlahnya akan terus bertambah untuk merapatkan jaringan guna meningkatkan performa kecepatan dan keakuratan informasi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan gempa bumi," katanya.
Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, dengan sensor gempa yang dimiliki BMKG saat ini, kemampuan deteksibilitas semakin tinggi. Jika dulu, gempa bermagnitudo di bawah 4 samar terdeteksi, maka sekarang gempa di bawah magnitudo 4 bisa dengan mudah terdeteksi. Namun demikian, menurutnya kerapatan sensor dan fasilitas pendeteksi kegempaan masih perlu ditambah mengingat panjangnya garis pantai Indonesia yang rawan kegempaan dan tsunami.
"Saat ini gempa-gempa mikro bisa terdeteksi. Ini penting, dengan deteksibilitas yang kuat maka dapat dipetakan sumber-sumber gempa baru yang selama ini tidak diketahui. Muaranya, tetap pada upaya mitigasi yang lebih komprehensif guna mengurangi risiko yang ditimbulkan gempa bumi," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko mengatakan bahwa BRIN ingin berkolaborasi dengan BMKG untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS. "Mulai tahun ini dan tahun depan, optimis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik," katanya.
Dwikorita juga menyampaikan bahwa untuk memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG juga terus menambah jumlah Warning Receiver System (WRS) New Generation di seluruh pelosok Indonesia. BMKG juga terus menambah jumlah sensor pendeteksi gempa bumi atau seismograf di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi.
"Hingga saat ini total ada 428 sensor yang telah terpasang di seluruh penjuru Indonesia. Jumlahnya akan terus bertambah untuk merapatkan jaringan guna meningkatkan performa kecepatan dan keakuratan informasi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan gempa bumi," katanya.
Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, dengan sensor gempa yang dimiliki BMKG saat ini, kemampuan deteksibilitas semakin tinggi. Jika dulu, gempa bermagnitudo di bawah 4 samar terdeteksi, maka sekarang gempa di bawah magnitudo 4 bisa dengan mudah terdeteksi. Namun demikian, menurutnya kerapatan sensor dan fasilitas pendeteksi kegempaan masih perlu ditambah mengingat panjangnya garis pantai Indonesia yang rawan kegempaan dan tsunami.
"Saat ini gempa-gempa mikro bisa terdeteksi. Ini penting, dengan deteksibilitas yang kuat maka dapat dipetakan sumber-sumber gempa baru yang selama ini tidak diketahui. Muaranya, tetap pada upaya mitigasi yang lebih komprehensif guna mengurangi risiko yang ditimbulkan gempa bumi," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko mengatakan bahwa BRIN ingin berkolaborasi dengan BMKG untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS. "Mulai tahun ini dan tahun depan, optimis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik," katanya.
(abd)
tulis komentar anda