Ancaman Inflasi Imbas Invasi Rusia ke Ukraina

Senin, 07 Maret 2022 - 15:18 WIB
Candra Fajri Ananda/FOTO.DOK KORAN SINDO
Candra Fajri Ananda

Staf Khusus Menteri Keuangan RI

Konflik antara Rusia dan Ukraina memanas seiring operasi militer khusus yang dilakukan oleh Rusia. Eskalasi ketegangan di antara kedua negara ini diprediksi berimbas pada ekonomi global ketika dunia mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda.

Masalah geopolitik yang terjadi saat ini akan berimbas pada upaya pemulihan ekonomi global. Invasi Rusia terhadap Ukraina berpotensi menghambat aliran perdagangan dunia. Meskipun Ukraina bukan termasuk negara dengan size dan intensitas perdagangan yang besar, keterlibatan negara lain, terutama NATO, dapat memberikan efek domino yang berarti pada ekonomi dunia.

Pasalnya, sumber daya negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) berpotensi akan bergeser ke perang Rusia-Ukraina. Hal ini selanjutnya akan menghambat proses pemulihan ekonomi negara-negara anggota NATO yang maju. Invasi Rusia secara tidak langsung dapat menghambat perekonomian global dalam derajat tertentu.



Hingga kini invasi Rusia ke Ukraina masih berlangsung dan tentu akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi global yang ujungnya akan memengaruhi dan memperlambat pemulihan ekonomi, terutama emerging market seperti Indonesia. Jika konflik terus berlanjut dan negara-negara lain bereaksi dengan memblokade aliran komoditas Rusia seperti minyak bumi, nikel, aluminium, paladium, dan gandum, ini akan berdampak kuat pada peningkatan harga komoditas dunia ke level yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Dampak terhadap Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia pada 2021 telah lepas dari resesi dan mampu tumbuh positif di level 3,69%. Capaian pertumbuhan ekonomi ini sekaligus menandakan bahwa fase pemulihan ekonomi nasional berjalan tahun lalu. Pada 2022 target pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,2%, menyiratkan upaya pemulihan ekonomi yang lebih akseleratif sehingga dapat segera menjalankan agenda transformasi ekonomi.

Akan tetapi perang, khususnya Rusia dan Ukraina, yang memicu kenaikan harga minyak dunia lebih tinggi dapat menjadi batu sandungan bagi pemulihan ekonomi nasional dan meningkatkan ketidakpastian dunia bisnis. Lembaga kajian ekonomi dan keuangan, Institute for Development of Economics and Finance (Indef), memproyeksikan ekonomi Indonesia akan turun 0,014% akibat konflik Rusia dan Ukraina yang saat ini tengah berlangsung. Karena itu, penting bagi Indonesia untuk dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi di tengah geopolitik global yang memanas dan kenaikan harga minyak dunia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More