Penambahan Kasus COVID-19 Jatim Tertinggi, Ini Penjelasan Ahli Epidemiologi

Senin, 15 Juni 2020 - 11:03 WIB
Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan bahwa penambahan kasus di Jatim tidak bisa langsung dipukul rata seluruh kabupaten maupun kotanya. Foto/BNPB
JAKARTA - Jawa Timur (Jatim) saat ini menjadi salah satu provinsi dengan penambahan kasus positif COVID-19 tertinggi setiap harinya. Tercatat dari 13-14 Juni 2020 Pukul 12.00 WIB, penambahan kasus positif sebanyak 196 orang. Sementara jumlah kasus yang meninggal di Jawa Timur secara akumulasi tercatat 600 orang.

Gambaran kasus di Jatim lebih tinggi dibandingkan dengan DKI Jakarta yang saat ini masih menjadi episentrum atau pusat penyebaran COVID-19. Dimana pertambahan kasusnya lebih kecil yakni sebanyak 177 orang dan meninggal 555 orang. (Baca juga: Dokter Reisa Ajak Masyarakat Jaga Porsi Gizi Makanan Hadapi Pandemi COVID-19)

Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan bahwa penambahan kasus di Jatim tidak bisa langsung dipukul rata seluruh kabupaten maupun kotanya.



“Jadi gini Jawa Timur memang secara kasus mengalami peningkatan yang cukup signifikan ya tapi sebenarnya Jawa Timur itu tidak bisa dipukul rata seluruh kabupaten kotanya,” ujar Dewi dalam diskusi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (15/6/2020).

Dewi menjelaskan dalam analisis penambahan kasus COVID-19 di suatu daerah harus dilihat hingga area terkecil. “Jadi kalau saya misalnya melihat sebuah data, kita kalau bisa di scoping yang lebih kecil lagi gitu areanya, bagiannya itu akan jauh lebih lebih tajam analisisnya,” paparnya.

Ia menyebutkan di Jatim, kasus penambahan paling banyak di Kota Surabaya dan kedua di Kabupaten Sidoarjo. “Kalau Jawa Timur itu sendiri, kita lihat ada beberapa kabupaten kota memang yang paling tinggi jumlah kasus ini di Kota Surabaya. Di Kota Surabaya ini jumlah kasusnya tinggi sekali. Peringkat keduanya misalnya Kabupaten Sidoarjo itu jumlah kasusnya kurang lebih seperempat dari kota yang ada di Surabaya,” terang Dewi.

Sehingga, kata Dewi dalam menghitung kasus di Jatim harus dilihat dari laju indisendi atau jumlah kasus baru penyakit dibagi jumlah perkalian antara orang dalam populasi berisiko dan lamanya masing-masing risiko di suatu daerah. (Baca juga: Unpad Habiskan Dana Hibah Rp6,75 Miliar untuk COVID-19, Ini Hasilnya)

“Itu dia kenapa ketika menghitung indikator, kita pun melihat namanya laju insidensi dibagi dengan jumlah per 100 ribu penduduk agar fair berarti. Jumlah, kita lihat keparahan atau transmisi di sana seberapa tinggi per 100 ribu penduduk produktif,” kata Dewi.
(kri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More