Komitmen Moeldoko soal Jangan Usik Budaya Indonesia Diapresiasi
Sabtu, 26 Februari 2022 - 21:46 WIB
JAKARTA - Jaringan Mubalig Muda Indonesia (JAMMI) mendukung Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengenai ragam kebudayaan Indonesia. Koordinator Nasional JAMMI, Irfaan Sanoesi, mengapresiasi kehadiran Moeldoko di Festival Pasola, di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (25/2/2022).
"Pak Moeldoko memberi pesan kuat, untuk tidak mengusik budaya Indonesia atas nama apapun," tegas Irfaan mengutip pesan Moeldoko, Sabtu (26/2/2022).
Irfaan mengemukakan, Islam hadir melalui jalur damai. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan cara akulturasi budaya. Bukan peperangan.
"Jalur (budaya) ini yang membedakan Islam masuk ke Indonesia lebih mudah diterima sehingga masyarakatnya menganut Islam. Berbeda dengan beberapa negara lain, Islam masuk melalui invasi yang tak jarang menumpahkan darah," terangnya.
Dia melanjutkan, pesan Moeldoko ini mengingatkan kepada seorang ulama yang mengharamkan wayang. "Jelas ustaz itu tidak paham sejarah Islam Indonesia, sehingga dengan ringan memberi label haram pada budaya kita," tegasnya.
Irfaan mengilustrasikan, sejatinya para wali (ulama) kita terdahulu mengutamakan diplomasi budaya daripada menggunakan label halal-haram yang hitam-putih.
"Sunan Kalijaga misalnya, wayang menjadi media dakwah yang ramah dan asyik. Sehingga masyarakat lambat laun menganut agama Islam. Sebab itu, masyarakat Indonesia didominasi penganut Islam. Karena Islam dikenal rahmahnya, bukan marahnya," jelasnya.
Dia menegaskan, syiar Islam dapat ditegakkan dengan cara santun, beradab, dan damai melalui budaya. "Islam sangat menghormati adat istiadat atau budaya. Maka tak heran kalau terdapat kaidah ushul fikih yang menyatakan al-'adah muhakkamah," ucapnya.
"Artinya, adat istiadat bisa menjadi sumber hukum dalam Islam. Maka siapa saja yang mengharam-haramkan adat istiadat atau budaya kita, memang dia tidak paham dan tidak mengaji," pungkasnya.
"Pak Moeldoko memberi pesan kuat, untuk tidak mengusik budaya Indonesia atas nama apapun," tegas Irfaan mengutip pesan Moeldoko, Sabtu (26/2/2022).
Irfaan mengemukakan, Islam hadir melalui jalur damai. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan cara akulturasi budaya. Bukan peperangan.
"Jalur (budaya) ini yang membedakan Islam masuk ke Indonesia lebih mudah diterima sehingga masyarakatnya menganut Islam. Berbeda dengan beberapa negara lain, Islam masuk melalui invasi yang tak jarang menumpahkan darah," terangnya.
Dia melanjutkan, pesan Moeldoko ini mengingatkan kepada seorang ulama yang mengharamkan wayang. "Jelas ustaz itu tidak paham sejarah Islam Indonesia, sehingga dengan ringan memberi label haram pada budaya kita," tegasnya.
Irfaan mengilustrasikan, sejatinya para wali (ulama) kita terdahulu mengutamakan diplomasi budaya daripada menggunakan label halal-haram yang hitam-putih.
"Sunan Kalijaga misalnya, wayang menjadi media dakwah yang ramah dan asyik. Sehingga masyarakat lambat laun menganut agama Islam. Sebab itu, masyarakat Indonesia didominasi penganut Islam. Karena Islam dikenal rahmahnya, bukan marahnya," jelasnya.
Dia menegaskan, syiar Islam dapat ditegakkan dengan cara santun, beradab, dan damai melalui budaya. "Islam sangat menghormati adat istiadat atau budaya. Maka tak heran kalau terdapat kaidah ushul fikih yang menyatakan al-'adah muhakkamah," ucapnya.
"Artinya, adat istiadat bisa menjadi sumber hukum dalam Islam. Maka siapa saja yang mengharam-haramkan adat istiadat atau budaya kita, memang dia tidak paham dan tidak mengaji," pungkasnya.
(maf)
tulis komentar anda