KH Miftachul Akhyar Kenang Tongkat Sakti yang Jadi Cikal Bakal Berdirinya NU
Jum'at, 18 Februari 2022 - 10:00 WIB
JAKARTA - Pada malam puncak Harlah Ke-99 NU, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhya r sempat mengenang tongkat disertai tasbih Syaichona Cholil. Kedua benda itu diberikan kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang dikenal sebagai pendiri NU.
Miftachul berpendapat bahwa tongkat dan seutas tasbih tersebut memuat sejumlah isyarat penting yang menjadi cikal bakal berdirinya NU.
“Semua isyarat-isyarat tersebut merupakan embrio untuk melahirkan sebuah jamiyah mardhiyah (yang diridhai) yang luar biasa saat ini,” kata dia dalam Puncak Peringatan Harlah ke-99 NU di Pesantren Syaichona Cholil Demangan, Bangkalan, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022) malam, dikutip dari NU Online, Jumat,(18/2/2022).
Menurut dia tongkat tersebut memiliki kemiripan dengan tongkat Nabi Musa. Jika tongkat Nabi Musa bisa menjadi ular besar untuk menumpas kezaliman Fir’aun dan para penyihir, demikian pula tongkat Syaichona Cholil yang digunakan KH Hasyim sebagai simbol untuk memberantas kezaliman dan menebar maslahat pada zamannya hingga saat ini.
“Tongkat yang dikirimkan Syaichona Cholil kepada Mbah Haysim sudah pernah ‘berubah menjadi ular’ di saat ada pemberontakan, semua diunjukkan kesaktian-kesaktiannya bahkan dengan resolusi jihadnya,”kata kiai kelahiran Surabaya, Jawa Timur itu.
Lebih lanjut, Kiai Miftach mengatakan bahwa ia sebenarnya merasa segan untuk berbicara dalam acara yang dihelat di tanah kelahiran Syaichona Cholil Bangkalan itu, ulama besar yang menginisiasi berdirinya NU. Sebab, Kiai Miftach menganggap Syaichona Cholil ikut hadir dalam malam puncak Harlah tersebut dan menyaksikan semuanya.
“Oleh karena itu, saya sebetulnya ada grogi karena masuk ke sebuah wilayah di mana Kiai Cholil membangun dakwah dan perjuangannya di bumi (ini). Hati ini menjadi beku, lisan ini menjadi kelu,” ucapnya.
“Beliau (Syaichona Cholil) di alam barzah melihat, bahkan bukan di sini saja, di mana pun berada, karena alam barzah itu alam yang sangat luas. Bumi atau dunia ini ibarat (hanya) setitik atau segelas yang mana semua makhluk ada di dalamnya,”kata Kiai Miftach.
Selain itu, Miftachul juga menegaskan bahwa NU merupakan organisasi terbesar di dunia dan akhirat. Sebab, selain memiliki anggota sangat banyak, sampai anggota tersebut meninggal pun masih tercatat karena mereka tetap ditahlili dan didoakan.
“Dalam AD/ ART nggak ada (anggota NU) yang meninggal dicoret dari keanggotaan. Bahkan begitu ada yang meninggal dunia, dibacakan fatihah untuk anggota NU yang meninggal dunia. Kalau ini dijumlah, (NU) terbesar dunia akhirat,"ujar dia.
Miftachul berpendapat bahwa tongkat dan seutas tasbih tersebut memuat sejumlah isyarat penting yang menjadi cikal bakal berdirinya NU.
“Semua isyarat-isyarat tersebut merupakan embrio untuk melahirkan sebuah jamiyah mardhiyah (yang diridhai) yang luar biasa saat ini,” kata dia dalam Puncak Peringatan Harlah ke-99 NU di Pesantren Syaichona Cholil Demangan, Bangkalan, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022) malam, dikutip dari NU Online, Jumat,(18/2/2022).
Menurut dia tongkat tersebut memiliki kemiripan dengan tongkat Nabi Musa. Jika tongkat Nabi Musa bisa menjadi ular besar untuk menumpas kezaliman Fir’aun dan para penyihir, demikian pula tongkat Syaichona Cholil yang digunakan KH Hasyim sebagai simbol untuk memberantas kezaliman dan menebar maslahat pada zamannya hingga saat ini.
“Tongkat yang dikirimkan Syaichona Cholil kepada Mbah Haysim sudah pernah ‘berubah menjadi ular’ di saat ada pemberontakan, semua diunjukkan kesaktian-kesaktiannya bahkan dengan resolusi jihadnya,”kata kiai kelahiran Surabaya, Jawa Timur itu.
Lebih lanjut, Kiai Miftach mengatakan bahwa ia sebenarnya merasa segan untuk berbicara dalam acara yang dihelat di tanah kelahiran Syaichona Cholil Bangkalan itu, ulama besar yang menginisiasi berdirinya NU. Sebab, Kiai Miftach menganggap Syaichona Cholil ikut hadir dalam malam puncak Harlah tersebut dan menyaksikan semuanya.
“Oleh karena itu, saya sebetulnya ada grogi karena masuk ke sebuah wilayah di mana Kiai Cholil membangun dakwah dan perjuangannya di bumi (ini). Hati ini menjadi beku, lisan ini menjadi kelu,” ucapnya.
“Beliau (Syaichona Cholil) di alam barzah melihat, bahkan bukan di sini saja, di mana pun berada, karena alam barzah itu alam yang sangat luas. Bumi atau dunia ini ibarat (hanya) setitik atau segelas yang mana semua makhluk ada di dalamnya,”kata Kiai Miftach.
Selain itu, Miftachul juga menegaskan bahwa NU merupakan organisasi terbesar di dunia dan akhirat. Sebab, selain memiliki anggota sangat banyak, sampai anggota tersebut meninggal pun masih tercatat karena mereka tetap ditahlili dan didoakan.
“Dalam AD/ ART nggak ada (anggota NU) yang meninggal dicoret dari keanggotaan. Bahkan begitu ada yang meninggal dunia, dibacakan fatihah untuk anggota NU yang meninggal dunia. Kalau ini dijumlah, (NU) terbesar dunia akhirat,"ujar dia.
(muh)
tulis komentar anda