Anies Baswedan Capres Pilihan Warga DKI, Pengamat: Tak Bisa Dianggap Remeh
Jum'at, 11 Februari 2022 - 18:36 WIB
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dianggap warga DKI Jakarta layak untuk maju menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024. Hal itu mengemuka pada hasil survei lembaga Populi Center yang digelar pada 26 Januari - 1 Februari 2022 dan dirilis Rabu (9/2/2022), dengan responden warga Jakarta.
Baca Juga: Anies Baswedan
Sementara pada simulasi terhadap 3 tokoh capres, Anies Baswedan mendapatkan rating keterpilihan sebesar 45.5 persen, disusul Ganjar Pranowo sebesar 27,5 persen dan Prabowo Subianto dengan elektabilitas 20,8 persen.
Menanggapi hasil survei tersebut, peneliti senior Indonesian Politics, Research and Consulting (IPRC) Idil Akbar menyebut, hal itu sebagai refleksi atau gambaran bahwa mayoritas warga ibu kota telah memposisikan Anies sebagai capres pilihan mereka.
"Tidak bisa dianggap remeh, karena sejauh ini hingga survei itu dirilis menunjukkan bahwa Anies Baswedan telah mengantongi 34 persen lebih suara warga Jakarta yang mendukungnya maju di Pilpres 2024 mendatang," kata Idil Akbar, Jumat (11/2/2022).
Dinamika ini sambung Idil, memang inheren dengan tingkat kepuasan kinerja Anies dalam memimpin DKI Jakarta yang mencapai sekitar 86 persen. Meski menurutnya, sebenarnya secara teori dengan approval rating (tingkat kepuasan publik) setinggi itu seharusnya rating elektabilitasnya bisa lebih tinggi lagi.
"Tingkat kepuasan publik yang tinggi kadangkala memang tidak linier dengan tingkat keterpilihan, karena umumnya secara teori dengan tingkat kepuasan setinggi itu minimal elektabilitasnya sekitar 50 persen. Namun ternyata kan hanya 34 persen. Ini yang harus dipikirkan dan menjadi PR bagi Pak Anies untuk terus mengakselerasi elektabilitasnya," ungkap pengajar ilmu politik Universitas Padjadjaran ini.
PR dan tantangan besar selanjutnya bagi Anies, lanjut Idil, adalah 'menaklukkan' partai politik untuk mau mengusungnya, karena memang tiket untuk maju sebagai capres hanya bisa melalui parpol, tidak bisa secara independen.
"Pak Anies bukan berangkat dari kader partai politik. Oleh karenanya harus mencari parpol yang potensial bisa dan mau mengusungnya sebagai. Itu artinya Pak Anies harus punya nilai jual yang tinggi, misalnya konsisten dan semakin tinggi rating elektabilitasnya sebagai nilai tawar kepada parpol, yang tentunya pasti ingin mendapatkan efek atau feedback yang positif jika mengusungnya dan menang," papar Idil.
Baca Juga: Anies Baswedan
Sementara pada simulasi terhadap 3 tokoh capres, Anies Baswedan mendapatkan rating keterpilihan sebesar 45.5 persen, disusul Ganjar Pranowo sebesar 27,5 persen dan Prabowo Subianto dengan elektabilitas 20,8 persen.
Menanggapi hasil survei tersebut, peneliti senior Indonesian Politics, Research and Consulting (IPRC) Idil Akbar menyebut, hal itu sebagai refleksi atau gambaran bahwa mayoritas warga ibu kota telah memposisikan Anies sebagai capres pilihan mereka.
"Tidak bisa dianggap remeh, karena sejauh ini hingga survei itu dirilis menunjukkan bahwa Anies Baswedan telah mengantongi 34 persen lebih suara warga Jakarta yang mendukungnya maju di Pilpres 2024 mendatang," kata Idil Akbar, Jumat (11/2/2022).
Dinamika ini sambung Idil, memang inheren dengan tingkat kepuasan kinerja Anies dalam memimpin DKI Jakarta yang mencapai sekitar 86 persen. Meski menurutnya, sebenarnya secara teori dengan approval rating (tingkat kepuasan publik) setinggi itu seharusnya rating elektabilitasnya bisa lebih tinggi lagi.
"Tingkat kepuasan publik yang tinggi kadangkala memang tidak linier dengan tingkat keterpilihan, karena umumnya secara teori dengan tingkat kepuasan setinggi itu minimal elektabilitasnya sekitar 50 persen. Namun ternyata kan hanya 34 persen. Ini yang harus dipikirkan dan menjadi PR bagi Pak Anies untuk terus mengakselerasi elektabilitasnya," ungkap pengajar ilmu politik Universitas Padjadjaran ini.
PR dan tantangan besar selanjutnya bagi Anies, lanjut Idil, adalah 'menaklukkan' partai politik untuk mau mengusungnya, karena memang tiket untuk maju sebagai capres hanya bisa melalui parpol, tidak bisa secara independen.
"Pak Anies bukan berangkat dari kader partai politik. Oleh karenanya harus mencari parpol yang potensial bisa dan mau mengusungnya sebagai. Itu artinya Pak Anies harus punya nilai jual yang tinggi, misalnya konsisten dan semakin tinggi rating elektabilitasnya sebagai nilai tawar kepada parpol, yang tentunya pasti ingin mendapatkan efek atau feedback yang positif jika mengusungnya dan menang," papar Idil.
tulis komentar anda