Cerita Mantan Mendag Pernah Jadi Makhluk Langka Era 70-an
Sabtu, 05 Februari 2022 - 19:39 WIB
JAKARTA - Semua anak bangsa diajak agar bersatu untuk Indonesia lebih baik. Segala perbedaan suku, budaya , bahasa dan adat istiadat justru menjadi anugerah untuk saling menjaga.
”Sekarang, sadarlah seluruh warga negara Indonesia. Keturunan apa pun, apakah keturunan Tionghoa , keturunan Arab dan keturunan India, mari kita berbuat yang lebih baik,” kata Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/2/2022).
Urusan bangsa dan negara menjadi tanggung jawab bersama jika semua warga memiliki tekad dan pandangan yang sama bahwa Indonesia harus dijaga dan dirawat. "Di manapun kita berada, apa pun peranan kita, sekecil apa pun kontribusi kita, kita harus lakukan itu demi Indonesia,” kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai NasDem itu.
Dia pun mengakui jika semangat saling menjaga dan menghormati antar sesama sudah ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama periode pertama hingga periode kedua, Presiden Jokowi tidak pernah mau dan tidak pernah membeda-bedakan.
"Tidak pernah dilihat latar belakang apa, agamanya apa, sukunya, tidak ada. Beliau tidak mempedulikan itu. Jadi benar-benar menyamakan semua status warga negara itu sama diberikan hak yang sama," kata Ketua Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) 2012–2022.
Kebebasan dan persamaan hak bagi warga keturunan Tionghoa tidak ia dapatkan pada tahun 70-an. Dia pun punya pengalaman yang pahit ketika menjadi mahasiswa di Bandung, Jawa Barat. "Sejak mahasiswa, saya menjadi makhluk yang langka. Orang yang langka di Bandung karena saya keturunan China,” imbuhnya.
Namun, karena mempunyai niat untuk berbuat lebih baik, dia memberanikan diri datang ke presidium dewan mahasiswa untuk bergabung ke dalam organisasi kampus. "Saya Kristen dan keturunan China. Saya mau berbuat dan mau aktif. Boleh enggak? Tapi, saya tidak mau diperlakukan berbeda. Saya enggak mau dibedakan dan saya tidak mau membedakan diri,” ungkapnya.
Berbekal mental baja, akhirnya dia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam dunia politik. Buah dari kegigihan itu, dia menjadi anggota DPR RI selama tiga periode.
Akan tetapi, pertengahan tahun 2013, ia memilih mengundurkan diri dari anggota DPR sekaligus dari Partai Golkar. ”Saya mau bersama-sama membesarkan partai (NasDem) dengan Pak Surya Paloh, karena saya terlibat sejak awal di Ormas Nasional Demokrat," pungkasnya.
”Sekarang, sadarlah seluruh warga negara Indonesia. Keturunan apa pun, apakah keturunan Tionghoa , keturunan Arab dan keturunan India, mari kita berbuat yang lebih baik,” kata Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/2/2022).
Urusan bangsa dan negara menjadi tanggung jawab bersama jika semua warga memiliki tekad dan pandangan yang sama bahwa Indonesia harus dijaga dan dirawat. "Di manapun kita berada, apa pun peranan kita, sekecil apa pun kontribusi kita, kita harus lakukan itu demi Indonesia,” kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai NasDem itu.
Dia pun mengakui jika semangat saling menjaga dan menghormati antar sesama sudah ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama periode pertama hingga periode kedua, Presiden Jokowi tidak pernah mau dan tidak pernah membeda-bedakan.
"Tidak pernah dilihat latar belakang apa, agamanya apa, sukunya, tidak ada. Beliau tidak mempedulikan itu. Jadi benar-benar menyamakan semua status warga negara itu sama diberikan hak yang sama," kata Ketua Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) 2012–2022.
Kebebasan dan persamaan hak bagi warga keturunan Tionghoa tidak ia dapatkan pada tahun 70-an. Dia pun punya pengalaman yang pahit ketika menjadi mahasiswa di Bandung, Jawa Barat. "Sejak mahasiswa, saya menjadi makhluk yang langka. Orang yang langka di Bandung karena saya keturunan China,” imbuhnya.
Namun, karena mempunyai niat untuk berbuat lebih baik, dia memberanikan diri datang ke presidium dewan mahasiswa untuk bergabung ke dalam organisasi kampus. "Saya Kristen dan keturunan China. Saya mau berbuat dan mau aktif. Boleh enggak? Tapi, saya tidak mau diperlakukan berbeda. Saya enggak mau dibedakan dan saya tidak mau membedakan diri,” ungkapnya.
Berbekal mental baja, akhirnya dia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam dunia politik. Buah dari kegigihan itu, dia menjadi anggota DPR RI selama tiga periode.
Akan tetapi, pertengahan tahun 2013, ia memilih mengundurkan diri dari anggota DPR sekaligus dari Partai Golkar. ”Saya mau bersama-sama membesarkan partai (NasDem) dengan Pak Surya Paloh, karena saya terlibat sejak awal di Ormas Nasional Demokrat," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda