Waketum MUI Anwar Abbas Sebut Demokrasi Tanpa Oposisi Terasa Hambar
Jum'at, 21 Januari 2022 - 09:26 WIB
JAKARTA - Waketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengkritik demokrasi tanpa oposisi yang menurutnya terasa hambar. Anwar pun menyebut demokrasi tersebut bak gulai tanpa garam.
"Demokrasi tanpa oposisi, karena kehidupan berbangsa dan bernegara yang semestinya dinamis menjadi terasa hambar karena suara yang terdengar oleh kita hanya suara dari itu-itu saja. Di mana tidak ada kritisisme dan perdebatan yang benar-benar substansial," kata Anwar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/1/2022).
Menurut Anwar, rakyat hanya mendengar ketokan palu yang membuat suasana hati merasa tidak enak dan nyaman karena kekecewaan-kekecewaan atas hal tersebut. Sehingga Anwar menilai rakyat tidak lagi dapat merangsang dan mendorong untuk berpikir lebih keras lagi bagi kebaikan dan kemajuan bangsa.
Bahkan yang lebih mengenaskan, lanjut Anwar jika ada suara-suara masyarakat yang berbeda langsung dicurigai sehingga para buzzer dan pihak-pihak tertentu lainnya. Lantas mereka langsung dihantam, dibully serta orang-orang membentuk opini dengan mencap yang bersangkutan seperti anti Pancasila dan anti NKRI.
"Akhirnya orang-orang yang masih punya hati dan pikiran jernih tersebut kehidupannya menjadi diliputi oleh ketakutan-ketakutan karena apa pun yang mereka buat dan lakukan selalu digebuk, diawasi dan dicurigai oleh pihak-pihak tertentu yang katanya siap untuk memenjarakan yang bersangkutan bila mereka berani bicara berbeda dengan apa yang dimaui oleh rezim yang berkuasa,"kata dia.
Hal ini, kata Anwar tentu jelas tidak baik dan tidak sehat bagi kehidupan bangsa ke depan karena akan membuat anak-anak bangsa lebih bersifat pragmatis serta tidak tahan terhadap kritik. Maka nantinya mereka tidak siap untuk menerima kebenaran dan masukan dari pihak lain, padahal hal itu sangat diperlukan jika ingin maju.
"Kalau hal ini terus berlangsung di negeri ini maka tentu yang akan kita dapat adalah kerugian besar. Karena dia akan membuat bangsa ini tidak lagi akan menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif. Hal ini tentu jelas tidak kita inginkan karena dia akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia karena mereka telah kehilangan keberanian dan kebebasannya serta tidak lagi berani melakukan inovasi-inovasi dan kreativitasnya,” tuturnya.
"Demokrasi tanpa oposisi, karena kehidupan berbangsa dan bernegara yang semestinya dinamis menjadi terasa hambar karena suara yang terdengar oleh kita hanya suara dari itu-itu saja. Di mana tidak ada kritisisme dan perdebatan yang benar-benar substansial," kata Anwar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/1/2022).
Menurut Anwar, rakyat hanya mendengar ketokan palu yang membuat suasana hati merasa tidak enak dan nyaman karena kekecewaan-kekecewaan atas hal tersebut. Sehingga Anwar menilai rakyat tidak lagi dapat merangsang dan mendorong untuk berpikir lebih keras lagi bagi kebaikan dan kemajuan bangsa.
Bahkan yang lebih mengenaskan, lanjut Anwar jika ada suara-suara masyarakat yang berbeda langsung dicurigai sehingga para buzzer dan pihak-pihak tertentu lainnya. Lantas mereka langsung dihantam, dibully serta orang-orang membentuk opini dengan mencap yang bersangkutan seperti anti Pancasila dan anti NKRI.
"Akhirnya orang-orang yang masih punya hati dan pikiran jernih tersebut kehidupannya menjadi diliputi oleh ketakutan-ketakutan karena apa pun yang mereka buat dan lakukan selalu digebuk, diawasi dan dicurigai oleh pihak-pihak tertentu yang katanya siap untuk memenjarakan yang bersangkutan bila mereka berani bicara berbeda dengan apa yang dimaui oleh rezim yang berkuasa,"kata dia.
Hal ini, kata Anwar tentu jelas tidak baik dan tidak sehat bagi kehidupan bangsa ke depan karena akan membuat anak-anak bangsa lebih bersifat pragmatis serta tidak tahan terhadap kritik. Maka nantinya mereka tidak siap untuk menerima kebenaran dan masukan dari pihak lain, padahal hal itu sangat diperlukan jika ingin maju.
"Kalau hal ini terus berlangsung di negeri ini maka tentu yang akan kita dapat adalah kerugian besar. Karena dia akan membuat bangsa ini tidak lagi akan menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif. Hal ini tentu jelas tidak kita inginkan karena dia akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia karena mereka telah kehilangan keberanian dan kebebasannya serta tidak lagi berani melakukan inovasi-inovasi dan kreativitasnya,” tuturnya.
(cip)
tulis komentar anda