Omicron Menyebar Lebih Cepat Ketimbang Varian Delta, Kemenkes Tingkatkan 3T
Jum'at, 14 Januari 2022 - 13:30 WIB
JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat agar lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan dan segera suntik vaksin Covid-19. Sebab, varian Omicron yang merebak saat ini lebih cepat penyebarannya ketimbang varian Delta.
"Masyarakat untuk selalu waspada dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M dan menyegerakan mendapatkan vaksinasi Covid-19," kata Nadia dalam keterangannya dikutip, Jumat (14/1/2022).
Menghadapi lonjakan kasus Covid-19, Kemenkes akan meningkatkan pelaksanaan 3T yakni Testing, Tracing dan Treatment, terutama di daerah yang berpotensi mengalami penularan kasus tinggi.
Untuk testing, Kemenkes telah mendistribusikan kit S-Gene Target Failure (SGTF) ke seluruh lab pembina maupun lab pemerintah dan memastikan jumlahnya mencukupi. Kapasitas pemeriksaan PCR dan SGTF juga diupayakan untuk dipercepat, sehingga penemuan kasus bisa dilakukan sedini mungkin.
Terkait dengan tracing, Kemenkes akan meningkatkan rasio tracing pada daerah yang jumlah kasus positifnya lebih dari 30 orang untuk mencegah penyebaran yang semakin luas. Proses tracing akan turut melibatkan TNI, Polri dan masyarakat.
Selanjutnya untuk treatment, Kemenkes menjamin ketersediaan ruang isolasi terpusat maupun isolasi mendiri untuk kasus gejala ringan dan tanpa gejala, sementara untuk gejala sedang dan berat telah disiapkan RS dengan kapasitas tempat tidur yang mencukupi. Dengan demikian, pasien terkonfirmasi bisa menjalani isolasi dengan baik guna memutus mata rantai penularan Covid-19.
Baca juga: Total Varian Omicron 572 Kasus, 276 Orang Sudah Selesai Jalani Isolasi
Sebagai informasi, Kemenkes mencatat 66 penambahan kasus varian Omicron sehingga total menjadi 572 kasus. Meski demikian hampir setengahnya telah selesai menjalani isolasi.
"Hampir setengahnya atau sekitar 276 orang telah selesai menjalani isolasi, sedangkan sisanya 296 orang masih isolasi. Dari hasil pemantauan di lapangan, mayoritas gejalanya ringan dan tanpa gejala. Jadi belum butuh perawatan yang serius," ucapnya.
"Tidak ada perbedaan karakteristik gejala antara pasien perjalanan luar negeri dan pasien transmisi lokal. Sebagian besar gejalanya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak yang dialami pasien adalah batuk, pilek dan demam," katanya.
"Masyarakat untuk selalu waspada dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M dan menyegerakan mendapatkan vaksinasi Covid-19," kata Nadia dalam keterangannya dikutip, Jumat (14/1/2022).
Menghadapi lonjakan kasus Covid-19, Kemenkes akan meningkatkan pelaksanaan 3T yakni Testing, Tracing dan Treatment, terutama di daerah yang berpotensi mengalami penularan kasus tinggi.
Untuk testing, Kemenkes telah mendistribusikan kit S-Gene Target Failure (SGTF) ke seluruh lab pembina maupun lab pemerintah dan memastikan jumlahnya mencukupi. Kapasitas pemeriksaan PCR dan SGTF juga diupayakan untuk dipercepat, sehingga penemuan kasus bisa dilakukan sedini mungkin.
Terkait dengan tracing, Kemenkes akan meningkatkan rasio tracing pada daerah yang jumlah kasus positifnya lebih dari 30 orang untuk mencegah penyebaran yang semakin luas. Proses tracing akan turut melibatkan TNI, Polri dan masyarakat.
Selanjutnya untuk treatment, Kemenkes menjamin ketersediaan ruang isolasi terpusat maupun isolasi mendiri untuk kasus gejala ringan dan tanpa gejala, sementara untuk gejala sedang dan berat telah disiapkan RS dengan kapasitas tempat tidur yang mencukupi. Dengan demikian, pasien terkonfirmasi bisa menjalani isolasi dengan baik guna memutus mata rantai penularan Covid-19.
Baca juga: Total Varian Omicron 572 Kasus, 276 Orang Sudah Selesai Jalani Isolasi
Sebagai informasi, Kemenkes mencatat 66 penambahan kasus varian Omicron sehingga total menjadi 572 kasus. Meski demikian hampir setengahnya telah selesai menjalani isolasi.
"Hampir setengahnya atau sekitar 276 orang telah selesai menjalani isolasi, sedangkan sisanya 296 orang masih isolasi. Dari hasil pemantauan di lapangan, mayoritas gejalanya ringan dan tanpa gejala. Jadi belum butuh perawatan yang serius," ucapnya.
"Tidak ada perbedaan karakteristik gejala antara pasien perjalanan luar negeri dan pasien transmisi lokal. Sebagian besar gejalanya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak yang dialami pasien adalah batuk, pilek dan demam," katanya.
(abd)
tulis komentar anda