Gelombang Awal Omicron, Epidemiolog: Tak Boleh Dihadapi dengan Kepanikan
Rabu, 12 Januari 2022 - 07:09 WIB
JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa Indonesia belum aman terhadap varian Omicron . Dia mengatakan bahwa saat ini masih di awal gelombang penularan Omicron.
“Dan kita dalam menghadapi Omicron ini masih di awal gelombang ya kalau disebut aman ya tidak. Karena kita masih punya PR cakupan vaksinasi dosis lengkap. PR di booster untuk kelompok risiko dini. PR untuk melakukan isolasi karantina yang efektif. PR juga mengubah masyarakat lebih disiplin 5M. Ini yang membuat kita belum aman,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (12/1/2021).
Dia mengatakan bahwa kondisi ini memang tidak bisa dihadapi dengan kepanikan. Tapi perlu ditingkatkan kewaspadaan.
“Respons kita harus waspada dan melakukan mitigasi. Orang panik itu cenderung enggak logis responsnya. Orang panik itu cenderung lebih emosional atau tidak berbasis science pendekatannya. Dan kepanikan akhirnya membuat apapun yang dipilih menjadi jauh dari efektif,” jelasnya.
Namun begitu dia mengatakan bahwa strategi dalam menghadapi Omicron tidak bisa disamakan seperti saat varian Delta. Apalagi varian Delta kala itu memakan banyak sekali korban baik yang terinfeksi maupun meninggal dunia.
“Supaya tidak mengulangi kesalahan kewaspadaan menjadi penting dan tentu penguatan respons. Toolsnya sama yakni 3T, 5M, vaksinasi dengan PPKM dan penguatan pintu perbatasan antar wilayah tapi kualitas dan kuantitasnya yang harus meningkat."
"Contohnya kalau masker ya untuk pelayan publik dan risiko tinggi pakai N95. Itu secara kualitas. Kuantitas dari tadinya 50% dari total penduduk tingkatkan jadi 80 atau 90%,” pungkasnya.
“Dan kita dalam menghadapi Omicron ini masih di awal gelombang ya kalau disebut aman ya tidak. Karena kita masih punya PR cakupan vaksinasi dosis lengkap. PR di booster untuk kelompok risiko dini. PR untuk melakukan isolasi karantina yang efektif. PR juga mengubah masyarakat lebih disiplin 5M. Ini yang membuat kita belum aman,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (12/1/2021).
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa kondisi ini memang tidak bisa dihadapi dengan kepanikan. Tapi perlu ditingkatkan kewaspadaan.
“Respons kita harus waspada dan melakukan mitigasi. Orang panik itu cenderung enggak logis responsnya. Orang panik itu cenderung lebih emosional atau tidak berbasis science pendekatannya. Dan kepanikan akhirnya membuat apapun yang dipilih menjadi jauh dari efektif,” jelasnya.
Namun begitu dia mengatakan bahwa strategi dalam menghadapi Omicron tidak bisa disamakan seperti saat varian Delta. Apalagi varian Delta kala itu memakan banyak sekali korban baik yang terinfeksi maupun meninggal dunia.
“Supaya tidak mengulangi kesalahan kewaspadaan menjadi penting dan tentu penguatan respons. Toolsnya sama yakni 3T, 5M, vaksinasi dengan PPKM dan penguatan pintu perbatasan antar wilayah tapi kualitas dan kuantitasnya yang harus meningkat."
"Contohnya kalau masker ya untuk pelayan publik dan risiko tinggi pakai N95. Itu secara kualitas. Kuantitas dari tadinya 50% dari total penduduk tingkatkan jadi 80 atau 90%,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda