Megawati Kenang Pengalaman Bergabung PDI dan Jadi Anggota DPR
Senin, 10 Januari 2022 - 11:30 WIB
JAKARTA - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menceritakan pengalamannya turun pertama kali ke daerah sebagai anggota DPR. Megawati menceritakannya dengan ekspresi terharu, karena tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan dukungan dari masyarakat Jawa Tengah di awal masa reformasi, di mana masyarakat masih merasa takut.
Hal ini disampaikannya dalam puncak perayaan HUT ke-49 PDIP secara daring, Senin (10/1/2021). Megawati kala itu mengaku bingung saat diminta bergabung ke PDI dan menjadi anggota DPR.
"Ketika saya diminta untuk masuk ke politik dan saya berpikir saya harus bergabungnya di mana? Kalau saya ingat bahwa PNI itu berfusi jadi PDI. Itulah mengapa saya bergabung di PDI dan kebetulan saya diminta untuk menjadi salah satu anggota DPR pada waktu itu dan mungkin sudah begitu lah jalannya," kata Mega.
Mega melanjutkan, sebagai anggota DPR dia ditugaskan turun ke Jawa Tengah. Dia tahu Jawa Tengah dengan melihat peta tetapi ia tidak pernah tahu situasi sosio politiknya seperti apa. Dan ketika mulai bertemu dengan masyarakat Jateng pada waktu itu, situasinya tidak seperti hari ini, karena banyak di antara mereka yang memandang dirinya dengan pemuh rasa takut.
"Jangan dipikir suasana masih sudah seperti sekarang banyak orang yang hanya melihat saya dan saya tahu mereka punya rasa antara takut dan ingin bertemu, karena kita tahu pada waktu itu seperti apa keadaannya," ungkapnya.
Presiden RI ke-5 ini mengaku dirinya sudah mulai merasakan bahwa akan sangat berat atau tidak bagi dirinya untuk menjadi anggota DPR kalau hanya untuk bertemu orang saja sulit sekali. Tetapi pada waktu itu, dirinya dapat merasakan dari kumpulan masyarakat itu dari kejauhan, banyak dari mereka yang melihatnya dengan mata yang bersinar.
"Saya dekati mereka, saya salaman, mau. Saya agak lega "oh mereka ternyata tidak takut kepada saya, tetapi pada situasional pada waktu itu. Jadi saya tanya pada mereka satu per saty "bapak dari mana?, ibu dari mana?" Rata-rata yang laki-laki lalu mengatakan, karena di Jawa Tengah saya berbahasa Jawa, lalu mereka bilang begini "Kulo meniko PNI ibu, saya ini PNI ibu". Wah, hati saya, jantung saya berdegup-degup, mereka mau kenal saya," cerita Mega dengan ekspresi haru.
Kemudian, kata Mega, ada menanyakan apalah benar ia putri dari Bung Karno, lalu ia menjawab benar bahwa ia putri Bung Karno bernama Megawati Soekarnoputri dan ekspresi orang itu berubah dan matanya berbinar. "Tapi saya ditanya bahasa Jawa tapi saya terangkan dengan bahasa Indonesia "Betulkan ibu putrinya Bung Karno?". "Iya, saya Megawati Soekarnoputri, putrinya Bung Karno". Saya langsung melihat mata itu bersinar-sinar seperti ini," terangnya.
Megawati mengaku, awalnya ia tidak tahu apa-apa. Tetapi karena terjun langsung ke politik praktis, ia memahami bahwa itu adalah rasa ikatan yang muncul. Kemudian, orang itu menyemangatinya untuk meneruskan apa yang ia lakukan.
"Tadinya saya tidak mengerti tapi akhirnya saya berkecimpung secara politik praktis maka saya tahu itu adalah rasa bounding, bounding yang barangkali tidak saya rasakan itu. Itu langsung bisa saya tahu, mereka mengatakan "teruskan ibu" tapi saya tidak dipanggil ibu pada waktu itu, saya dipanggilnya Jeng Mega, dan tanpa berkata macam-macam, kami bantu," sambung Mega.
Hal ini disampaikannya dalam puncak perayaan HUT ke-49 PDIP secara daring, Senin (10/1/2021). Megawati kala itu mengaku bingung saat diminta bergabung ke PDI dan menjadi anggota DPR.
"Ketika saya diminta untuk masuk ke politik dan saya berpikir saya harus bergabungnya di mana? Kalau saya ingat bahwa PNI itu berfusi jadi PDI. Itulah mengapa saya bergabung di PDI dan kebetulan saya diminta untuk menjadi salah satu anggota DPR pada waktu itu dan mungkin sudah begitu lah jalannya," kata Mega.
Mega melanjutkan, sebagai anggota DPR dia ditugaskan turun ke Jawa Tengah. Dia tahu Jawa Tengah dengan melihat peta tetapi ia tidak pernah tahu situasi sosio politiknya seperti apa. Dan ketika mulai bertemu dengan masyarakat Jateng pada waktu itu, situasinya tidak seperti hari ini, karena banyak di antara mereka yang memandang dirinya dengan pemuh rasa takut.
"Jangan dipikir suasana masih sudah seperti sekarang banyak orang yang hanya melihat saya dan saya tahu mereka punya rasa antara takut dan ingin bertemu, karena kita tahu pada waktu itu seperti apa keadaannya," ungkapnya.
Presiden RI ke-5 ini mengaku dirinya sudah mulai merasakan bahwa akan sangat berat atau tidak bagi dirinya untuk menjadi anggota DPR kalau hanya untuk bertemu orang saja sulit sekali. Tetapi pada waktu itu, dirinya dapat merasakan dari kumpulan masyarakat itu dari kejauhan, banyak dari mereka yang melihatnya dengan mata yang bersinar.
"Saya dekati mereka, saya salaman, mau. Saya agak lega "oh mereka ternyata tidak takut kepada saya, tetapi pada situasional pada waktu itu. Jadi saya tanya pada mereka satu per saty "bapak dari mana?, ibu dari mana?" Rata-rata yang laki-laki lalu mengatakan, karena di Jawa Tengah saya berbahasa Jawa, lalu mereka bilang begini "Kulo meniko PNI ibu, saya ini PNI ibu". Wah, hati saya, jantung saya berdegup-degup, mereka mau kenal saya," cerita Mega dengan ekspresi haru.
Kemudian, kata Mega, ada menanyakan apalah benar ia putri dari Bung Karno, lalu ia menjawab benar bahwa ia putri Bung Karno bernama Megawati Soekarnoputri dan ekspresi orang itu berubah dan matanya berbinar. "Tapi saya ditanya bahasa Jawa tapi saya terangkan dengan bahasa Indonesia "Betulkan ibu putrinya Bung Karno?". "Iya, saya Megawati Soekarnoputri, putrinya Bung Karno". Saya langsung melihat mata itu bersinar-sinar seperti ini," terangnya.
Megawati mengaku, awalnya ia tidak tahu apa-apa. Tetapi karena terjun langsung ke politik praktis, ia memahami bahwa itu adalah rasa ikatan yang muncul. Kemudian, orang itu menyemangatinya untuk meneruskan apa yang ia lakukan.
"Tadinya saya tidak mengerti tapi akhirnya saya berkecimpung secara politik praktis maka saya tahu itu adalah rasa bounding, bounding yang barangkali tidak saya rasakan itu. Itu langsung bisa saya tahu, mereka mengatakan "teruskan ibu" tapi saya tidak dipanggil ibu pada waktu itu, saya dipanggilnya Jeng Mega, dan tanpa berkata macam-macam, kami bantu," sambung Mega.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda