Elang Caraka, Pesawat Nirawak Buatan Anak Negeri yang Mampu Deteksi Karhutla
Minggu, 09 Januari 2022 - 09:17 WIB
JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan ( karhutla ) menjadi peristiwa yang saban hari terjadi di Indonesia. Sebagian besar insiden karhutla disebabkan oleh tangan manusia tidak bertanggung jawab. Sehingga dibuatlah alat deteksi Karhutla berupa pesawat tanpa awak bernama Elang Caraka .
Baca Juga: karhutla
Alat deteksi tersebut berupa pesawat tanpa awak bernama Elang Caraka. Alat ini buatan anak negeri dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ketua Tim Peneliti Elang Caraka, Gesang Nugroho mengatakan, pesawat nirawak itu dirancang untuk terbang selama enam jam dengan jarak tempuh 200 kilometer dalam rangka mengawasi wilayah secara autonomous.
"Operator dapat mengendalikan pesawat tanpa awak dari jarak jauh serta melihat rekaman gambar secara langsung melalui monitor yang ada di Ground Control Station," ujar Gesang dikutip dari laman resmi UGM, Minggu (9/1/2022).
Gesang menerangkan Elang Caraka dikembangkan sebagai solusi untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan di Indonesia. Beberapa tahun belakangan kawasan hutan Indonesia mengalami penyusutan, sebagian besar disebabkan peristiwa kebakaran hutan dan pembalakan liar.
Kondisi geografis, medan lahan gambut yang luas, kurangnya akses jalan, terbatasnya sumber daya manusia, dan minimnya fasilitas menimbulkan masalah yang cukup besar di dalam melakukan pemantauan dan pemadaman dini kebakaran.
"Ketika hutan terbakar, jarang ada yang mengetahui titik terbakar hutan tersebut," ungkapnya.
Karena itu menurut Gesang, diperlukan pendeteksi dini titik api di hutan untuk menghindari meluasnya kebakaran hutan. Selama ini pendeteksi titik api di hutan dilakukan dengan patroli udara menggunakan helikopter.
Baca Juga: karhutla
Alat deteksi tersebut berupa pesawat tanpa awak bernama Elang Caraka. Alat ini buatan anak negeri dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ketua Tim Peneliti Elang Caraka, Gesang Nugroho mengatakan, pesawat nirawak itu dirancang untuk terbang selama enam jam dengan jarak tempuh 200 kilometer dalam rangka mengawasi wilayah secara autonomous.
"Operator dapat mengendalikan pesawat tanpa awak dari jarak jauh serta melihat rekaman gambar secara langsung melalui monitor yang ada di Ground Control Station," ujar Gesang dikutip dari laman resmi UGM, Minggu (9/1/2022).
Gesang menerangkan Elang Caraka dikembangkan sebagai solusi untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan di Indonesia. Beberapa tahun belakangan kawasan hutan Indonesia mengalami penyusutan, sebagian besar disebabkan peristiwa kebakaran hutan dan pembalakan liar.
Kondisi geografis, medan lahan gambut yang luas, kurangnya akses jalan, terbatasnya sumber daya manusia, dan minimnya fasilitas menimbulkan masalah yang cukup besar di dalam melakukan pemantauan dan pemadaman dini kebakaran.
"Ketika hutan terbakar, jarang ada yang mengetahui titik terbakar hutan tersebut," ungkapnya.
Karena itu menurut Gesang, diperlukan pendeteksi dini titik api di hutan untuk menghindari meluasnya kebakaran hutan. Selama ini pendeteksi titik api di hutan dilakukan dengan patroli udara menggunakan helikopter.
Lihat Juga :
tulis komentar anda