Sejarah Pendirian Banser, dari Baris-berbaris hingga Menangkal Kekerasan Atas Nama Agama
Sabtu, 25 Desember 2021 - 18:16 WIB
JAKARTA - Banser NU atau Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama kerap terlihat di acara-acara atau lokasi bencana alam membantu orang-orang yang membutuhkan. Dalam perayaan Natal seperti saat ini, Banser juga banyak terlibat dalam pengamanan gereja untuk memastikan ibadah berjalan lancar tanpa gangguan.
Sesuai namanya, Banser merupakan bagian dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor, badan otonom kepemudaan milik NU. Anggota Banser mudah dikenali karena berseragam khas saat bertugas. Penampilannya, dari sepatu, pakaian, topi, dan atribut lainnya mirip-mirip militer.
Menukil dari situs resmi NU, Banser menjalankan fungsi sebagaimana polisi. Misalnya, pengaturan lalu lintas, pengamanan kegiatan, dan penanganan bencana alam. Lalu seperti apa sejarah berdirinya Banser NU ini?
Baca juga: Kisah Riyanto, Anggota Banser yang Mati Syahid saat Menjaga Gereja di Malam Natal
Banser NU tidak dibentuk langsung jadi. Cikal bakal Banser adalah organisasi gerakan kepanduan yang dikembangkan oleh Ansoru Nahdlatul Oelama (ANO) Cabang Malang. Organisasi ini disebut sebagai Barisan Ansor Nahdlatul Oelama (Banoe).
Banoe untuk pertama kalinya tampil pada Kongres II ANO di Malang pada 1937. Berseragam, para anggota Banoe unjuk kebolehan dalam hal baris-berbaris. Sebagai komandannya adalah Moh Syamsul Islam, Ketua ANO Cabang Malang. Keterampilan baris-berbaris Banoe Malang diperoleh dari hasil latihan di bawah instruktur Mayor TNI Hamid Ryusdi. Tokoh ini belakangan diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Malang.
Keberadaan Banoe memperoleh lampu hijau dengan adanya pengakuan NU pada Muktamar Ke-14 di Magelang, Jawa Tengah. Pada Muktamar NU ke-15 di Surabaya, NU bahkan mengesahkan AD/ART Banoe, seragam, mars resmi Al-Iqdam, atribut-atribut, dan yang paling penting adalah diperbolehkannya memainkan terompet dan genderang.
Seperti organisasi kepanduan, kegiatan Banoe adalah pendidikan baris-berbaris, latihan lompat dan lari, latihan angkat-mengangkat, latihan ikat-mengikat (pioner), fluit tanzim (belajar kode atau isyarat suara), isyarat dengan bendera (morse), perkampungan dan perkemahan, belajar menolong kecelakaan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau PPPK), musabaqoh fil kholi (pacuan kuda), dan muromat (melempar lembing dan cakram).
Sesuai namanya, Banser merupakan bagian dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor, badan otonom kepemudaan milik NU. Anggota Banser mudah dikenali karena berseragam khas saat bertugas. Penampilannya, dari sepatu, pakaian, topi, dan atribut lainnya mirip-mirip militer.
Menukil dari situs resmi NU, Banser menjalankan fungsi sebagaimana polisi. Misalnya, pengaturan lalu lintas, pengamanan kegiatan, dan penanganan bencana alam. Lalu seperti apa sejarah berdirinya Banser NU ini?
Baca juga: Kisah Riyanto, Anggota Banser yang Mati Syahid saat Menjaga Gereja di Malam Natal
Banser NU tidak dibentuk langsung jadi. Cikal bakal Banser adalah organisasi gerakan kepanduan yang dikembangkan oleh Ansoru Nahdlatul Oelama (ANO) Cabang Malang. Organisasi ini disebut sebagai Barisan Ansor Nahdlatul Oelama (Banoe).
Banoe untuk pertama kalinya tampil pada Kongres II ANO di Malang pada 1937. Berseragam, para anggota Banoe unjuk kebolehan dalam hal baris-berbaris. Sebagai komandannya adalah Moh Syamsul Islam, Ketua ANO Cabang Malang. Keterampilan baris-berbaris Banoe Malang diperoleh dari hasil latihan di bawah instruktur Mayor TNI Hamid Ryusdi. Tokoh ini belakangan diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Malang.
Keberadaan Banoe memperoleh lampu hijau dengan adanya pengakuan NU pada Muktamar Ke-14 di Magelang, Jawa Tengah. Pada Muktamar NU ke-15 di Surabaya, NU bahkan mengesahkan AD/ART Banoe, seragam, mars resmi Al-Iqdam, atribut-atribut, dan yang paling penting adalah diperbolehkannya memainkan terompet dan genderang.
Seperti organisasi kepanduan, kegiatan Banoe adalah pendidikan baris-berbaris, latihan lompat dan lari, latihan angkat-mengangkat, latihan ikat-mengikat (pioner), fluit tanzim (belajar kode atau isyarat suara), isyarat dengan bendera (morse), perkampungan dan perkemahan, belajar menolong kecelakaan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau PPPK), musabaqoh fil kholi (pacuan kuda), dan muromat (melempar lembing dan cakram).
Lihat Juga :
tulis komentar anda