Momen Pergulatan Gus Yahya Menjadi Kader hingga Menjadi Ketum PBNU
Jum'at, 24 Desember 2021 - 11:39 WIB
"Saat pembukaan acara, saya memimpin lagu Indonesia raya. Saya kira sejak itu NU jadi pusat pergulatan mental saya," imbuhnya.
Baca juga: Profil KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026
Selain sang ayah dan Kiai Ali Maksum, tokoh lain yang mengadernya di NU adalah pamannya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Saat kuliah di FISIP Universitas Gadjah Mada (UGM), dirinya sering diajak ayah dan pamannya ikut acara NU. Salah satunya pada 1987, Gus Mus mengajaknya ikut pertemuan para ulama di Jakarta. Di forum inilah, Gus Yahya bertemu langsung dan berbincang panjang lebar dengan Gus Dur.
"Saya beruntung, karena paman dekat dengan Gus Dur. Setiap ketemu paman, ngobrol tentang Gus Dur. Terutama saat Gus Dur jadi ketua umum. Obrolan saya dengan paman ini diceritakannya ke Gus Dur. Akhirnya Gus Dur juga tahu tentang saya," katanya.
Dari pertemuan itu, Gus Yahya menjadi dekat dengan Gus Dur. Hingga akhirnya Gus Yahya ditunjuk menjadi juru bicara ketika Gus Dur menjadi Presiden ke-4 RI pada 1999-2001. Gus Yahya sering bertugas menemani Gus Dur saat tidak ada tamu negara.
Di luar hubungan kerja, Gus Dur juga kerap membicarakan banyak hal dengan Gus Yahya, dari mulai fikih, kaidah fikih, ushul fikih, politik, dan kadang strategi perang.
"Gus Dur sangat fikih semisal dalam membuat kebijakan selalu menyampaikan ke saya bahwa kebijakan ini karena kaidah ini. Saya belajar banyak dengannya," tuturnya.
Diakui Gus Yahya, Gus Dur adalah salah satu yang menjadikannya kader NU yang moderat dan demokratis.
Gus Dur mampu mempengaruhi pola pikirnya hingga saat ini. Menurutnya, jika tidak bertemu Gus Dur mungkin saja ia sudah ikut Front Pembela Islam (FPI) karena wawasan dan cara berpikirnya saat itu hampir sama dengan organisasi tersebut.
Baca juga: Profil KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026
Selain sang ayah dan Kiai Ali Maksum, tokoh lain yang mengadernya di NU adalah pamannya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Saat kuliah di FISIP Universitas Gadjah Mada (UGM), dirinya sering diajak ayah dan pamannya ikut acara NU. Salah satunya pada 1987, Gus Mus mengajaknya ikut pertemuan para ulama di Jakarta. Di forum inilah, Gus Yahya bertemu langsung dan berbincang panjang lebar dengan Gus Dur.
"Saya beruntung, karena paman dekat dengan Gus Dur. Setiap ketemu paman, ngobrol tentang Gus Dur. Terutama saat Gus Dur jadi ketua umum. Obrolan saya dengan paman ini diceritakannya ke Gus Dur. Akhirnya Gus Dur juga tahu tentang saya," katanya.
Dari pertemuan itu, Gus Yahya menjadi dekat dengan Gus Dur. Hingga akhirnya Gus Yahya ditunjuk menjadi juru bicara ketika Gus Dur menjadi Presiden ke-4 RI pada 1999-2001. Gus Yahya sering bertugas menemani Gus Dur saat tidak ada tamu negara.
Di luar hubungan kerja, Gus Dur juga kerap membicarakan banyak hal dengan Gus Yahya, dari mulai fikih, kaidah fikih, ushul fikih, politik, dan kadang strategi perang.
"Gus Dur sangat fikih semisal dalam membuat kebijakan selalu menyampaikan ke saya bahwa kebijakan ini karena kaidah ini. Saya belajar banyak dengannya," tuturnya.
Diakui Gus Yahya, Gus Dur adalah salah satu yang menjadikannya kader NU yang moderat dan demokratis.
Gus Dur mampu mempengaruhi pola pikirnya hingga saat ini. Menurutnya, jika tidak bertemu Gus Dur mungkin saja ia sudah ikut Front Pembela Islam (FPI) karena wawasan dan cara berpikirnya saat itu hampir sama dengan organisasi tersebut.
tulis komentar anda