BIG Terbitkan Gazeter Sebagai Rujukan Penamaan Tempat
Selasa, 14 Desember 2021 - 21:16 WIB
Manfaat lain dari Gazeter adalah untuk melestarikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan adat istiadat. Sejarawan JJ Rizal mengapresiasi ikhtiar BIG menerbitkan Gazeter Republik Indonesia.
Sebagai orang yang menggeluti ilmu sejarah, ia merasa sangat terbantu dengan pengarsipan nama tempat yang dilakukan BIG dalam bentuk Gazeter. “BIG benar-benar konsen memperhatikan rupabumi sebagai alat untuk mendeteksi wilayah kita,” kata Rizal.
Nama suatu daerah, kata Rizal, tidak hanya sekadar nama. Tetapi juga memiliki nilai identitas historis penamaan rupabumi juga merupakan informasi penting untuk memulihkan kesalahan di masa lalu.
“Beberapa kali kita ramai tentang perbatasan, seperti Natuna dan Sipadan Ligitan. Tapi anehnya, wilayah itu selalu disebut pulau terluar. Padahal harusnya disebut pulau terdepan, karena itu halaman muka kita. Kalau kita sebut pulau terluar, jadi gampang keluar karena dianggap bukan bagian dari kita,” ucapnya.
Dalam kaca mata Rizal, nama adalah arsip atau sumber sejarah yang penting. Nama sebuah tempat acapkali memiliki tautan erat dengan peristiwa masa lalu yang jarang diketahui orang.
“Misalnya, saat belajar sejarah Jakarta, saya menemukan nama Kampung Tiang Bendera. Rupanya itu terkait dengan kapten Tionghoa pertama di Batavia yang tugasnya mengumpulkan pajak dari orang-orang Tionghoa untuk pembangunan kota. Dia mengerek bendera setiap akhir bulan di depan rumahnya, sebagai tanda pajak harus dibayar. Karena itulah, wilayah itu kemudian dinamakan Kampung Tiang Bendera,” terangnya.
Gazeter, menurut Rizal merupakan langkah nyata untuk meyelamatkan arsip. Nama rupabumi juga bagian dari arsip yang `bisa bicara` dan memberikan informasi.
“Gazeter tidak hanya menyelamatkan kita dari kehilangan nama tempat yang unik, tapi juga berfungsi mengadministrasi dan membuat nama itu tidak hilang dimakan zaman,” pungkasnya. (CM)
Sebagai orang yang menggeluti ilmu sejarah, ia merasa sangat terbantu dengan pengarsipan nama tempat yang dilakukan BIG dalam bentuk Gazeter. “BIG benar-benar konsen memperhatikan rupabumi sebagai alat untuk mendeteksi wilayah kita,” kata Rizal.
Nama suatu daerah, kata Rizal, tidak hanya sekadar nama. Tetapi juga memiliki nilai identitas historis penamaan rupabumi juga merupakan informasi penting untuk memulihkan kesalahan di masa lalu.
“Beberapa kali kita ramai tentang perbatasan, seperti Natuna dan Sipadan Ligitan. Tapi anehnya, wilayah itu selalu disebut pulau terluar. Padahal harusnya disebut pulau terdepan, karena itu halaman muka kita. Kalau kita sebut pulau terluar, jadi gampang keluar karena dianggap bukan bagian dari kita,” ucapnya.
Dalam kaca mata Rizal, nama adalah arsip atau sumber sejarah yang penting. Nama sebuah tempat acapkali memiliki tautan erat dengan peristiwa masa lalu yang jarang diketahui orang.
“Misalnya, saat belajar sejarah Jakarta, saya menemukan nama Kampung Tiang Bendera. Rupanya itu terkait dengan kapten Tionghoa pertama di Batavia yang tugasnya mengumpulkan pajak dari orang-orang Tionghoa untuk pembangunan kota. Dia mengerek bendera setiap akhir bulan di depan rumahnya, sebagai tanda pajak harus dibayar. Karena itulah, wilayah itu kemudian dinamakan Kampung Tiang Bendera,” terangnya.
Gazeter, menurut Rizal merupakan langkah nyata untuk meyelamatkan arsip. Nama rupabumi juga bagian dari arsip yang `bisa bicara` dan memberikan informasi.
“Gazeter tidak hanya menyelamatkan kita dari kehilangan nama tempat yang unik, tapi juga berfungsi mengadministrasi dan membuat nama itu tidak hilang dimakan zaman,” pungkasnya. (CM)
(srf)
tulis komentar anda