Prajurit Kopassus Ini Awalnya Ditertawakan saat Ingin Jadi Jenderal, Endingnya Semua Orang Hormat!
Selasa, 07 Desember 2021 - 05:30 WIB
“Sewaktu masih kolonel dan menjadi Komandan Grup A Paswalpres (kini Paspampres), Subagyo mendukung Asisten Operasi Kopassus saat itu, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk menjadi Danjen Kopassus,” kata Carmelita.
Luhut merupakan rekan satu angkatan Bagyo di Akabri 70 sekaligus peraih Adhi Makayasa. Dalam bayangan Bagyo, kalau Luhut jadi Danjen Kopassus, dirinya berharap dapat menjadi salah satu Panglima Divisi Kostrad.
Tetapi yang terjadi tidak demikian. Bagyo menggantikan seniornya, Brigjen TNI Agum Gumelar. Bagi Subagyo, menduduki jabatan tertinggi di Kopassus tentu kebanggaan. Dia lahir dan besar di pasukan elite tersebut, meskipun pada tujuh tahun terakhir sebelum jadi danjen, dia berkarier di struktur lain mulai Paswalpres, Bais ABRI dan Dispamad.
Tembus Bintang Empat
Karier Bagyo makin mengilap. Hanya setahun menjadi Danjen Kopassus (1994-1995), dia dipromosikan sebagai Pangdam IV/Diponegoro (1995-1997). Pada pertengahan Juni 1997, kabar lain datang, tentara dari Piyungan ini ditunjuk sebagai wakil KSAD.
Promosi pada 1997 itu mengembuskan kabar lain. Banyak yang menyebut mereka yang dipromosikan kebanyakan jenderal yang dekat dengan Soeharto. Ini berlaku pula bagi Subagyo yang pernah bertahun-tahun menjadi pengawal Pak Harto. Dengan kata lain, mereka yang dekat dengan Cendana pasti dianggap bakal bersinar terang.
Anggapan itu banyak benarnya. Kendati demikian, tidak semuanya bernasib sama. “Jangan keliru, tidak semua yang dikenal Pak Harto menjadi orang penting. Karena lewat perkenalan itu Pak Harto berkesimpulan, orang-orang itu tidak bisa diberi beban lebih besar dari yang diberikan ketika mereka berada di sekitar Pak Harto,” kata Salim Said dalam buku ‘Wawancara tentang Tentara dan Politik’.
Terlepas dari itu, Subagyo mencapai puncak karier di kemiliteran pada 16 Februari 1998. Bertempat di Istana Negara, Jakarta, dia dilantik Presiden Soeharto sebagai KSAD. Dia menggantikan seniornya, Jenderal TNI Wiranto, yang ditunjuk sebagai Panglima TNI.
Impian tentara berjuluk Bima itu akhirnya terbukti. Dia benar-benar meraih empat bintang emas di pundaknya alias jenderal. Subagyo HS, prajurit komando itu menjadi orang nomor satu di AD hingga 20 November 1999.
Mantan Danjen Kopassus Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto mengingat Subagyo sebagai sosok panutan. Banyak hal dipelajarinya antara lain sifatnya yang ramah, jiwa loyal, dan setia serta selalu membela anak buah.
Luhut merupakan rekan satu angkatan Bagyo di Akabri 70 sekaligus peraih Adhi Makayasa. Dalam bayangan Bagyo, kalau Luhut jadi Danjen Kopassus, dirinya berharap dapat menjadi salah satu Panglima Divisi Kostrad.
Tetapi yang terjadi tidak demikian. Bagyo menggantikan seniornya, Brigjen TNI Agum Gumelar. Bagi Subagyo, menduduki jabatan tertinggi di Kopassus tentu kebanggaan. Dia lahir dan besar di pasukan elite tersebut, meskipun pada tujuh tahun terakhir sebelum jadi danjen, dia berkarier di struktur lain mulai Paswalpres, Bais ABRI dan Dispamad.
Tembus Bintang Empat
Karier Bagyo makin mengilap. Hanya setahun menjadi Danjen Kopassus (1994-1995), dia dipromosikan sebagai Pangdam IV/Diponegoro (1995-1997). Pada pertengahan Juni 1997, kabar lain datang, tentara dari Piyungan ini ditunjuk sebagai wakil KSAD.
Promosi pada 1997 itu mengembuskan kabar lain. Banyak yang menyebut mereka yang dipromosikan kebanyakan jenderal yang dekat dengan Soeharto. Ini berlaku pula bagi Subagyo yang pernah bertahun-tahun menjadi pengawal Pak Harto. Dengan kata lain, mereka yang dekat dengan Cendana pasti dianggap bakal bersinar terang.
Anggapan itu banyak benarnya. Kendati demikian, tidak semuanya bernasib sama. “Jangan keliru, tidak semua yang dikenal Pak Harto menjadi orang penting. Karena lewat perkenalan itu Pak Harto berkesimpulan, orang-orang itu tidak bisa diberi beban lebih besar dari yang diberikan ketika mereka berada di sekitar Pak Harto,” kata Salim Said dalam buku ‘Wawancara tentang Tentara dan Politik’.
Terlepas dari itu, Subagyo mencapai puncak karier di kemiliteran pada 16 Februari 1998. Bertempat di Istana Negara, Jakarta, dia dilantik Presiden Soeharto sebagai KSAD. Dia menggantikan seniornya, Jenderal TNI Wiranto, yang ditunjuk sebagai Panglima TNI.
Impian tentara berjuluk Bima itu akhirnya terbukti. Dia benar-benar meraih empat bintang emas di pundaknya alias jenderal. Subagyo HS, prajurit komando itu menjadi orang nomor satu di AD hingga 20 November 1999.
Mantan Danjen Kopassus Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto mengingat Subagyo sebagai sosok panutan. Banyak hal dipelajarinya antara lain sifatnya yang ramah, jiwa loyal, dan setia serta selalu membela anak buah.
tulis komentar anda