Prajurit Kopassus Ini Awalnya Ditertawakan saat Ingin Jadi Jenderal, Endingnya Semua Orang Hormat!
Selasa, 07 Desember 2021 - 05:30 WIB
Mantan Danjen Kopassus dan KSAD Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS. Foto: Dok/Okezone
Subagyo lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul atau sekitar 15 kilometer arah timur Yogyakarta. Dia anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakub Hadiswoyo dan Sukiyah. Saat lahir, namanya hanya Subagyo (tanpa embel-embel Hadisiswoyo). Su berarti lebih, bagyo diartikan bahagia.
Untuk ukuran masyarakat desa pada masanya, kondisi ekonomi keluarga Hadisiswoyo tergolong biasa-biasa saja. Rumah Hadisiswoyo berdinding gedek (anyaman bamboo) dengan lantai tanah. Untuk membantu ekonomi keluarga, Sukiyah berjualan di pasar. Adapun Yakub dikenal sebagai juru penerang yang bekerja pada Djawatan Penerangan.
Ledekan Jadi Pelecut Semangat
Saat kawan-kawannya tertawa mendengar keinginan menjadi jenderal, Subagyo merasa tersinggung. Maklum, semula dia berharap mereka akan mendukung dan memberikan doa. Tak tahunya semua meledek dan menganggap cita-cita itu mustahil.
Di titik inilah Subagyo justru terlecut. Semua guyonan dan nada-nada sinis dari para teman lamanya itu menjadi cambuk baginya untuk membuktikan bahwa impian itu bukan omong kosong. Bagyo pun bertekad untuk mewujudkan keinginan itu.
“Sok, aku dadi bintang papat (besok, aku jadi bintang empat),” kata Bagyo dalam hati.
Perjalanan waktu membuktikan semuanya. Tiga windu mengabdi di militer, memasuki bulan kelima (Mei) 1994 Kolonel Inf Subagyo mendapatkan promosi kenaikan pangkat. Lulusan Akabri 1970 itu tembus bintang satu alias brigadir jenderal (brigjen).
Bagyo sekaligus tercatat sebagai lulusan pertama lichting 70 yang pecah bintang. Kariernya semakin mencorong. Pada akhir Agustus 1994, ABRI kembali melakukan mutasi besar-besaran. Dalam mutasi kali ini, Bagyo yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi Angkatan Darat (Kadispamad) tanpa diduga ditunjuk sebagai Komandan Jenderal Kopassus.
Terpilihnya Bagyo sebagai orang nomor satu di Korps Baret Merah mengejutkan banyak pihak. Maklum, namanya saat itu jauh dari bursa calon danjen. Lucunya, Bagyo juga tak menyangka bakal menjadi pemegang tongkat komando pasukan elite itu.
Subagyo lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul atau sekitar 15 kilometer arah timur Yogyakarta. Dia anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Yakub Hadiswoyo dan Sukiyah. Saat lahir, namanya hanya Subagyo (tanpa embel-embel Hadisiswoyo). Su berarti lebih, bagyo diartikan bahagia.
Untuk ukuran masyarakat desa pada masanya, kondisi ekonomi keluarga Hadisiswoyo tergolong biasa-biasa saja. Rumah Hadisiswoyo berdinding gedek (anyaman bamboo) dengan lantai tanah. Untuk membantu ekonomi keluarga, Sukiyah berjualan di pasar. Adapun Yakub dikenal sebagai juru penerang yang bekerja pada Djawatan Penerangan.
Ledekan Jadi Pelecut Semangat
Saat kawan-kawannya tertawa mendengar keinginan menjadi jenderal, Subagyo merasa tersinggung. Maklum, semula dia berharap mereka akan mendukung dan memberikan doa. Tak tahunya semua meledek dan menganggap cita-cita itu mustahil.
Di titik inilah Subagyo justru terlecut. Semua guyonan dan nada-nada sinis dari para teman lamanya itu menjadi cambuk baginya untuk membuktikan bahwa impian itu bukan omong kosong. Bagyo pun bertekad untuk mewujudkan keinginan itu.
“Sok, aku dadi bintang papat (besok, aku jadi bintang empat),” kata Bagyo dalam hati.
Perjalanan waktu membuktikan semuanya. Tiga windu mengabdi di militer, memasuki bulan kelima (Mei) 1994 Kolonel Inf Subagyo mendapatkan promosi kenaikan pangkat. Lulusan Akabri 1970 itu tembus bintang satu alias brigadir jenderal (brigjen).
Bagyo sekaligus tercatat sebagai lulusan pertama lichting 70 yang pecah bintang. Kariernya semakin mencorong. Pada akhir Agustus 1994, ABRI kembali melakukan mutasi besar-besaran. Dalam mutasi kali ini, Bagyo yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi Angkatan Darat (Kadispamad) tanpa diduga ditunjuk sebagai Komandan Jenderal Kopassus.
Terpilihnya Bagyo sebagai orang nomor satu di Korps Baret Merah mengejutkan banyak pihak. Maklum, namanya saat itu jauh dari bursa calon danjen. Lucunya, Bagyo juga tak menyangka bakal menjadi pemegang tongkat komando pasukan elite itu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda