Prabowo Kenang Gus Dur di Bukunya: Beliau Tak Mau Bermusuhan dengan Siapa Pun
Sabtu, 04 Desember 2021 - 10:36 WIB
JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengemukakan dalam buku terbarunya bahwa Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) adalah seorang mentor kehidupannya. Hubungan keduanya sudah lama terbangun, tepatnya saat ia masih berpangkat mayor.
“Pelajaran paling penting yang saya ambil dari Gus Dur adalah sifat beliau yang selalu moderat. Dengan siapa pun dia tidak mau bermusuhan, dan dia selalu mengayomi,” tulis Prabowo dalam bukunya, ‘Kemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’, dikutip pada Sabtu (4/12/2021).
Ketua Umum Partai Gerindra ini mengungkapkan hubungannya dengan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu berawal dari kedekatan ibunda Gus Dur dengan eyangnya, karena saling bertetangga di Jalan Matraman 10, Jakarta Timur. Usia keduanya hampir sama.
"Kalau sudah suatu usia dan bertetangga, biasalah budaya suka ngerumpi bersama,” ungkapnya.
"Saya terharu waktu nenek saya meninggal, ibunya Gus Dur yang memandikan nenek saya. Demikian hubungan dekat mereka," sambungnya.
Secara pribadi, ungkap Prabowo, dirinya juga kenal baik dengan Gus Dur. Meskipun demikian, tak selamanya keduanya memiliki pandangan yang sama tentang sesuatu hal.
"Kita ada perbedaan pandangan, tapi, ya, di ujungnya saya sadar bahwa Gus Dur orang yang sangat visioner," tuturnya.
Prabowo pun menyatakan bahwa sikap moderat yang dipraktikkan Gus Dur, yang tidak mau bermusuhan dengan siapa pun dan selalu mengayomi, begitu mengilhami dirinya. "Dia (Gus Dur) baik sama orang Nasrani, Kristiani bahkan sama orang Yahudi pun dia berani buka hubungan. Yang penting kita berhubungan, yang penting kita dialog. Belum tentu kita setuju dengan pendapatnya," paparnya.
"Jadi sifat untuk menghormati semua orang, sifat untuk mencari titik-titik temu ini pengaruh terbesar beliau kepada saya. Semoga Hal ini dapat saya bagikan kepada saudara melalui buku ini," pesan Prabowo.
Melalui buku tersebut, Prabowo juga mengajak seluruh masyarakat, terutama pembaca, menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan bertanya kepada diri sendiri, apakah jasad para pemuda, pejuang, rakyat Nusantara hanya akan menjadi tulang lutut tidak berarti atau menginspirasi bagi gerakan ke depan. "Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya tidak bisa tenang mengetahui banyak anggota bangsa Indonesia saat ini tidak tahu perjuangan I Gusti Ngurah Rai, Ignatius Slamet Riyadi, Wolter Monginsidi, Bung Tomo, Pak Dirman, Pangeran Diponegoro. Saya tidak bisa tenang," pungkasnya.
“Pelajaran paling penting yang saya ambil dari Gus Dur adalah sifat beliau yang selalu moderat. Dengan siapa pun dia tidak mau bermusuhan, dan dia selalu mengayomi,” tulis Prabowo dalam bukunya, ‘Kemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’, dikutip pada Sabtu (4/12/2021).
Ketua Umum Partai Gerindra ini mengungkapkan hubungannya dengan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu berawal dari kedekatan ibunda Gus Dur dengan eyangnya, karena saling bertetangga di Jalan Matraman 10, Jakarta Timur. Usia keduanya hampir sama.
"Kalau sudah suatu usia dan bertetangga, biasalah budaya suka ngerumpi bersama,” ungkapnya.
"Saya terharu waktu nenek saya meninggal, ibunya Gus Dur yang memandikan nenek saya. Demikian hubungan dekat mereka," sambungnya.
Secara pribadi, ungkap Prabowo, dirinya juga kenal baik dengan Gus Dur. Meskipun demikian, tak selamanya keduanya memiliki pandangan yang sama tentang sesuatu hal.
"Kita ada perbedaan pandangan, tapi, ya, di ujungnya saya sadar bahwa Gus Dur orang yang sangat visioner," tuturnya.
Prabowo pun menyatakan bahwa sikap moderat yang dipraktikkan Gus Dur, yang tidak mau bermusuhan dengan siapa pun dan selalu mengayomi, begitu mengilhami dirinya. "Dia (Gus Dur) baik sama orang Nasrani, Kristiani bahkan sama orang Yahudi pun dia berani buka hubungan. Yang penting kita berhubungan, yang penting kita dialog. Belum tentu kita setuju dengan pendapatnya," paparnya.
"Jadi sifat untuk menghormati semua orang, sifat untuk mencari titik-titik temu ini pengaruh terbesar beliau kepada saya. Semoga Hal ini dapat saya bagikan kepada saudara melalui buku ini," pesan Prabowo.
Melalui buku tersebut, Prabowo juga mengajak seluruh masyarakat, terutama pembaca, menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan bertanya kepada diri sendiri, apakah jasad para pemuda, pejuang, rakyat Nusantara hanya akan menjadi tulang lutut tidak berarti atau menginspirasi bagi gerakan ke depan. "Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya tidak bisa tenang mengetahui banyak anggota bangsa Indonesia saat ini tidak tahu perjuangan I Gusti Ngurah Rai, Ignatius Slamet Riyadi, Wolter Monginsidi, Bung Tomo, Pak Dirman, Pangeran Diponegoro. Saya tidak bisa tenang," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda