BMKG Tegaskan La Nina Bukan Badai, Ini Penjelasannya
Jum'at, 26 November 2021 - 16:22 WIB
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) menyampaikan bahwa La Nina adalah fenomena perubahan iklim akibat adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik yang meningkatkan curah hujan di Indonesia. Maka itu, BMKG menegaskan bahwa La Nina bukan badai.
“Kebalikan dengan El Nino, El Nino itu kering dampaknya pengurangan curah hujan ataupun air yang tumpah di wilayah Indonesia,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab dalam dialog secara virtual, Jumat (26/11/2021).
Dia menambahkan, La Nina merupakan fenomena atmosfer yang sifatnya global yaitu akibat adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik. “Tapi dampaknya sampai ke kita,” ungkap Fachri.
Dia mengungkapkan fenomena La Nina ini telah terdeteksi sejak September lalu. “Dan diperkirakan masih akan berlangsung sampai akhir musim penghujan nanti, di sekitar bulan April,” papar Fachri.
Fachri mengatakan fenomena La Nina ini akan meningkatkan intensitas curah hujan antara 20 hingga 70% dari normal. “La Nina bisa dirasakan di sebagian Sumatera, Jawa, Bali, NTB itu juga bisa berdampak, kemudian di Indonesia timur seperti di Sulawesi juga bisa terdampak,” pungkasnya.
“Kebalikan dengan El Nino, El Nino itu kering dampaknya pengurangan curah hujan ataupun air yang tumpah di wilayah Indonesia,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab dalam dialog secara virtual, Jumat (26/11/2021).
Dia menambahkan, La Nina merupakan fenomena atmosfer yang sifatnya global yaitu akibat adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik. “Tapi dampaknya sampai ke kita,” ungkap Fachri.
Dia mengungkapkan fenomena La Nina ini telah terdeteksi sejak September lalu. “Dan diperkirakan masih akan berlangsung sampai akhir musim penghujan nanti, di sekitar bulan April,” papar Fachri.
Fachri mengatakan fenomena La Nina ini akan meningkatkan intensitas curah hujan antara 20 hingga 70% dari normal. “La Nina bisa dirasakan di sebagian Sumatera, Jawa, Bali, NTB itu juga bisa berdampak, kemudian di Indonesia timur seperti di Sulawesi juga bisa terdampak,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda