Mega, Prabowo, dan Puan Bertemu di Istana, Pengamat: Posisi PDIP Butuh Gerindra
Kamis, 18 November 2021 - 16:06 WIB
JAKARTA - Pertemuan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri , Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto , Ketua DPR Puan Maharani dalam pelantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pada Rabu (17/11/2021) lalu menjadi perbincangan hangat di dunia politik. Foto ketiga tokoh tersebut saling berbincang diunggah oleh Puan dalam akun Instagramnya @puanmaharaniri.
Pengamat Politik dari Lingkar Madani Untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menilai postingan dari Puan Maharani menandakan bahwa ada kemungkinan besar PDIP dan Gerindra berkoalisi dalam Pilpres 2024.
"Seperti telah beberapa kali saya sampaikan bahwa posisi PDIP dengan Gerindra saat ini adalah posisi "butuh banget". Skenario mendampingkan Prabowo-Puan itu beban utamanya ada di pundak PDIP," ujar Ray ketika dikonfirmasi MNC Portal Indonesia, Kamis (18/11/2021).
Dia menyebutkan Prabowo Subianto memiliki banyak opsi alternatif pasangan capres-cawapres dibandingkan Puan Maharani. "Bisa dengan Puan tapi bisa juga dengan banyak nama yang beredar saat ini. Nasib PDIP yang sangat tergantung Gerindra inilah yang mengakibatkan posisi PDIP seperti 'memepet' dan menempel terus Prabowo," terang Ray.
Pertemuan tak sengaja Megawati, Prabowo, Puan, disebut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terjadi di Istana Negara dalam acara pelantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
"Pak Prabowo diajak berdiskusi dengan 3 petinggi PDIP secara langsung, sementara dari Gerindra ada Pak Prabowo. Saya kira akan begini terus ke depannya, selama capres atau cawapres dari PDIP tidak bersifat opsional. Mendesain satu calon tunggal itu mengakibatkan PDIP mengunci diri sendiri," lanjut Ray.
Dia menerangkan akan sulit bagi PDIP untuk menjadi luwes dan berdialog dengan banyak parpol lain. Karena pintu yang paling dekat dan terlihat lebih besar peluangnya adalah Gerindra, maka PDIP dengan terbuka memperlihatkan hubungan yang terlihat mesra itu.
"Tapi, cerita ini masih sulit ditebak. Segala sesuatunya dapat berubah, khususnya di internal Gerindra. Pendekatan PDIP ke Gerindra yang terlihat elitis dan struktural bisa menemukan batu sandungan di internal Gerindra."
"Belum tentu seluruh kader Gerindra setuju Prabowo dengan PDIP. Jadi masih lama kisah ini akan berlangsung. Sepanjang itu pulalah cerita 'pepet' dan tempel ini akan berlangsung," pungkas Ray.
Pengamat Politik dari Lingkar Madani Untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menilai postingan dari Puan Maharani menandakan bahwa ada kemungkinan besar PDIP dan Gerindra berkoalisi dalam Pilpres 2024.
"Seperti telah beberapa kali saya sampaikan bahwa posisi PDIP dengan Gerindra saat ini adalah posisi "butuh banget". Skenario mendampingkan Prabowo-Puan itu beban utamanya ada di pundak PDIP," ujar Ray ketika dikonfirmasi MNC Portal Indonesia, Kamis (18/11/2021).
Dia menyebutkan Prabowo Subianto memiliki banyak opsi alternatif pasangan capres-cawapres dibandingkan Puan Maharani. "Bisa dengan Puan tapi bisa juga dengan banyak nama yang beredar saat ini. Nasib PDIP yang sangat tergantung Gerindra inilah yang mengakibatkan posisi PDIP seperti 'memepet' dan menempel terus Prabowo," terang Ray.
Pertemuan tak sengaja Megawati, Prabowo, Puan, disebut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terjadi di Istana Negara dalam acara pelantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
"Pak Prabowo diajak berdiskusi dengan 3 petinggi PDIP secara langsung, sementara dari Gerindra ada Pak Prabowo. Saya kira akan begini terus ke depannya, selama capres atau cawapres dari PDIP tidak bersifat opsional. Mendesain satu calon tunggal itu mengakibatkan PDIP mengunci diri sendiri," lanjut Ray.
Dia menerangkan akan sulit bagi PDIP untuk menjadi luwes dan berdialog dengan banyak parpol lain. Karena pintu yang paling dekat dan terlihat lebih besar peluangnya adalah Gerindra, maka PDIP dengan terbuka memperlihatkan hubungan yang terlihat mesra itu.
"Tapi, cerita ini masih sulit ditebak. Segala sesuatunya dapat berubah, khususnya di internal Gerindra. Pendekatan PDIP ke Gerindra yang terlihat elitis dan struktural bisa menemukan batu sandungan di internal Gerindra."
"Belum tentu seluruh kader Gerindra setuju Prabowo dengan PDIP. Jadi masih lama kisah ini akan berlangsung. Sepanjang itu pulalah cerita 'pepet' dan tempel ini akan berlangsung," pungkas Ray.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda