Kemenag Gandeng Pergunu Perkuat Moderasi Beragama
Senin, 15 November 2021 - 23:39 WIB
PEKALONGAN - Kegiatan peningkatan kapasitas moderasi beragama guru pendidikan agama Islam (PAI) tingkat SMA dan SMK, digelar secara maraton oleh Pimpinan Pusat Pergunu, salah satunya dilaksanakan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Kegiatan ini menyasar program guru PAI Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Purworejo, dan Kebumen, dengan jumlah sebanyak 120 orang.
Kegiatan ini tak lepas dari dukungan Direktorat PAI Kemenag dalam mewujudkan program moderasi beragama di semua elemen, khususnya di lingkungan guru Nahdlatul Ulama yang tersebar di berbagai sekolah swata maupun negeri.
Achmad Zuhri, selaku ketua panitia menyampaikan pentingnya peningkatan kapasitas moderasi beragama di lingkungan sekolah. Sebab di situ lah pengenalan budaya washatiyah dan nilai-nilai Pancasila.
"Sebagus apa pun fasiltas sekolah, sebaik apa pun kurikulumnya, semahal apa pun biaya sekolahnya, jika gurunya tidak kompeten maka akan sia-sia. Guru adalah kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu, kita berkegiatan di sini dalam upaya meningkatkan kualitas kita" tandasnya.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Batang M Aqsho yang hadir selaku nara sumber memaparkan bahwa yang perlu dimoderasi sesungguhnya bukan agama Islam saja, atau agama saja, melainkan cara beragama pemeluk agama. Agama sejatinya sudah mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan keseimbangan dalam bersikap.
"Jadi jika ada orang yang gemar mengkafirkan atau melarang perilaku sosial lain yang berbeda dengan yang dianutnya maka ada sesuatu yang kurang tepat dalam pemahaman keberagamaannya. Itulah pentingnya guru tampil sebagai garda terdepan dalam mengajarkan sikap moderat," katanya.
D isisi lain, Ali Formen selaku nara sumber pakar menyampaikan masih ada pekerjaan rumah bagi para guru PAI tingkatan manapun. Sebab bibit radikalisme masih ada dan berpotensi berkembang di lingkungan sekolah. Maka itu, perlu ada langkah berkelanjutan untuk memperkuat jalinan silaturahim dan komunikasi para peserta untuk mitigasi awal ideologi atau ajaran yang menyimpang.
Muhlisin, salah satu peserta dari SMK Diponegoro mengaku merasakan manfaat dari acara ini. "Kami sangat senang mendapatkan wawasan baru dan perspektif baru dalam pengembangan moderasi beragama di sekolah. Apalagi basisnya adalah sekolah umum yang memang selama ini perlu sentuhan moderasi," imbuhnya.
Di akhir sesi acara para peserta saling berbagi pengalaman, salah satunya merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)) berbasis 9 nilai moderasi beragama.
Kegiatan ini tak lepas dari dukungan Direktorat PAI Kemenag dalam mewujudkan program moderasi beragama di semua elemen, khususnya di lingkungan guru Nahdlatul Ulama yang tersebar di berbagai sekolah swata maupun negeri.
Achmad Zuhri, selaku ketua panitia menyampaikan pentingnya peningkatan kapasitas moderasi beragama di lingkungan sekolah. Sebab di situ lah pengenalan budaya washatiyah dan nilai-nilai Pancasila.
"Sebagus apa pun fasiltas sekolah, sebaik apa pun kurikulumnya, semahal apa pun biaya sekolahnya, jika gurunya tidak kompeten maka akan sia-sia. Guru adalah kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu, kita berkegiatan di sini dalam upaya meningkatkan kualitas kita" tandasnya.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Batang M Aqsho yang hadir selaku nara sumber memaparkan bahwa yang perlu dimoderasi sesungguhnya bukan agama Islam saja, atau agama saja, melainkan cara beragama pemeluk agama. Agama sejatinya sudah mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan keseimbangan dalam bersikap.
"Jadi jika ada orang yang gemar mengkafirkan atau melarang perilaku sosial lain yang berbeda dengan yang dianutnya maka ada sesuatu yang kurang tepat dalam pemahaman keberagamaannya. Itulah pentingnya guru tampil sebagai garda terdepan dalam mengajarkan sikap moderat," katanya.
D isisi lain, Ali Formen selaku nara sumber pakar menyampaikan masih ada pekerjaan rumah bagi para guru PAI tingkatan manapun. Sebab bibit radikalisme masih ada dan berpotensi berkembang di lingkungan sekolah. Maka itu, perlu ada langkah berkelanjutan untuk memperkuat jalinan silaturahim dan komunikasi para peserta untuk mitigasi awal ideologi atau ajaran yang menyimpang.
Muhlisin, salah satu peserta dari SMK Diponegoro mengaku merasakan manfaat dari acara ini. "Kami sangat senang mendapatkan wawasan baru dan perspektif baru dalam pengembangan moderasi beragama di sekolah. Apalagi basisnya adalah sekolah umum yang memang selama ini perlu sentuhan moderasi," imbuhnya.
Di akhir sesi acara para peserta saling berbagi pengalaman, salah satunya merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)) berbasis 9 nilai moderasi beragama.
(thm)
tulis komentar anda