Misteri Buku Kecil LB Moerdani Dibongkar Jenderal Kopassus, Isinya Mencengangkan

Minggu, 14 November 2021 - 09:36 WIB
"Saya sering dipanggil menghadap Pak Benny di kantornya Jalan Sahardjo (sekarang lokasinya menjadi Balai Prajurit TNI). Entah menanyakan pelatihan pasukan yang baru itu atau lain-lain," kata Luhut dalam akun resmi media sosial miliknya.

Luhut menggambarkan, LB Moerdani memiliki karakter yang sangat kuat. Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum.

"Saya kagum bahwa loyalitas kepada pimpinan negara dan NKRI tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap kata atau tindakannya mencerminkan, menurut istilah sekarang, kesetiaan yang tegak lurus," ujar mantan Komandan Group 3 Sandhi Yudha Kopassus, (1990) ini.

Jauh sebelum menjadi orang kepercayaan Presiden Soeharto dengan ditunjuk sebagai Panglima ABRI, LB Moerdani telah berkutat di dunia intelijen. Mentornya tak lain Ali Moertopo, mantan asisten pribadi Soeharto yang pernah menjabat Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin).

LB Moerdani sesungguhnya tak pernah punya pengalaman memimpin teritorial. Namun dia memiliki catatan emas saat terjun di Merauke saat melawan kolonial Belanda dan setelahnya menumpas gerakan PRRI/Permesta di Sumatera.

Untuk diketahui, pada 1962 pasukan Kopassandha (kini Kopassus) terlibat dalam operasi tertutup, menyusup ke Merauke. Kapten LB Moerdani memimpin satu pasukan, melakukan terjun payung ke daerah rawa-rawa di Merauke.

LB Moerdani menyebut dirinya yang mengusulkan ide penyusupan itu lantaran slogan 'Dari Sabang sampai Merauke'. Sabang merupakan kota di ujung paling barat Aceh, sementara Merauke dianggap ujung paling timur Indonesia. Slogan itu juga menjadi judul lagu nasional berjudul sama.

Dia berpandangan, pengusaan Merauke akan memberikan pengaruh psikologis bagi kampanye Presiden Soekarno untuk mengambil alih Papua dari Belanda. "Soekarno memakai frase tersebut ketika memerintahkan invasi ke Papua," ungkap LB Moerdani dalam buku Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan tulisan Julius Pour.

Hampir seluruh kariernya dihabiskan untuk mengurus masalah intelijen. Setelah berselisih pendapat dengan Letjen Ahmad Yani, LB Moerdani harus meninggalkan Korps Baret Merah kebanggaannya.

Sejak itu pula dia menjadi perwira intelijen. Mula-mula medan perangnya Malaysia, kemudian Seoul, Korea Selatan, sebagaimana ditulis A Pambudi dalam buku 'Sintong & Prabowo: dari Kudeta LB Moerdani hingga Kudeta Prabowo'.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More