Cerita Mistis Baret Ungu Korps Marinir, Diambil dari Selendang Nyi Roro Kidul
Sabtu, 13 November 2021 - 06:59 WIB
JAKARTA - Korps Marinir merupakan pasukan elite TNI Angkatan Laut (AL). Pasukan Komando yang dibentuk pada 15 November 1945 ini memiliki moto “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” yang bermakna “Di Laut dan Darat Kita Jaya”.
Sebagai pasukan elite, Marinir memiliki ciri khusus yakni Baret Ungu. Warna ungu menjadi warna keramat atau jenis warna yang paling sarat akan makna yang mendalam. Di kutip dari “Ensiklopedia Korps Marinir”, alasan pertama warna ungu yang ditetapkan sebagai warna baret Korps Marinir ini adalah, dalam mitologi Jawa warna ungu menjadi warna selendang Nyi Roro Kidul yang juga menjadi penguasa samudera di Indonesia. Selendang berwarna ungu milik Nyi Roro Kidul itu dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.
Alasan lainnya baret berwarna ungu pada Korps Marinir ini adalah warna Bunga Bougenville yang juga berwarna ungu. Jenis bunga itu merupakan bunga yang telah gugur sebelum layu. Yang merupakan lambang dari sebuah pengabdian seorang prajurit Korps Marinir. Khususnya dalam memelihara serta mempertahankan keutuhan negara.
Menurut sejarahnya, warna ungu pada baret tersebut juga dikenakan untuk pertama kalinya oleh Korps Marinir saat masih bernama KKO AL. Saat itu masih berupa pita sebagai kode pengaman yang digunakan pada 1958 silam. Ketika itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus. Suatu aksi militer dalam memberantas, menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatera Barat. Akhirnya, Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya pada 1961. Tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam operasi di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.
Tidak mudah untuk bisa mendapatkan Baret Ungu. Seorang prajurit Marinir harus menjalani sejumlah tahapan di antaranya, mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang cukup berat selama kurang lebih 77 hari. Di awali dengan tahap dasar komando, tahap laut, tahap hutan, tahap Gerilya Lawan Gerilya (GLG) dan ditutup dengan Lintas Medan (Limed) Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 300 kilometer.
Pisau Komando
Selain Baret Ungu, prajurit petarung Marinir juga akan mendapatkan Pisau Komando. Pisau tersebut tidak pernah lepas dari lubang kopelrim prajurit di sisi sebelah kiri saat menggunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) adalah Pisau Komando. Pisau dengan kekhasan bertuliskan “Marinir”, ini terbuat dari baja, berbentuk pipih runcing dengan satu sisi tajam dan sisi atas memiliki gerigi ini bukanlah sekedar pakem kelengkapan yang bertujuan untuk menambah nilai estetika uniform prajurit, apalagi sekedar “gagah-gagahan”.
Sebagai pasukan elite, Marinir memiliki ciri khusus yakni Baret Ungu. Warna ungu menjadi warna keramat atau jenis warna yang paling sarat akan makna yang mendalam. Di kutip dari “Ensiklopedia Korps Marinir”, alasan pertama warna ungu yang ditetapkan sebagai warna baret Korps Marinir ini adalah, dalam mitologi Jawa warna ungu menjadi warna selendang Nyi Roro Kidul yang juga menjadi penguasa samudera di Indonesia. Selendang berwarna ungu milik Nyi Roro Kidul itu dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.
Alasan lainnya baret berwarna ungu pada Korps Marinir ini adalah warna Bunga Bougenville yang juga berwarna ungu. Jenis bunga itu merupakan bunga yang telah gugur sebelum layu. Yang merupakan lambang dari sebuah pengabdian seorang prajurit Korps Marinir. Khususnya dalam memelihara serta mempertahankan keutuhan negara.
Menurut sejarahnya, warna ungu pada baret tersebut juga dikenakan untuk pertama kalinya oleh Korps Marinir saat masih bernama KKO AL. Saat itu masih berupa pita sebagai kode pengaman yang digunakan pada 1958 silam. Ketika itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus. Suatu aksi militer dalam memberantas, menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatera Barat. Akhirnya, Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya pada 1961. Tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam operasi di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.
Tidak mudah untuk bisa mendapatkan Baret Ungu. Seorang prajurit Marinir harus menjalani sejumlah tahapan di antaranya, mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang cukup berat selama kurang lebih 77 hari. Di awali dengan tahap dasar komando, tahap laut, tahap hutan, tahap Gerilya Lawan Gerilya (GLG) dan ditutup dengan Lintas Medan (Limed) Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 300 kilometer.
Pisau Komando
Selain Baret Ungu, prajurit petarung Marinir juga akan mendapatkan Pisau Komando. Pisau tersebut tidak pernah lepas dari lubang kopelrim prajurit di sisi sebelah kiri saat menggunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) adalah Pisau Komando. Pisau dengan kekhasan bertuliskan “Marinir”, ini terbuat dari baja, berbentuk pipih runcing dengan satu sisi tajam dan sisi atas memiliki gerigi ini bukanlah sekedar pakem kelengkapan yang bertujuan untuk menambah nilai estetika uniform prajurit, apalagi sekedar “gagah-gagahan”.
tulis komentar anda