Dinilai sebagai Tokoh Pengayom dan Pelindung, Kesultanan Bulungan Anugerahi Mensos Risma Gelar Adat Adji Nasyrah Maliha
Jum'at, 29 Oktober 2021 - 10:00 WIB
BULUNGAN - Kehadiran Menteri Sosial RI Tri Rismaharini membawa makna tersendiri bagi masyarakat, pemuda, dan para tokoh adat di Kesultanan Bulungan, Kalimantan Utara. Penyambutan kehadiran Mensos di tengah-tengah masyarakat adat Bulungan terasa istimewa.
Mensos hadir disambut lima orang gadis penari lengkap dengan pakaian adat. Mereka menyuguhkan Tari Belundi yang merupakan tarian jenaka sambil menari. Tari ini diketahui nyaris punah, dan untuk pertama kali dihidupkan lagi saat perayaan HUT ke-61 Bulungan dan ke-231 Tanjung Selor.
Tari Belundi adalah tari kebersamaan, persatuan yang kokoh dalam satu kesatuan suku di Bulungan. Setiap langkah kaki dan gerakan tangan penari membentuk satu lingkaran menggambarkan berkesinambungan atau tidak pernah putus antara satu dengan yang lainnya.
Setelah itu, Mensos diterima di Situs Rumah Raya Kesultanan Bulungan, salah satu situs bersejarah di Tanjung Palas, Bulungan, Kamis. Rumah Raya adalah kediaman almarhum Datu Perdana, yang sarat dengan nilai sejarah karena merupakan bagian tak terpisahkan dari berdirinya Kesultanan Bulungan.
Di Situs Rumah Raya Kesultanan Bulungan, menjadi pusat kegiatan budaya setiap tahunnya termasuk ritual adat asli Bulungan. Situs ini juga menjadi wahana bagi kegiatan silahturahmi dan pemberian gelar adat. Hadir di sini, Mensos Risma dianugerahi gelar Adji Nasyrah Maliha yang disampaikan Ketua Pemangku Adat Bulungan, Datu Buyung Perkasa pada Mensos Risma.
Gelar adat ini bermakna pemimpin yang berwibawa, pengayom, pelindung dan bijaksana dari Kesultanan Bulungan, Kalimantan Utara. Mensos mengaku terkejut dan terharu dengan gelar adat ini.
“Saya baru tahu akan mendapatkan gelar adat ini setelah datang ke sini. Saya sempat kaget. Tapi saya sampaikan terima kasih dan hormat saya kepada para tokoh adat Kesultanan Bulungan, tokoh masyarakat, dan para alim ulama. Semoga saya bisa menjaga nama baik Kesultanan Bulungan,” kata Mensos saat menerima gelar adat di Situs Rumah Raya Kesultanan Bulungan, Tanjung Palas, Bulungan (28/10).
Mensos menyampaikan rasa hormat kepada semua tokoh adat di berbagai kesultanan di tanah air, termasuk Kesultanan Bulungan. Karena kemerdekaan Indonesia dari pejajahan tidak lepas dari kontribusi luar dan perjuangan di titik darah penghabisan dari para tokoh adat dan kesultanan di tanah air.
“Sebagai sebuah bagian dari aset nasional dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kemerdekaan bangsa, harus dipelihara dan dijaga,” kata Risma. Gelar adat juga disampaikan kepada anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Hanteru Sitorus.
“Pemberian gelar merupakan kesepakatan lembaga adat atas prestasi dan jasa Ibu Risma pusat dinilai banyak berbuat untuk Kaltara,” kata Datu Buyung. Selain itu gelar tersebut adalah doa, agar Mensos Risma berbuat lebih baik serta bisa menjalankan tugas dengan amanah.
Dalam kesempatan tersebut, Mensos menyampaikan pantun yang bunyinya: _dedur belungon beselimpung, tak lapuk karena hujan, tak lekang karna panas. Zaman boleh berputar tapi adat budaya harus lestari_ . Selain dianugerahi gelar oleh Kesultanan Bulungan, Mensos Risma juga sempat ikut melenggang Tari Belundi. Selain tarian jenaka, Tari Belundi juga diwarnai dengan berbalas pantun menggunakan bahasa Bulungan dan bahasa Kayan.
Tari Belundi sarat dengan makna kebaikan, keberhasilan dan kegembiraan. “Kita adalah satu kesatuan yang bersama-sama dalam berbuat kebaikan, meraih keberhasilan bersama dalam kegembiraan tanpa adanya perbedaan," kata Ainun salah satu penari yang menyampaikan falsafah Belundi.
Mensos hadir disambut lima orang gadis penari lengkap dengan pakaian adat. Mereka menyuguhkan Tari Belundi yang merupakan tarian jenaka sambil menari. Tari ini diketahui nyaris punah, dan untuk pertama kali dihidupkan lagi saat perayaan HUT ke-61 Bulungan dan ke-231 Tanjung Selor.
Tari Belundi adalah tari kebersamaan, persatuan yang kokoh dalam satu kesatuan suku di Bulungan. Setiap langkah kaki dan gerakan tangan penari membentuk satu lingkaran menggambarkan berkesinambungan atau tidak pernah putus antara satu dengan yang lainnya.
Setelah itu, Mensos diterima di Situs Rumah Raya Kesultanan Bulungan, salah satu situs bersejarah di Tanjung Palas, Bulungan, Kamis. Rumah Raya adalah kediaman almarhum Datu Perdana, yang sarat dengan nilai sejarah karena merupakan bagian tak terpisahkan dari berdirinya Kesultanan Bulungan.
Di Situs Rumah Raya Kesultanan Bulungan, menjadi pusat kegiatan budaya setiap tahunnya termasuk ritual adat asli Bulungan. Situs ini juga menjadi wahana bagi kegiatan silahturahmi dan pemberian gelar adat. Hadir di sini, Mensos Risma dianugerahi gelar Adji Nasyrah Maliha yang disampaikan Ketua Pemangku Adat Bulungan, Datu Buyung Perkasa pada Mensos Risma.
Gelar adat ini bermakna pemimpin yang berwibawa, pengayom, pelindung dan bijaksana dari Kesultanan Bulungan, Kalimantan Utara. Mensos mengaku terkejut dan terharu dengan gelar adat ini.
“Saya baru tahu akan mendapatkan gelar adat ini setelah datang ke sini. Saya sempat kaget. Tapi saya sampaikan terima kasih dan hormat saya kepada para tokoh adat Kesultanan Bulungan, tokoh masyarakat, dan para alim ulama. Semoga saya bisa menjaga nama baik Kesultanan Bulungan,” kata Mensos saat menerima gelar adat di Situs Rumah Raya Kesultanan Bulungan, Tanjung Palas, Bulungan (28/10).
Mensos menyampaikan rasa hormat kepada semua tokoh adat di berbagai kesultanan di tanah air, termasuk Kesultanan Bulungan. Karena kemerdekaan Indonesia dari pejajahan tidak lepas dari kontribusi luar dan perjuangan di titik darah penghabisan dari para tokoh adat dan kesultanan di tanah air.
“Sebagai sebuah bagian dari aset nasional dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kemerdekaan bangsa, harus dipelihara dan dijaga,” kata Risma. Gelar adat juga disampaikan kepada anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Hanteru Sitorus.
“Pemberian gelar merupakan kesepakatan lembaga adat atas prestasi dan jasa Ibu Risma pusat dinilai banyak berbuat untuk Kaltara,” kata Datu Buyung. Selain itu gelar tersebut adalah doa, agar Mensos Risma berbuat lebih baik serta bisa menjalankan tugas dengan amanah.
Dalam kesempatan tersebut, Mensos menyampaikan pantun yang bunyinya: _dedur belungon beselimpung, tak lapuk karena hujan, tak lekang karna panas. Zaman boleh berputar tapi adat budaya harus lestari_ . Selain dianugerahi gelar oleh Kesultanan Bulungan, Mensos Risma juga sempat ikut melenggang Tari Belundi. Selain tarian jenaka, Tari Belundi juga diwarnai dengan berbalas pantun menggunakan bahasa Bulungan dan bahasa Kayan.
Tari Belundi sarat dengan makna kebaikan, keberhasilan dan kegembiraan. “Kita adalah satu kesatuan yang bersama-sama dalam berbuat kebaikan, meraih keberhasilan bersama dalam kegembiraan tanpa adanya perbedaan," kata Ainun salah satu penari yang menyampaikan falsafah Belundi.
(atk)
Lihat Juga :
tulis komentar anda