Temukan Kasus COVID-19, Lembaga Eijkman Telah Periksa 6.124 Sampel
Rabu, 22 April 2020 - 12:19 WIB
JAKARTA - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memiliki peran sebagai laboratorium pemeriksa Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19. Bahkan, laboratorium ini tersertifikasi untuk memeriksa sampel klinis pasien terduga COVID-19.
Untuk menemukan kasus positif COVID-19, hingga saat ini Lembaga Eijkman telah memeriksa sebanyak 6.124 sampel. “Sampai saat ini, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, telah menerima sebanyak 6.124 sampel, atau rata-rata 314 sampel per hari, berkisar dari 31 sampai 657 sampel per hari,” ujar Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik FKUI Profesor Amin Soebandrio saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (21/4/2020).
Dalam penanganan COVID-19, LBM Eijkman juga menggunakan fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen risiko tinggi dengan istilah Laboratorium Bio Safety Level dua dan level tiga. “Utamanya, untuk melakukan ekstrasi RNA virus Corona SARS-CoV-2,” kata Amin.
Amin mengatakan laboratorium Eijkman melakukan deteksi COVID-19 secara molekuler. Pengertiannya yaitu pemeriksaan dengan menggunakan metode PCR atau polymer chain reaction atau lebih tepatnya quantitative real time PCR atau QRT PCR. “Gen yang dipakai sebagai penanda identifikasi dalam metode PCR adalah gen RDRP atau RNA Dependent RNA Polymerase yang bersifat conserve,” jelasnya.
Dia menjelaskan lembaganya berperan strategis untuk memeriksa sampel klinis dari pasien terduga atau pun menjadi laboratorium pembanding atau konfirmasi. Semua fasilitas reagensia dan sistem telah dioptimasi untuk mendeteksi virus Corona SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 secara molekuler.
Di samping itu, Amin menuturkan bahwa sampel pengujian berasal dari teknik pengambilan sampel swab, baik dari nasofaringeal, maupun dari orofaringeal. Untuk mendukung kemampuan pengujian, LBM Eijkman peningkatan kapasitas melalui penambahan mesin ekstraksi, bernama QIACube Connect.
Alat ini mampu bekerja secara otomatis untuk ekstraksi dan memiliki sistem pemurnian. “Semula kapasitas ekstrasi hanya 180 sampel per hari, sekarang bisa menjadi 325 sampel per hari. Deteksi dengan metode PCR, ya,” ucap Amin.
Alat tersebut merupakan bantuan dari BIN yang digunakan sejak awal April lalu. Dengan bertambahnya satu mesin QRT PCR, menjadikan lembaga Eijkman memiliki tiga buah mesin QRT PCR saat ini.
Sementara itu, LBM Eijkman juga berkontribusi untuk menyediakan VTM, Viral Transport Medium bagi fasilitas pelayanan kesahatan di seluruh Indonesia. VTM ini merupakan media untuk menyimpan spesimen virus corona SARS-CoV-2 yang diambil dari swab.
“Sampai saat ini LBM Eijkman telah mendistribusikan sebanyak 40.000 tabung VTM ke 31 provinsi yang ada di Indonesia. Dengan kapasitas tersebut di atas, maka Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyumbangkan atau berkontribusi dalam memberikan sample COVID sebanyak kurang lebih 15% dari kapasitas nasional,” ujar Amin.
Ia juga mengatakan bahwa saat ini ada 48 laboratorium yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan COVID-19 di Indonesia. Kapasitas deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini, secara molekuler di LBM Eijkman akan terus ditingkatkan seiring dengan semakin tingginya jumlah kasus yang harus diperiksa. “Sehingga, penanganan pasien COVID-19 diharapkan dapat segera teratasi dengan pengobatan yang baik dan benar,” tutup Amin.
Untuk menemukan kasus positif COVID-19, hingga saat ini Lembaga Eijkman telah memeriksa sebanyak 6.124 sampel. “Sampai saat ini, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, telah menerima sebanyak 6.124 sampel, atau rata-rata 314 sampel per hari, berkisar dari 31 sampai 657 sampel per hari,” ujar Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik FKUI Profesor Amin Soebandrio saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (21/4/2020).
Dalam penanganan COVID-19, LBM Eijkman juga menggunakan fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen risiko tinggi dengan istilah Laboratorium Bio Safety Level dua dan level tiga. “Utamanya, untuk melakukan ekstrasi RNA virus Corona SARS-CoV-2,” kata Amin.
Amin mengatakan laboratorium Eijkman melakukan deteksi COVID-19 secara molekuler. Pengertiannya yaitu pemeriksaan dengan menggunakan metode PCR atau polymer chain reaction atau lebih tepatnya quantitative real time PCR atau QRT PCR. “Gen yang dipakai sebagai penanda identifikasi dalam metode PCR adalah gen RDRP atau RNA Dependent RNA Polymerase yang bersifat conserve,” jelasnya.
Dia menjelaskan lembaganya berperan strategis untuk memeriksa sampel klinis dari pasien terduga atau pun menjadi laboratorium pembanding atau konfirmasi. Semua fasilitas reagensia dan sistem telah dioptimasi untuk mendeteksi virus Corona SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 secara molekuler.
Di samping itu, Amin menuturkan bahwa sampel pengujian berasal dari teknik pengambilan sampel swab, baik dari nasofaringeal, maupun dari orofaringeal. Untuk mendukung kemampuan pengujian, LBM Eijkman peningkatan kapasitas melalui penambahan mesin ekstraksi, bernama QIACube Connect.
Alat ini mampu bekerja secara otomatis untuk ekstraksi dan memiliki sistem pemurnian. “Semula kapasitas ekstrasi hanya 180 sampel per hari, sekarang bisa menjadi 325 sampel per hari. Deteksi dengan metode PCR, ya,” ucap Amin.
Alat tersebut merupakan bantuan dari BIN yang digunakan sejak awal April lalu. Dengan bertambahnya satu mesin QRT PCR, menjadikan lembaga Eijkman memiliki tiga buah mesin QRT PCR saat ini.
Sementara itu, LBM Eijkman juga berkontribusi untuk menyediakan VTM, Viral Transport Medium bagi fasilitas pelayanan kesahatan di seluruh Indonesia. VTM ini merupakan media untuk menyimpan spesimen virus corona SARS-CoV-2 yang diambil dari swab.
“Sampai saat ini LBM Eijkman telah mendistribusikan sebanyak 40.000 tabung VTM ke 31 provinsi yang ada di Indonesia. Dengan kapasitas tersebut di atas, maka Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyumbangkan atau berkontribusi dalam memberikan sample COVID sebanyak kurang lebih 15% dari kapasitas nasional,” ujar Amin.
Ia juga mengatakan bahwa saat ini ada 48 laboratorium yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan COVID-19 di Indonesia. Kapasitas deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini, secara molekuler di LBM Eijkman akan terus ditingkatkan seiring dengan semakin tingginya jumlah kasus yang harus diperiksa. “Sehingga, penanganan pasien COVID-19 diharapkan dapat segera teratasi dengan pengobatan yang baik dan benar,” tutup Amin.
(kri)
tulis komentar anda