Mendes PDTT Sebut Santri Berperan Gerakkan Ekonomi Desa
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 08:28 WIB
JAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ( Mendes PDTT ) Abdul Halim Iskandarmenyebut santri berperan besar dalam menggerakkan ekonomi desa . Pondok pesantren yang sebagian besar berada di tengah-tengah desa mempunyai arti penting secara spiritual, sosial, dan ekonomi bagi warga desa.
"Secara kultural pesantren dan desa seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Sebagian besar pesantren-pesantren berada di tengah-tengah desa. Para kiai pesantren merupakan rujukan utama warga desa jika mereka membutuhkan pandangan terkait masalah spiritual dan sosial. Dewasa ini, pesantren juga menjadi penggerak ekonomi desa," kata Abdul Halim Iskandar pada peringatan Hari Santri Nasional tahun 2021, Jumat (22/10/2021).
Dia menjelaskan, secara spiritual, pesantren menjadi pusat kegiatan-kegiatan keagamaan. Sedang makna sosial pesantren melahirkan tokoh-tokoh agama yang berperan penting di tengah masyarakat. "Kalau mau jujur harus diakui jika salah satu kunci kemajuan desa terletak pada peran aktif kiai maupun santri yang bisa bersinergi dengan masyarakat desa. Jika sinergi ini bisa terus dipertahankan maka kemajuan desa segera direalisasikan," katanya.
Baca juga: Kemendes PDTT Targetkan Miliki Medium Pelaporan Real Time Dana Desa
Gus Halim, panggilan akrab Abdul Halim Iskandar, mengungkapkan mulai dekade 1970-an, pesantren menjadi pusat inovasi pertanian desa. Bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pembangunan desa, pesantren kerap memunculkan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
"Saat itu kerja sama pesantren, dan LSM dalam pembangunan desa bisa menghasilkan berbagai produk pertanian berkualitas mulai dari varietas bibit terbaru, tata cara bercocok tanam mutakhir, hingga pengelolaan usaha tani yang lebih efisien," ujarnya.
Tentu saat itu, kata Gus Halim, warga desa tidak mudah menerima perubahan. Namun berbagai inovasi baru tersebut mula-mula diterapkan di lahan-lahan pesantren. Saat terbukti meningkatkan hasil panen maka perlahan-lahan inovasi tersebut diterima secara luas warga desa. "Kami berharap pola-pola tersebut bisa kembali diterapkan dalam arti pesantren menjadi pusat inovasi kemajuan desa," katanya.
Mantan Ketua DPRD Jawa Timur ini mengungkapkan, berdasarkan data BPS, pada 2018, ada 28.961 pesantren tersebar di 14.020 desa. Menurutnya, pesantren-pesantren ini berpotensi menggerakan sektor ekonomi desa. Biasanya setiap pesantren memiliki lahan atau kolam yang diolah para santri. Tak jarang warga desa turut menggarap lahan-lahan pesantren. Hasil garapan yang berlebih juga dijual ke pasar lokal.
"Secara kultural pesantren dan desa seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Sebagian besar pesantren-pesantren berada di tengah-tengah desa. Para kiai pesantren merupakan rujukan utama warga desa jika mereka membutuhkan pandangan terkait masalah spiritual dan sosial. Dewasa ini, pesantren juga menjadi penggerak ekonomi desa," kata Abdul Halim Iskandar pada peringatan Hari Santri Nasional tahun 2021, Jumat (22/10/2021).
Dia menjelaskan, secara spiritual, pesantren menjadi pusat kegiatan-kegiatan keagamaan. Sedang makna sosial pesantren melahirkan tokoh-tokoh agama yang berperan penting di tengah masyarakat. "Kalau mau jujur harus diakui jika salah satu kunci kemajuan desa terletak pada peran aktif kiai maupun santri yang bisa bersinergi dengan masyarakat desa. Jika sinergi ini bisa terus dipertahankan maka kemajuan desa segera direalisasikan," katanya.
Baca juga: Kemendes PDTT Targetkan Miliki Medium Pelaporan Real Time Dana Desa
Gus Halim, panggilan akrab Abdul Halim Iskandar, mengungkapkan mulai dekade 1970-an, pesantren menjadi pusat inovasi pertanian desa. Bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pembangunan desa, pesantren kerap memunculkan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
"Saat itu kerja sama pesantren, dan LSM dalam pembangunan desa bisa menghasilkan berbagai produk pertanian berkualitas mulai dari varietas bibit terbaru, tata cara bercocok tanam mutakhir, hingga pengelolaan usaha tani yang lebih efisien," ujarnya.
Tentu saat itu, kata Gus Halim, warga desa tidak mudah menerima perubahan. Namun berbagai inovasi baru tersebut mula-mula diterapkan di lahan-lahan pesantren. Saat terbukti meningkatkan hasil panen maka perlahan-lahan inovasi tersebut diterima secara luas warga desa. "Kami berharap pola-pola tersebut bisa kembali diterapkan dalam arti pesantren menjadi pusat inovasi kemajuan desa," katanya.
Mantan Ketua DPRD Jawa Timur ini mengungkapkan, berdasarkan data BPS, pada 2018, ada 28.961 pesantren tersebar di 14.020 desa. Menurutnya, pesantren-pesantren ini berpotensi menggerakan sektor ekonomi desa. Biasanya setiap pesantren memiliki lahan atau kolam yang diolah para santri. Tak jarang warga desa turut menggarap lahan-lahan pesantren. Hasil garapan yang berlebih juga dijual ke pasar lokal.
tulis komentar anda