Indonesia Akan Bangun Pusat Peluncuran Roket, Morotai dan Biak Jadi Pilihan Lokasi
Selasa, 14 September 2021 - 16:38 WIB
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana membangun bandar antariksa atau pusat roket Indonesia. Pilihan lokasinya di Pulau Morotai atau Pulau Biak, karena kedua daerah tersebut memenuhi berbagai persyaratan untuk dibangun bandar antariksa.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menjelaskan, pembangunan bandar antariksa sangat urgen karena Indonesia merupakan negara besar. Sebagai negara kepulauan Indonesia membutuhkan media komunikasi berbasis satelit.
"Kemudian untuk menciptakan nilai ekonomi dari kegiatan keantariksaan, khususnya terkait peluncuran roket. Saat ini juga sedang tumbuh tren pasar satelit baik yang berukuran nano, maupun mikro dengan berbagai kebutuhan, termasuk untuk remote sensing, pemetaan dan sebagainya," kata Laksana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Kepala BRIN di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (14/9/2021).
Baca juga: Dukung Pembangunan Bandara Antariksa di Papua, Pemda Numfor Ajukan 4 Prasyarat
Laksana menjelaskan, Indonesia yang berada di dekat garis khatulistiwa menjadi lokasi strategis untuk peluncuran satelit karena memiliki gravitasi rendah. Secara regulasi, hal ini juga sesuai dengan amanat Undang-Undang No 21/2013 tentang Keantariksaan bahwa kegiatan peluncuran satelit itu memang dari Indonesia, dan sesuai Perpres No 49/2017 tentang Rencana Keantariksaan, mengamankan persiapan bandar antariksa skala kecil.
"Untuk persiapan pembangunan antariksa ini, telah dilakukan perencanaan dalam 3 tahap, yaitu tahap 5 tahun pertama, tahap 10 tahun dan tahap 25 tahun," paparnya.
Menurut Laksana, saat ini ada beberapa bandar antariksa di dunia, tapi hanya sedikit yang berada di daerah khatulistiwa. BRIN ingin mengejar keuntungan geografis dengan membangun badan antariksa sehingga bisa menjadi pusat peluncuran secara global bagi berbagai negara lain.
Secara umum, dia menjelaskan, ada beberapa persyaratan pemilihan lokasi bandar antariksa. Di antaranya, berada di daerah dekat khatulistiwa; menghadap ke laut bebas, sehingga ada ruang kosong menuju ke laut, dan sejauh mungkin dari wilayah yang memiliki populasi yang sangat padat. Drop zone tabung roket bisa jatuh di laut bebas; kondisi iklim dan cuaca yang mendukung untuk peluncuran.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menjelaskan, pembangunan bandar antariksa sangat urgen karena Indonesia merupakan negara besar. Sebagai negara kepulauan Indonesia membutuhkan media komunikasi berbasis satelit.
"Kemudian untuk menciptakan nilai ekonomi dari kegiatan keantariksaan, khususnya terkait peluncuran roket. Saat ini juga sedang tumbuh tren pasar satelit baik yang berukuran nano, maupun mikro dengan berbagai kebutuhan, termasuk untuk remote sensing, pemetaan dan sebagainya," kata Laksana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Kepala BRIN di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (14/9/2021).
Baca juga: Dukung Pembangunan Bandara Antariksa di Papua, Pemda Numfor Ajukan 4 Prasyarat
Laksana menjelaskan, Indonesia yang berada di dekat garis khatulistiwa menjadi lokasi strategis untuk peluncuran satelit karena memiliki gravitasi rendah. Secara regulasi, hal ini juga sesuai dengan amanat Undang-Undang No 21/2013 tentang Keantariksaan bahwa kegiatan peluncuran satelit itu memang dari Indonesia, dan sesuai Perpres No 49/2017 tentang Rencana Keantariksaan, mengamankan persiapan bandar antariksa skala kecil.
"Untuk persiapan pembangunan antariksa ini, telah dilakukan perencanaan dalam 3 tahap, yaitu tahap 5 tahun pertama, tahap 10 tahun dan tahap 25 tahun," paparnya.
Menurut Laksana, saat ini ada beberapa bandar antariksa di dunia, tapi hanya sedikit yang berada di daerah khatulistiwa. BRIN ingin mengejar keuntungan geografis dengan membangun badan antariksa sehingga bisa menjadi pusat peluncuran secara global bagi berbagai negara lain.
Secara umum, dia menjelaskan, ada beberapa persyaratan pemilihan lokasi bandar antariksa. Di antaranya, berada di daerah dekat khatulistiwa; menghadap ke laut bebas, sehingga ada ruang kosong menuju ke laut, dan sejauh mungkin dari wilayah yang memiliki populasi yang sangat padat. Drop zone tabung roket bisa jatuh di laut bebas; kondisi iklim dan cuaca yang mendukung untuk peluncuran.
tulis komentar anda