Sampah Plastik Jenis Ini Miliki Tingkat Daur Ulang dan Nilai Ekonomis Tinggi
Kamis, 09 September 2021 - 18:02 WIB
JAKARTA - Ekonomi sirkular sebagai salah satu strategi untuk pengelolaan sampah plastik (plastik bekas kemasan) mampu menjaga keberlanjutan lingkungan sekaligus memberikan manfaat ekonomi dalam hal daur ulang sampah .
Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan bahwa skema ekonomi Sirkular cukup efektif dalam proses pengelolaan plastik bekas kemasan berbahan polyethylene terephthalate (PET).
Merujuk data dari Kajian Daur Ulang Plastik dan Kertas dalam Negeri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, total konsumsi plastik nasional mencapai 5,63 juta ton/tahun. Industri plastik daur ulang tanah air pun turut berkembang seiring dengan permintaan yang semakin tinggi.
Dari seluruh jenis plastik, kemasan minuman ringan termasuk dalam jenis yang paling banyak didaur ulang yaitu botol PET (polyethylene terephthalate) –sekitar 23%, dan gelas PP (poly propylene)– sekitar 15%. Hal itu menunjukkan secara umum kontribusi jenis plastik ini terhadap sirkulasi ekonomi di Indonesia.
Guna mengetahui lebih jelas mengenai kontribusi rantai nilai sampah plastik minuman ringan terhadap ekonomi sirkular, SWI melakukan riset di wilayah Jabodetabek selama periode Maret-Agustus 2021. Dari riset tersebut, diperoleh tingkat daur ulang atau recycling rate botol PET sebesar ±74%, galon PET 93%, dan gelas PP ±81%.
Direktur SWI, Dini Trisyanti mengatakan bahwa studi yang dilakukan SWI ini juga menemukan kebutuhan industri terhadap material PET masih sangat tinggi karena inovasi produk berbasis PET terus berkembang. PET berpotensi tinggi menggantikan jenis material lain sehingga produk menjadi lebih terjangkau.
"Kebutuhan ini dipenuhi oleh post-consumer (sampah domestik), post-industrial, import scrap, atau virgin resin. Minimnya sumber bahan baku dalam negeri akan mendorong tingginya kandungan impor," papar Dini dalam Konferensi Pers Virtual Hasil Riset SWI tentang Rantai Nilai Kemasan Daur Ulang PET, Rabu (8/9/2021).
"Jenis plastik PET berkontribusi besar dalam daur ulang, yaitu mencapai 30%-48% dari total penghasilan para pengumpul sampah. Secara ekonomi, kontribusi PET di Jabodetabek mencapai setidaknya Rp700 juta per hari (total dari rantai pengumpul) dan lebih Rp1 miliar per hari (total dari rantai agregasi). Nilai ini melibatkan kurang lebih 57.500 lapangan kerja dan 1.370 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” jelas dia.
Galon PET memiliki nilai recycling rate yang tinggi dan sangat diminati oleh pengumpul karena lebih berat dan mudah ditemukan. Selain di daur ulang, survei juga menemukan bahwa galon PET dimanfaatkan kembali secara luas oleh masyarakat untuk berbagai keperluan rumah tangga dan mendukung bisnis di tingkat UMKM.
Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan bahwa skema ekonomi Sirkular cukup efektif dalam proses pengelolaan plastik bekas kemasan berbahan polyethylene terephthalate (PET).
Merujuk data dari Kajian Daur Ulang Plastik dan Kertas dalam Negeri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, total konsumsi plastik nasional mencapai 5,63 juta ton/tahun. Industri plastik daur ulang tanah air pun turut berkembang seiring dengan permintaan yang semakin tinggi.
Dari seluruh jenis plastik, kemasan minuman ringan termasuk dalam jenis yang paling banyak didaur ulang yaitu botol PET (polyethylene terephthalate) –sekitar 23%, dan gelas PP (poly propylene)– sekitar 15%. Hal itu menunjukkan secara umum kontribusi jenis plastik ini terhadap sirkulasi ekonomi di Indonesia.
Guna mengetahui lebih jelas mengenai kontribusi rantai nilai sampah plastik minuman ringan terhadap ekonomi sirkular, SWI melakukan riset di wilayah Jabodetabek selama periode Maret-Agustus 2021. Dari riset tersebut, diperoleh tingkat daur ulang atau recycling rate botol PET sebesar ±74%, galon PET 93%, dan gelas PP ±81%.
Direktur SWI, Dini Trisyanti mengatakan bahwa studi yang dilakukan SWI ini juga menemukan kebutuhan industri terhadap material PET masih sangat tinggi karena inovasi produk berbasis PET terus berkembang. PET berpotensi tinggi menggantikan jenis material lain sehingga produk menjadi lebih terjangkau.
"Kebutuhan ini dipenuhi oleh post-consumer (sampah domestik), post-industrial, import scrap, atau virgin resin. Minimnya sumber bahan baku dalam negeri akan mendorong tingginya kandungan impor," papar Dini dalam Konferensi Pers Virtual Hasil Riset SWI tentang Rantai Nilai Kemasan Daur Ulang PET, Rabu (8/9/2021).
"Jenis plastik PET berkontribusi besar dalam daur ulang, yaitu mencapai 30%-48% dari total penghasilan para pengumpul sampah. Secara ekonomi, kontribusi PET di Jabodetabek mencapai setidaknya Rp700 juta per hari (total dari rantai pengumpul) dan lebih Rp1 miliar per hari (total dari rantai agregasi). Nilai ini melibatkan kurang lebih 57.500 lapangan kerja dan 1.370 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” jelas dia.
Galon PET memiliki nilai recycling rate yang tinggi dan sangat diminati oleh pengumpul karena lebih berat dan mudah ditemukan. Selain di daur ulang, survei juga menemukan bahwa galon PET dimanfaatkan kembali secara luas oleh masyarakat untuk berbagai keperluan rumah tangga dan mendukung bisnis di tingkat UMKM.
tulis komentar anda