Tes PCR di India Lebih Murah, Eks Direktur WHO Asia Tenggara Sarankan Dianalisa
Sabtu, 14 Agustus 2021 - 10:26 WIB
JAKARTA - Eks Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan perlu adanya analisa mendalaman terkait biaya tes Polymerase Chain Reaction (PCR) . Hal ini menyusul pemberitaan mengenai rendahnya biaya tes PCR di India.
“Tentu perlu analisa mendalam tentang kenapa tarif PCR di India dapat lebih murah,” ujar Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/08/2021)
Menurut penuturan kerabatnya, Tjandra mengatakan hal ini memungkinkan apabila adanya subsidi dari pemerintah setempat. Hal tersebut dinilainya sebagai upaya penanggulangan pandemi Covid-19. “Kalau harga tes lebih murah maka jumlah tes di negara kita juga dapat lebih banyak sehingga lebih mudah mengendalikan penularan di masyarakat,” ujarnya.
Tjandra menambahkan rendahnya biaya tes mungkin juga karena ada fasilitas keringanan pajak ataupun lebih murahnya bahan baku untuk industri. Lebih lanjut, bahkan juga mungkin karena ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya. “Semua kemungkinan ini perlu dianalisa lebih lanjut. Tetapi yang jelas, selain tarif PCR maka harga obat-obatan di India juga amat murah bila dibandingkan dengan Indonesia,” imbuhnya
Tjandra juga mengatakan perbandingan harga tes PCR di India sebenarnya bukan hal yang baru. Menurut pengalamannya, dia sudah mendapati biaya tes yang lebih murah tersebut sejak akhir 2020 silam. Tjandra mengatakan pada September 2020 ketika dirinya pulang ke Jakarta dari New Delhi maka dia melakukan tes PCR sebelum terbang. Saat itu petugas datang ke rumahnya dan mengenakan biaya 2400 rupee, atau Rp480.000. “Waktu itu tarif tes PCR di negara kita masih sekitar lebih dari 1 juta rupiah,” ujarnya.
Kemudian, pada November 2020 Pemerintah Kota New Delhi kembali menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi. Saat itu menjadi 1.200 rupee atau Rp240.000, turun separuhnya dari September 2020. “Pada November 2020 ini tarif PCR adalah 800 rupee saja (Rp160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta,” tambahnya
Lebih lanjut di awal Agustus 2021 kemudian pemerintah kota New Delhi menurunkan kembali patokan tarifnya. Saat ini menjadi 500 rupee, atau Rp100.000, “Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp140.000. Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp60.000,” katanya
Menurutnya langkah inisiatif Pemerintah kota New Delhi sangat bagus. Pasalnya pemerintah setempat meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam. Hal tersebut termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR). “Sehingga ditanya segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus.” pungkasnya
Lihat Juga: Subvarian Orthrus di Indonesia Diyakini Bergejala Ringan, namun Rawan untuk Kelompok Ini
“Tentu perlu analisa mendalam tentang kenapa tarif PCR di India dapat lebih murah,” ujar Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/08/2021)
Menurut penuturan kerabatnya, Tjandra mengatakan hal ini memungkinkan apabila adanya subsidi dari pemerintah setempat. Hal tersebut dinilainya sebagai upaya penanggulangan pandemi Covid-19. “Kalau harga tes lebih murah maka jumlah tes di negara kita juga dapat lebih banyak sehingga lebih mudah mengendalikan penularan di masyarakat,” ujarnya.
Tjandra menambahkan rendahnya biaya tes mungkin juga karena ada fasilitas keringanan pajak ataupun lebih murahnya bahan baku untuk industri. Lebih lanjut, bahkan juga mungkin karena ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya. “Semua kemungkinan ini perlu dianalisa lebih lanjut. Tetapi yang jelas, selain tarif PCR maka harga obat-obatan di India juga amat murah bila dibandingkan dengan Indonesia,” imbuhnya
Tjandra juga mengatakan perbandingan harga tes PCR di India sebenarnya bukan hal yang baru. Menurut pengalamannya, dia sudah mendapati biaya tes yang lebih murah tersebut sejak akhir 2020 silam. Tjandra mengatakan pada September 2020 ketika dirinya pulang ke Jakarta dari New Delhi maka dia melakukan tes PCR sebelum terbang. Saat itu petugas datang ke rumahnya dan mengenakan biaya 2400 rupee, atau Rp480.000. “Waktu itu tarif tes PCR di negara kita masih sekitar lebih dari 1 juta rupiah,” ujarnya.
Kemudian, pada November 2020 Pemerintah Kota New Delhi kembali menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi. Saat itu menjadi 1.200 rupee atau Rp240.000, turun separuhnya dari September 2020. “Pada November 2020 ini tarif PCR adalah 800 rupee saja (Rp160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta,” tambahnya
Lebih lanjut di awal Agustus 2021 kemudian pemerintah kota New Delhi menurunkan kembali patokan tarifnya. Saat ini menjadi 500 rupee, atau Rp100.000, “Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp140.000. Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp60.000,” katanya
Menurutnya langkah inisiatif Pemerintah kota New Delhi sangat bagus. Pasalnya pemerintah setempat meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam. Hal tersebut termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR). “Sehingga ditanya segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus.” pungkasnya
Lihat Juga: Subvarian Orthrus di Indonesia Diyakini Bergejala Ringan, namun Rawan untuk Kelompok Ini
(cip)
tulis komentar anda