Kader Taruna Merah Putih Dilatih Menulis dan Fotografi Jurnalistik

Sabtu, 07 Agustus 2021 - 20:02 WIB
Baca juga: Covid-19 Melonjak, Taruna Merah Putih PDIP Bagikan Paket Penambah Imun



Terkait jurnalistik atau penulisan berita, Monang memaparkan, bahwa hal yang menjadi poin utama adalah memahami terlebih dahulu definisi sebuah berita, konten dan konteks atau peristiwa sehingga memiliki bobot nilai yang layak diberitakan.

"Pedoman dalam memberitakan sebuah peristiwa bahwa kejadian yang layak diberitakan jika memenuhi nilai berita, antara lain aktual, yakni terkini; faktual, yakni peristiwa nyata; penting, yakni punya ketokohan (prominence); berdampak (consequences); ada kaitannya dengan kepentingan umum; menarik, yakni menghibur, aneh/ganjil, memiliki kedekatan (proximity), human interest, seks, dan konflik," katanya.

Selain itu, Monang menegaskan, rumus yang paling mendasar dalam unsur berita adalah 5W + 1H, yaitu What, Who, When, Where, Why, dan How. Kemudian terkait jenis berita, setiap kader Taruna Merah Putih harus memahami tentang straight news, hard news, soft news, interpretative news, dan depth news.

"Ada beberapa tips yang bisa dilakukan dalam penulisan berita, yakni menangkap intisari suatu peristiwa atau fakta, disusun menjadi berita, susun judul dan lead berita yang singkat dan menarik, opini reporter/penulis tidak boleh ada dalam berita, hindari ketidakakurasian dan distorsi, gunakan kaidah bahasa yang baik dan benar dan sesuai dengan KBBI, dan hindari typo atau salah ketik," pesan Dewan Pengawas ANTARA tersebut.

Selanjutnya, Dikhy Sasra menjelaskan, dalam konteks fotografi jurnalistik, setiap jurnalis lapangan harus memahami beberapa teknik dan angle berita seperti foto yang berisikan gambar dari suatu peristiwa yang terjadwal atau direncanakan sebelumnya.

Terkait fotografi jurnalistik, jelas Dikhy, tentu tidak lepas dari kaidah-kaidah etika yang ada dalam Undang-Undang Pers. Namun, sekarang ini fenomena medsos (media sosial) sangatlah mempengaruhi kinerja media mainstream (arus utama). Kini sudah bukan hal baru lagi media mainstream "mengekor" isu dari medsos untuk mendapatkan rating.

Menurut Dikhy, tantangan ke depan adalah bagaimana fotografi mampu berbicara dalam bahasa emosi diam, karena hakekatnya foto yang baik adalah foto yang mampu 'berbicara' dan dapat mewakili suara subjeknya.

"Fotografi jurnalistik kini banyak sekali sumber dan referensi tentang fofo-foto yang dapat kita cari dari medsos sebagai acuan untuk pemotretan. Fotografi dalam era digital saat ini manjadi hal penting, walau ada sebagian berpandangan sebaliknya. Fotografi menjadi hal yang krusial karena sifatnya yang membekukan kejadian, bukan merekam peristiwa. Sifat membekukan kejadian ini menjadikan fotografi memiliki emosi yang lebih mendalam dibanding media video. KIta bisa menerawang jauh ketika melihat foto masa kanak-kanak yang penuh suka cita," kata Dikhy.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More