Ekonomi Berbasis Saintek, Kunci Indonesia Menjadi Negara Maju
Sabtu, 07 Agustus 2021 - 11:36 WIB
JAKARTA - Tranformasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk menjadi negara maju, sejahtera, mandiri dan berdaulat dalam bidang ekonomi serta berdaya saing global. Perekenomian berbasis ekstraktif, pertanian tradisional, dan manufaktur konvensional yang selama ini dilakukan harus berubah menuju ekonomi berbasis sains dan teknologi (knowledge based economy).
Hal tersebut disampaikan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo pada serial FGD finalisasi buku berjudul "Kebangsaan yang Berperadaban: Membangun Indonesia dengan Paradigma Pancasila", yang digelar secara virtual, Jumat (6/8/2021).
Pontjo Sutowo menyebutkan, penguasaan teknologi bangsa Indonesia masih ketinggalan dibanding negara-negara lain. Hal ini dapat diketahui dari beberapa indeks yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga internasional. "Untuk itu, mendesak bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan penguasaan teknologinya yang memang saat ini masih ketinggalan," kata Pontjo.
Baca juga: Buku Ini Dikembalikan ke Perpustakaan Setelah Dipinjam 50 Tahun
Sebagaimana diungkapkan oleh Sener dan Saridogan dalam bukunya "The Effects of Science-Technology-Innovation on Competitiveness and Economic Growth" (2011), negara-negara dengan kebijakan dan strategi ekonomi berbasis sains-teknologi-inovasi memiliki keunggulan dan keuntungan kompetitif berkelanjutan. Keunggulannya tidak hanya pada tingkat daya saing global, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bagi penciptaan kesejahteraan.
Menurut Pontjo, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) juga telah menyebabkan terjadinya transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya (resource based economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan sains dan teknologi (knowledge based economy). Kekuatan bangsa diukur dari kemampuan Iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing.
Menghadapi perubahan paradigma ini, negara-negara Barat dan beberapa negara Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, konsisten mengerahkan sejumlah besar sumber-dayanya untuk menguasai iptek yang pada ujungnya akan mengangkat kualitas hidup dan kesejahteraan bangsanya.
"Negara yang tidak mempunyai basis Iptek yang kuat, akan bergantung bahkan berpotensi ditelan oleh kemajuan negara-negara lain," katanya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo pada serial FGD finalisasi buku berjudul "Kebangsaan yang Berperadaban: Membangun Indonesia dengan Paradigma Pancasila", yang digelar secara virtual, Jumat (6/8/2021).
Pontjo Sutowo menyebutkan, penguasaan teknologi bangsa Indonesia masih ketinggalan dibanding negara-negara lain. Hal ini dapat diketahui dari beberapa indeks yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga internasional. "Untuk itu, mendesak bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan penguasaan teknologinya yang memang saat ini masih ketinggalan," kata Pontjo.
Baca juga: Buku Ini Dikembalikan ke Perpustakaan Setelah Dipinjam 50 Tahun
Sebagaimana diungkapkan oleh Sener dan Saridogan dalam bukunya "The Effects of Science-Technology-Innovation on Competitiveness and Economic Growth" (2011), negara-negara dengan kebijakan dan strategi ekonomi berbasis sains-teknologi-inovasi memiliki keunggulan dan keuntungan kompetitif berkelanjutan. Keunggulannya tidak hanya pada tingkat daya saing global, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bagi penciptaan kesejahteraan.
Menurut Pontjo, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) juga telah menyebabkan terjadinya transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya (resource based economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan sains dan teknologi (knowledge based economy). Kekuatan bangsa diukur dari kemampuan Iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing.
Menghadapi perubahan paradigma ini, negara-negara Barat dan beberapa negara Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, konsisten mengerahkan sejumlah besar sumber-dayanya untuk menguasai iptek yang pada ujungnya akan mengangkat kualitas hidup dan kesejahteraan bangsanya.
"Negara yang tidak mempunyai basis Iptek yang kuat, akan bergantung bahkan berpotensi ditelan oleh kemajuan negara-negara lain," katanya.
tulis komentar anda